Sukses

Jalan Panjang Guru Ngaji Abdikan Diri di Lapas Pati

Ketertarikan Umi Lina, seorang guru ngaji, untuk berdakwah di Lapas Pati diawali secara tak sengaja.

Pati - Hidup di jalur dakwah dipilih Nur Lina Djamil sejak muda. Hingga saat ini, perempuan yang akrab disapa Umi Lina ini aktif mengajar agama tanpa digaji. Termasuk sudah lima tahun mengabdikan hidup untuk mengajar mengaji kepada napi dan tahanan perempuan Lapas Pati.

Tampilan Umi Lina, Kamis siang, 19 Juli 2018, seperti hari-hari biasa. Hijab dan gamis besar yang dikenakannya tak membatasi gerak-geriknya yang energik. Bicaranya masih kental logat Aceh, daerah tanah kelahirannya. Ia menjadi warga Dukuh Runting, Desa Tambaharjo, Kecamatan Pati, setelah menikah.

Di sebuah ruangan Lapas Pati, Umi Lina dikelilingi 12 napi dan tahanan perempuan yang berlatar belakang kriminal berbeda-beda. Satu per satu mereka mengaji walaupun hanya satu ayat. Setelah mengaji, ia menerangkan maksud ayat yang dikaji.

Para napi dan tahanan yang diasuhnya ada yang terjerat kasus penggelapan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), narkoba, hingga aborsi yang beberapa waktu lalu dilakukan siswi SMK di Bumi Mina Tani. Perempuan-perempuan itu dirangkulnya dengan kasih sayang.

Ia bercerita sudah lima tahun ini mengajar ngaji tahanan dan napi perempuan di lapas. Ketertarikannya mengajar ngaji perempuan lapas karena kehidupan mereka dimarjinalkan dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat.

Ia berkeyakinan, meskipun yang disampaikan hanya satu ayat, bisa meresap ke jiwa mereka. Terbukti setiap kegiatan mengaji, mereka tak pernah absen.

"Mereka saya beri motivasi. Yang pernah membunuh anak, nanti kalau keluar penjara harus punyai cita-cita jadi guru PAUD yang menyayangi anak. Yang pernah menggelapkan uang, kalau keluar penjara harus rajin sedekah. Kalau tidak diterima di masyarakat, jangan menyerah. Pergi ke tempat yang jauh dan memulai hidup baru," katanya.

Baca berita menarik JawaPos.com lainnya di sini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wakaf Dakwah

Istri Ahmad Muslih ini mengaku terjun ke dunia dakwah sejak di bangku kuliah karena mengikuti organisasi dakwah kampusnya di Aceh. Setelah menikah 1993 silam, ibu dari delapan anak ini sempat berpindah-pindah tempat tinggal karena suaminya bekerja di kantor pajak.

"Sejak 2004 lalu, saya mulai menetap di Pati dan lebih memantapkan hati terjun ke dunia dakwah. Bahkan, saya sudah mewakafkan seluruh hidup dan keluarga untuk berdakwah, pendidikan PAUD, dan LSM Mutiara Ibu," tuturnya.

Perempuan kelahiran Aceh, 20 Oktober 1971 itu tak hanya berdakwah untuk orang-orang yang termarjinalkan. Ia pun kerap mengisi acara di masjid-masjid. Sementara lewat LSM, ia menggaet ibu-ibu yang berekonomi menengah ke atas untuk terjun ke aktivitas sosial dengan menyisihkan uang.

"Ketika di rumah, kadang saya juga kedatangan tamu orang-orang khususnya perempuan yang mempunyai permasalahan. Misalnya saja perempuan dengan kasus KDRT, perceraian, dan lainnya," tutur alumni Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Veteran Semarang ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.