Sukses

Ahok: Rebut Lahan Negara Itu Namanya Otak Komunis

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok menyatakan warga bantaran Waduk Pluit yang tinggal di permukiman ilegal memiliki pola pikir komunis.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok cukup geram dengan protes warga bantaran Waduk Pluit yang tinggal di permukiman ilegal yang tetap bertahan walaupun telah di sediakan rusun sebagai hunian yang legal.

Ahok bahkan menyebut warga yang selama ini masih tetap bersikukuh untuk bertahan di lahan ilegal atau lahan milik negara mempunyai pola pikir komunis.

"Kalau merebut lahan negara, itu namanya otak orang komunis. Itu ingetin kita ke cerita komunis yang merampok tanah orang. Kita harus tegas," ujar Ahok dengan nada ketus di Mall Ciputra, Grogol, Jakarta Barat, Sabtu (11/5/2013).

Menurutnya, warga semestinya sadar kalau lahan yang telah ditempati merupakan lahan ilegal. Ahok pun mengibaratkan warga tersebut merampok tanah negara.

"Saya tidak menuduh Anda komunis lho. Tapi kalau Anda meminta begitu, berarti Anda otak komunis. Bukan hak Anda, tapi dirampok," katanya.

Dia menuturkan, saat ini apa yang dilakukan oleh Pemprov DKI dengan menyediakan rusun bagi warga yang tinggal di permukiman ilegal dan warga miskin sudah sangat tepat. Namun Ahok mengaku kesal karena banyak warga yang masih mengeluh dan tak bersedia untuk dipindahkan.

"Kami sediakan rumah yang baik untuk Anda. Anda harus pindah. Anda tidak punya kulkas, saya beri kulkas. Tidak punya TV, kami beri TV. Anda tak punya springbed saya beri springbed. Itu di Marunda 700 unit, kurang apa lagi," ucapnya.

Ahok menyatakan, kalau salah satu yang menjadi alasan penolakan warga dipindah dikarenakan pungutan yang dibebankan. Menurut dia, alasan tersebut tidak bisa diterima.

"Kalau Anda diminta bayar uang pemeliharaan, bukan sewa ya, sekitar Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu per hari, Anda keberatan dan tidak mampu. Sedangkan rokok Anda sehari Rp 15 ribu. Ini tidak masuk akal," cetus Ahok. (Frd/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini