Sukses

Dilema Sapi Pemakan Sampah di Makassar

Pernah ada sapi ditemukan dalam kondisi mati. Dagingnya dipotong-potong lalu dimakan warga setempat. Setelah itu mereka sakit perut.

Liputan6.com, Makassar - Jelang Idul Adha, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Tamangapa Antang Makassar, Sulawesi Selatan, masih menjadi lokasi andalan ribuan sapi untuk mencari makan.

Kepala UPTD TPA Tamangapa Antang, Sakka Saleh, mengaku tak kuasa menahan ribuan ekor sapi yang setiap hari mencari makan di TPA tersebut.

"Sapi-sapi ini masuk pukul 05.00 Wita dan keluar dari TPA tanpa komando sekitar pukul 14.00 Wita. Jumlahnya ada ribuan sapi yang masuk dari segala penjuru mencari makan di TPA Tamangapa ini," kata Sakka Saleh kepada Liputan6.com, Senin (5/9/2016).

(Ahmad Yusran/Liputan6.com)

Padahal, kata Sakka, pengelolaan sampah di TPA Tamangapa tujuannya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Juga untuk menjadikan sampah sebagai sumber daya energi listrik yang digagas Pemkot Makassar.

"Malah ada pernah sapi yang sudah jadi bangkai karena sudah sehari ditemukan dalam kondisi mati. Dagingnya dipotong-potong belum lama ini oleh pekerja sampah. Lalu dagingnya dibagi-bagikan. Setelah dikonsumsi oleh mereka, perutnya sakit," tutur Sakka Saleh.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Makassar Naisyah Tun Azikin mengatakan sapi yang suka makan sampah sangat berbahaya bila dikonsumsi.

"Beberapa penyakit yang bakal muncul disebabkan oleh keracunan logam berat, antara lain anemia, gangguan pada berbagai organ tubuh dan penurunan kecerdasan. Sebab, anak-anak merupakan golongan yang berisiko tinggi keracunan logam berat," ujar Naisyah Tun Azikin.

Oleh karena itu, tutur Naisyah, perlu adanya pengawasan ketat dalam kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat.

"Hewan ternak harus dipelihara sesuai habitatnya. Salah satu cara beternak sapi, yakni dengan mengandangkannya untuk menjaga kualitas produk daging sapi. Tujuannya agar sapi tidak makan sampah lagi. Selain itu, juga demi kesehatan masyarakat sebagai konsumen yang berhak mendapat perlindungan kesehatan," ucap Naisyah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini