Sukses

5 Fakta Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi dan Naik Status Jadi Siaga

Status Gunung Anak Krakatau dinaikkan pada Minggu 24 April 2022 malam, dari waspada (Level II) menjadi siaga (Level III).

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Anak Krakatau (GAK) kembali erupsi. Pada Minggu 24 April 2022, pos pantau Anak Krakatau melaporkan ketinggian letusan mencapai 3.000 meter.

Abu vulkanik Anak Krakatau bahkan sampai ke Kecamatan Labuan, Kecamatan Carita, Kecamatan Panimbang, Kecamatan Cigeulis, dan Pesisir Sumur, Kabupaten Pandeglang, dan Banten.

Mengingat kondisi tersebut, warga pun diimbau untuk memakai masker saat beraktivitas di luar rumah.

Ini menjadi kesekian kalinya Gunung Anak Krakatau terus mengalami erupsi pada April 2022 ini. Menurut catatan Liputan6.com, pada Minggu malam, 17 April lalu, saat erupsi Anak Krakatau mengeluarkan kolom abu dengan ketinggian 800 meter dari atas puncak.

Abu dengan intensitas mengarah ke barat daya dengan amplitudo maksimum 55 mm dan durasi 40 detilk. Pihak PVMBG mengimbau masyarakat menjauhi kawah Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 Km.

"Rekomendasi, masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 km dari kawah," info PVMBG.

Keesokan hari, Senin, 18 April, erupsi kembali. Tercatat ada tiga kali erupsi yang terjadi. Erupsi Gunung Anak Krakatau pertama terjadi pada pukul 07.14 WIB, dengan ketinggian abu mencapai 700 meter.

Siang harinya, Gunung Anak Krakatau erupsi dua kali. Masing-masing dengan ketinggian abu mencapai 700 meter dari puncak.

Lima hari kemudian, Anak Krakatau meletus kembali. Semburan abu vulkaniknya mencapai 1.500 meter di atas puncak, pada Jumat dini hari, 22 April 2022.

Dilaporkan pada hari itu, ada tiga kali letusan yang terjadi. Ketinggian kolom abu yang ketiga kalinya bahkan mencapai 1.500 meter di atas puncak. Statusnya saat itu berada di level II atau waspada.

Kini status Gunung Anak Krakatau naik menjadi siaga dari level II atau waspada. Bagaimana kronologinya hingga naik menjadi siaga?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Status Gunung Anak Krakatau Naik Jadi Siaga

Gunung Anak Krakatau (GAK), Serang, Banten yang letusannya cukup sering sepanjang April 2022, kini naik status dari Level II Waspada menjadi Level III atau Siaga pada Minggu, 24 April 2022.

Kenaikan status berdasarkan surat yang ditandatangani oleh Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono. Surat itu menerangkan tentang kenaikan status Gunung Anak Krakatau.

Surat itu terhitung sejak Minggu 24 April 2022, pukul 18.00 WIB. Dengan surat itu, masyarakat, nelayan hingga wisatawan dilarang beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari gunung berapi.

"Sehubungan dengan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau berada pada Level III atau Siaga, masyarakat, pengunjung, wisatawan, pendaki tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawah aktif," begitu tulis surat tersebut, dikutip pukul 21.00 WIB, Minggu, 24 April.

Masih dalam surat yang sama, potensi bahaya berdasarkan peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berdiameter 2 kilometer, merupakan kawasan rawan bencana.

Kemudian berdasarkan data visual dan instrumental potensi bahaya, Gunung Anak Krakatau saat ini melontarkan material pijar dalam radius 2 kilometer dari pusat erupsi, namun lontarannya bisa menjangkau jarak yang lebih jauh lagi.

3 dari 6 halaman

2. Kronologi Anak Krakatau Naik Jadi Siaga

Dalam surat bernomor 184.Lap/GL.05/BGL/2022, Badan geologi menerangkan hasil pemantauannya hingga meningkatkan status Gunung Anak Krakatau (GAK) ke Level III atau Siaga pada Minggu, 24 April.

Dalam surat yang ditandatangani Kepala Balai Geologi, Eko Budi Lelono, yang dikirimkan oleh Deni Mardiono, petugas Pos Pantau Gunung Anak Krakatau (GAK) Pasauran, menerangkan, karakter letusannya berupa erupsi eksplosif dan erupsi efusif dengan waktu istirahat letusannya berkisar antara 1–6 tahun.

Erupsi-erupsi ini menghasilkan abu vulkanik dan lontaran lava pijar serta aliran lava. Pemantauan sudah dilakukan sejak 1-24 April 2022 melalui pos pantau di Pasauran, Kabupaten Serang, Banten, dan pos pantau di Kalianda, Lampung.

Tinggi kolom hembusan sekitar 25-3.000 meter dari atas puncak. Arah hembusan tergantung arah angin, namun umumnya abu vulkanik mengarah ke Utara, timur laut, tenggara, selatan, barat daya, barat laut dan tenggara.

Kemudian berdasarkan pengamatan instrumental kegempaan selama 1-24 April 2022, ditandai dengan terekamnya 21 kali gempa letusan, 155 kali gempa hembusan, 14 kali harmonik, 121 kali gempa low frequency, 17 kali gempa vulkanik dangkal, 38 kali gempa vulkanik dalam, dan tremor terus menerus dengan amplitudo 0.5-55 mm.

