Sukses

6 Fakta Terkait Tragedi Kanjuruhan Malang Usai Laga Arema Vs Persebaya

Pertandingan Arema melawan Persebaya Surabaya berakhir 2-3 untuk kemenangan tim tamu. Kesal dengan kekalahan Arema, suporter Aremania menyerbu ke lapangan usai peluit panjang ditiup wasit. Tragedi Kanjuruhan pun terjadi.

Liputan6.com, Jakarta - Pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022 terjadi kericuhan usai pertandingan Derbi Super Jatim antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Pertandingan Arema melawan Persebaya berakhir 2-3 untuk kemenangan tim tamu. Kesal dengan kekalahan Arema, suporter Aremania menyerbu ke lapangan usai peluit panjang ditiup wasit. Tragedi Kanjuruhan pun terjadi.

Pemain Persebaya langsung meninggalkan lapangan dan Stadion Kanjuruhan menggunakan empat mobil taktis Polri, barracuda. Sementara beberapa pemain Arema FC yang masih di lapangan lantas diserbu pemain.

Petugas keamanan langsung berusaha menghalau serbuan suporter ini. Untuk mengusir suporter, ditembakkan gas air mata. Namun kondisi justru menjadi semakin kacau.

Semula, dikabarkan sebanyak 127 orang tewas dalam tragedi tersebut. Namun, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan bahwa jumlah korban meninggal dunia dalam tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang bertambah menjadi 129 orang.

"Jadi update yang terkonfirmasi 129 korban dinyatakan meninggal dunia," tutur Khofifah kepada wartawan, Minggu (2/10/2022).

Menurut Khofifah, pihaknya terus fokus dalam penanganan korban, baik yang membutuhkan Tim DVI atau pun korban luka ringan hingga berat. Seluruh biaya penanganan medis pun ditanggung oleh Pemerintah Daerah.

"Hari ini ada yang belum teridentifikasi jenazahnya," kata Khofifah.

Berikut sederet fakta terkait kericuhan yang terjadi usai pertandingan Derbi Super Jatim antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 3-2 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang dihimpun Liputan6.com:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

1. Kronologi Tragedi Kanjuruhan, Ratusan Korban Berjatuhan

Sepak bola Indonesia kembali berduka. Ratusan nyawa melayang akibat kerusuhan di pertandingan BRI Liga 1 2022/2023 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu malam 1 Oktober 2022.

Pertandingan Arema melawan Persebaya Surabaya berakhir 2-3 untuk kemenangan tim tamu. Kesal dengan kekalahan Arema, suporter Aremania menyerbu ke lapangan usai peluit panjang ditiup wasit.

Petugas keamanan langsung berusaha menghalau serbuan suporter ini. Untuk mengusir suporter, ditembakan gas air mata. Kondisi justru menjadi semakin kacau.

Para suporter yang panik termasuk wanita dan anak-anak berdesakan mencoba keluar dari Stadion Kanjuruhan. Akibatnya fatal, banyak yang pingsan dan sulit bernafas.

Data yang dirilis Polda Jatim pada Minggu dini hari (2/10/2022), korban jiwa kerusuhan Arema vs Persebaya mencapai 127 orang, termasuk dua anggota polisi.

Salah seorang suporter yang selamat dari kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Rezqi Wahyu menceritakan detik-detik kejadian mencekam tersebut via Twitter.

Kerusuhan bermula dari adanya satu orang Aremania dari tribun selatan yang nekat masuk ke lapangan dan mendekati pemain Arema Sergio Silva dan Adilson Maringa. Sang suporter mencoba memberikan motivasi dan kritik kepada pemain Arema.

Aksi satu orang suporter ini kemudian diikuti beberapa Aremania lain yang masuk ke lapangan guna meluapkan kekecewaannya kepada pemain. Jumlah suporter yang masuk ke lapangan semakin banyak dari berbagai sisi stadion. Suporter juga mulai melemparkan benda-benda ke lapangan.

Para pemain Arema harus mendapat pengawalan petugas keamanan saat memasuki ruang ganti. Usai pemain Arema masuk ruang ganti, situasi di lapangan semakin tak terkendali. Jumlah suporter yang masuk makin banyak.

Aparat keamanan langsung berupaya memukul mundur suporter dengan tameng dan pentungan. Saat aparat memukul mundur supporter di sisi selatan, suporter dari sisi utara yang menyerang ke arah aparat. Kondisi makin tak kondusif.

 

3 dari 7 halaman

2. Petugas Tembakkan Gas Air Mata dan Kondisi Chaos

Kemudian aparat keamanan menembakan gas air mata untuk membubarkan suporter Arema yang masuk ke lapangan. Silih berganti suporter menyerang aparat dari sisi selatan dan utara.

Selain hujan lemparan benda dari sisi tribun, di dalam lapangan juga terjadi aksi tembak-tembakanan gas air mata ke arah suporter.

Para suporter yang panik karena gas air mata semakin ricuh di tribun. Mereka berusaha segera keluar dari Stadion Kanjuruhan. Sayangnya pintu keluar sudah penuh sesak karena suporter berebut segera keluar.

Banyak suporter wanita dan anak-anak yang sesak nafas tak terdaya. Mereka sudah tak kuat berdesakan keluar dari stadion. Pintu keluar stadion semuanya penuh sesak.

"Di dalam stadion mereka sesak karena gas air mata yang sudah ditembakkan ke berbagai arah.Sedangkan untuk keluar stadion pun gak bisa karena macet penuh sesak di pintu keluar. Diluar stadion banyak yang terkapar dan pingsan karena efek terjebak di dalam stadion yang penuh gas air mata," ujar Rezqi.

Menurut penuturan Rezqi, kondisi makin panas pada pukul 22.30. Banyak insiden pelemparan batu ke arah mobil polisi. Suporter juga mengeroyok petugas polisi karena dianggap mengurung mereka di stadion degan gas air mata.

"Kondisi luar stadion Kanjuruhan sudah sangat mencekam.. Banyak suporter yang lemas bergelimpangan, teriakan dan tangisan wanita.. Suporter yang berlumuran darah, mobil hancur, kata-kata makian dan amarah... Batu batako, besi dan bambu berterbangan," tutup Rezqi.

 

4 dari 7 halaman

3. Korban Tewas Tragedi Arema Jadi 129 Orang, Luka Lebih dari 180 Orang

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan bahwa jumlah korban meninggal dunia dalam tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang bertambah menjadi 129 orang.

"Jadi update yang terkonfirmasi 129 korban dinyatakan meninggal dunia," tutur Khofifah kepada wartawan, Minggu (2/10/2022).

Menurut Khofifah, pihaknya terus fokus dalam penanganan korban, baik yang membutuhkan Tim DVI atau pun korban luka ringan hingga berat. Seluruh biaya penanganan medis pun ditanggung oleh Pemerintah Daerah.

"Hari ini ada yang belum teridentifikasi jenazahnya," kata Khofifah.

Sebelumnya dikabarkan sebanyak 127 orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pascapertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.

Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta mengatakan dari 127 orang yang meninggal dunia tersebut, dua di antaranya merupakan anggota Polri.

"Dalam kejadian itu, telah meninggal 127 orang, dua di antaranya adalah anggota Polri," kata Nico dalam jumpa pers di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (2/10/2022).

Nico menjelaskan sebanyak 34 orang dilaporkan meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, sementara sisanya meninggal saat mendapatkan pertolongan di sejumlah rumah sakit setempat.

Menurutnya, hingga saat ini terdapat kurang lebih 180 orang yang masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit tersebut.

Selain korban meninggal dunia, tercatat ada 13 unit kendaraan yang mengalami kerusakan, 10 di antaranya merupakan kendaraan Polri.

"Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan," tambah dia yang dikutip dari Antara.

 

5 dari 7 halaman

4. Pemerintah Tegaskan Tragedi Kanjuruhan Bukan Bentrok Suporter Arema-Persebaya

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md menegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur bukanlah peristiwa bentorkan antarsuporter. Sejauh ini, tercatat ada sebanyak 127 orang tewas dalam tragedi itu.

"Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antarsuporter Persebaya dengan Arema," tutur Mahfud kepada wartawan, Minggu (2/10/2022).

Menurut Mahfud, suporter Persebaya memang tidak boleh ikut menonton di Stadion Kanjuruhan. Kata dia, yang ada di lapangan saat itu hanya pendukung Arema.

"Oleh sebab itu para korban pada umumnya meninggal karena desak-desakan, saling himpit, dan terinjak-injak, serta sesak napas. Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antarsuporter," kata Mahfud menegaskan.

 

6 dari 7 halaman

5. Tragedi Kanjuruhan Arema vs Persebaya Curi Perhatian Media Asing dan Trending di Twitter

Dunia sepak bola tengah berduka, pasalnya terjadi tragedi usai laga Arema vs Persebaya Surabaya.

Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta mengungkap sebanyak 127 orang tewas dalam tragedi Kanjuruhan Malang. Di antara korban tewas tersebut ada dua personel polisi yang meninggal.

Tragedi Kanjuruhan menjadi trending topic di Twitter. Dalam utasnya, netizen banyak menyampaikan belasungkawa terhadap para korban. Tak sedikit pula yang menyuarakan bahwa peristiwa itu tak seharusnya terjadi.

"Tak ada sepak bola seharga nyawa," demikian utas sejumlah netizen dalam gambar pada Minggu (2/10/2022).

Selain itu, tragedi Arema vs Persebaya juga menjadi sorotan media asing. Jumlah korban dalam peristiwa tersebut yang mayoritas mencuri perhatian dalam pemberitaan mereka.

Salah satu yang mengulas isu tersebut adalah media Inggris Mirror.co.uk, melalui artikel bertajuk "127 football fans killed in mass riot involving tear gas as league suspended".

"Sedikitnya 127 suporter sepak bola dilaporkan tewas di Indonesia setelah terjadi kerusuhan menyusul pertandingan liga Arema FC melawan Persebaya Surabaya," tulis media tersebut.

Media Inggris lain yang juga memuat kabar tragedi Kanjuruhan hari ini adalah The Guardian. Dengan artikel "More than 120 people reportedly killed in riot at Indonesian football match".

"Perkelahian kabarnya dimulai saat ribuan suporter Arema berhamburan ke lapangan usai timnya kalah. Pemain Persebaya langsung meninggalkan lapangan, namun beberapa pemain Arema yang masih berada di lapangan juga ikut diserang," ulas The Guardian.

The Guardian juga memuat laporan yang mengatakan banyak korban terjadi setelah polisi menembakkan gas air mata ke tribun penonton, menyebabkan kepanikan di antara pendukung dua kubu di Stadion Kanjuruhan.

Kerusuhan suporter bola itu juga mencuri perhatian media Amerika Serikat (AS), New York Times. Dalam artikel bertajuk "Riots at Indonesian Soccer Match Leave Several Fans Dead".

"Beberapa orang tewas Sabtu malam setelah pertandingan sepak bola profesional di Malang, Indonesia, menyebabkan kerusuhan di stadion dan gas air mata ditembakkan ke kerumunan yang padat oleh polisi," tulis NY Times mengutip pejabat liga.

Media India, NDTV, juga tak ketinggalan menyorot tragedi Kanjuruhan Malang melalui "127 Killed In Indonesia Stampede After Football Fans "Invade Pitch": Cops".

Sementara situs berita Singapura The Straits Times, memuat update korban jiwa dalam kerusuhan bola di Malang itu dengan "More than 129 people killed after stampede at Indonesia football match".

Media Australia, beberapa di antaranya Sydney Morning Herald, SMH.com.au, adelaidenow, dan sejumlah portal berita Negeri Kanguru juga menyoroti kabar duka dari dunia sepak bola Indonesia tersebut.

Media dari Timur Tengah salah satunya, Al Jazeera, juga turut memuat isu tersebut.

Dari Malaysia, Channel News Asia memuatnya dengan "Indonesia police say 129 people killed after stampede at football match".

 

7 dari 7 halaman

6. PSSI Sudah Lapor ke FIFA Terkait Tragedi Arema

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sudah memberikan laporan kepada FIFA terkait tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur usai pertandingan Arema FC kontra Persebaya Surabaya. PSSI kini masih melakukan investigasi untuk mengusut insiden itu.

"Sudah ada komunikasi dengan FIFA, FIFA sudah minta laporannya," kata Sekjen PSSI Yunus Nusi saat jumpa pers di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Minggu (2/10/2022).

"Lalu, kami akan menunggu hasil investigasi, dari kepolisian, apapun hasilnya. Hari ini kami tidak bisa menyampaikan secara singkat, kami akan tunggu sore malam ini hasil kunjungan ketum dan komdis (komisi disiplin) ke Malang," sambung dia.

Terkait tragedi Kanjuruhan ini, PSSI disinggung mengenai nasib Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 pada Mei sampai Juni 2022. Menurutnya, PSSI terus berkomunikasi dengan FIFA agar tidak memberi sanksi.

Yunus menjelaskan, FIFA bisa saja langsung datang ke Indonesia untuk melihat langsung perkembangan investigasi Tragedi Kanjuruhan.

"FIFA bisa saja akan berkunjung ke Indonesia secara jelas dan nyata mendengar kejadian Tragedi Kanjuruhan," jelas Yunus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.