Lalu, terekam 2 kali gempa tektonik lokal, 6 kali gempa tektonik jauh dan 1 gempa terasa dengan skala I MMI.

4 dari 6 halaman

3. Terus Menerus Erupsi

Dari hasil tersebut, kemudian dievaluasi terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau yang hingga kini masih erupsi terus-menerus, dengan perubahan erupsi yang semula dominan abu menerus, menajadi tipe atrikbolian menghasilkan lontaran lava pijar pada tanggal 17 April 2022.

Selanjutnya pada tanggal 23 April 2022, sekitar pukul 12.19 WIB, teramati lava mengalir dan masuk ke laut. Hasil estimasi energi seismik saat ini teramati meningkat tajam bersamaan dengan membesarnya amplitudo tremor menerus dan semakinintensnya kejadian erupsi yang menerus.

Peningkatan ini diikuti pula dengan hasil pengukuran deformasi yang menunjukkan fluktuasi pola inflasi dan deflasi.

"Data emisi SO2 berdasarkan pantauan satelit Sentinel-5 (Tropomi) menunjukkan emisi SO2 mulai teramati pada 14 April dengan SO2 sebesar 28,4 ton/hari, 15 April 68,4 ton/hari, 17 April semakin meningkat dengan 181,1 ton/hari dan 23 April melonjak drastis dengan 9219 ton/hari," bunyi kutipan selanjutnya.

Pantauan SO2 dari magma ini berkorelasi dengan peningkatan aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini. Peningkatan SO2 yang signifikan mengindikasikan adanya suplai magma baru dan adanya material magmatik yang keluar ke permukaan, berupa lontaran material pijar yang diikuti oleh aliran lava.

Jumlah SO2 pada periode di atas mencapai 9,2 kilo Ton. Bila dibandingkan saat periode erupsi 2018, yaitu Juni-Agustus 2018 sebanyak 12,4 kilo Ton, dan September-Oktober 2018 19,4 kilo Ton.

5 dari 6 halaman

4. Jadi Siaga, Waspada Paparan Abu Vulkanik Anak Krakatau

Gunung di perairan Selatan Sunda itu sebelumnya mengalami erupsi dengan lontaran material letusan mencapai 50-200 meter.

Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau di Pasaran Kabupaten Serang Deni Mardiono di Serang, Banten, Senin (25/4/2022) mengimbau nelayan dan wisatawan tidak mendekati kawasan Gunung Anak Krakatau.

Aktivitas letusan Gunung Anak Krakatau sejak tanggal 22 April 2022, mengeluarkan abu vulkanik hitam ke wilayah Sumur dan Panimbang, Kabupaten Pandeglang.

Selain itu, di sekitar Gunung Anak Krakatau mengeluarkan lontaran bebatuan pijar. Oleh karena itu, pihaknya melarang nelayan maupun wisatawan mendekati kawasan gunung tersebut, karena khawatir terdampak batu pijar yang suhunya cukup panas dan mematikan.

"Kami merekomendasikan sekitar 5 kilometer untuk jarak aman dari kawasan Gunung Anak Krakatau," katanya.

Sebelumnya Gunung Anak Krakatau (GAK) masih terus erupsi. Masyarakat diminta berhati-hati saat beraktivitas di luar rumah dan selalu memakai masker agar abu vulkanik tidak terhisap. Abu vulkanik Gunung Anak Krakatau sudah sampai ke permukiman warga di pesisir Banten.

"Apabila keluar rumah selalu pakai masker untuk menghindari paparan abu vulkanik, tetap patuhi rekomendasi dari badan geologi," jelas Deni.

6 dari 6 halaman

5. Anak Krakatau Naik Siaga, Ini yang Dilakukan Badan Geologi

Status Gunung Anak Krakatau (GAK) naik dari level dua atau waspada menjadi level tiga atau siaga. Oleh karena itu, Badan Geologi memastikan akan segera berkoordinasi dengan stakeholder terkait.

"Sehubungan dengan peningkatan ini, kami akan melakukan koordinasi dengan BNPB dan juga BPBD baik di Banten dan Lampung dan tentu saja dengan BMKG," kata Sekretaris Badan Geologi Ediar Usman saat jumpa pers daring, Senin (25/4/2022).

Ediar menjelaskan, peningkatan level GAK didasarkan dari dua pengamatan instrumen, visual ketinggian asap dan aktivitas vulkanik yang terjadi. Kenaikan tersebut terjadi signifikan sejak 15 April 2022 dan mulai terekam intensif sejak 21 April 2022.

"Kenaikan aktivitas yang semakin signifikan dan tingkat GAK ini berdasarkan pengamatan tersebut maka Badan Geologi menaikkan status GAK yang semula level 2 ke level 3 terhitung 24 April 2022 pukul 18.00 WIB," jelas Usman.

Usman meminta masyarakat yang tinggal di wilayah GAK untuk bisa tetap tenang dan tidak mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya. Menurut dia, informasi terkait GAK bisa terus selalu dipantau melalui BPBD, situs Magma Indonesia, dan Badan Geologi.

"Tentu saja masyarakat yang ada di Selat Sunda tetap tenang dan tidak percaya isu mungkin muncul tapi bisa menghubungi BPBD setempat atau pun menghubungi kami, dan melihat update Magma Indonesia," tandas Usman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.