Sukses

Kemendikbudristek Jamin Hasil Asesmen Nasional Tidak Untuk Nilai Individu

Kemendikbudristek menjamin hasil Asesmen Nasional (AN) tidak digunakan untuk menilai individu. Melainkan, hanya digunakan untuk memetakan kondisi pendidikan dalam kelompok luas.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjamin hasil Asesmen Nasional (AN) tidak digunakan untuk menilai individu. Melainkan, hanya digunakan untuk memetakan kondisi pendidikan dalam kelompok luas.

"Saya jamin, hasil asesmen tidak digunakan untuk menilai individu murid, guru, ataupun kepala sekolah. Jawaban individu merupakan data yang dirahasiakan. Survei hanya akan menghasilkan skor kolektif di tingkat sekolah dan daerah. Hasil akhir AN murni bertujuan untuk perbaikan mutu pembelajaran dan tidak akan memberikan konsekuensi terhadap individu pesertanya," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Kabalitbangbuk) Anindito Aditomo dalam keterangan tulis, Rabu (28/7/2021).

Asesmen Nasional (AN) diluncurkan pada 2019 sebagai Merdeka Belajar episode pertama yang mencakup tiga komponen besar yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Literasi dan Numerasi, Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

Anindito menyatakan bahwa nantinya, hasil dari ketiga komponen Asesmen Nasional (AN) akan disampaikan kepada sekolah dan pemerintah daerah sebagai bahan evaluasi diri dan perencanaan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Tidak ada konsekuensi diberikan terhadap peserta.

"Hasil pemetaan dari AN dapat membantu sekolah, pemerintah daerah, dan Kemendikbudristek untuk melakukan intervensi yang lebih terarah dan berbasis data, sehingga lebih sesuai kebutuhan. Umpan balik dari AN dibutuhkan untuk mendorong transformasi pendidikan ke arah yang lebih berkualitas," papar dia.

Anindito juga menjelaskan di tingkat pusat, Kemendikbudristek sudah hampir rampung mempersiapkan Asesmen Nasional (AN).

Instrumennya, kata dia, telah dikembangkan dengan pendekatan yang baku, namun akan terus disesuaikan berdasarkan data dan masukan.

Penyusunan instrumen tersebut, lanjut Anindito, melibatkan sejumlah pakar dari bidang-bidang terkait.

"Sesuai rancangan program dari awal, pengembangan instrumen dilakukan dengan melibatkan pakar, peneliti, dan praktisi. Selain itu juga mempertimbangkan data dan masukan, termasuk dari penerapan terbatas di Sekolah Penggerak. Umpan balik dari sekolah merupakan hal penting untuk mendapatkan data yang berkualitas dan bermanfaat," tekan dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hasil Asesmen Nasional (AN) untuk Pemetaan

Menurut Anindito, pemetaan hasil AN yang akan bermanfaat secara nasional mencakup banyak aspek pendukung pembelajaran. Dijelaskan dia, pemetaan tidak lepas dari hasil Survei Lingkungan Belajar.

Survei Lingkungan Belajar mengukur aspek-aspek dari sekolah sebagai lingkungan yang mendukung terjadinya pembelajaran.

Hal ini mencakup aspek yang secara langsung berkaitan dengan pembelajaran seperti fasilitas belajar, praktik pengajaran, refleksi guru, dan kepemimpinan kepala sekolah.

"Survei Lingkungan Belajar juga mengukur aspek yang menjadi prakondisi bagi pembelajaran seperti iklim keamanan dan iklim kebinekaan sekolah," kata dia.

Iklim kebinekaan yang baik mencerminkan penerimaan dan dukungan terhadap hak-hak semua warga sekolah, terlepas dari latar belakang gender, sosial-ekonomi, budaya, politik, agama, maupun kondisi fisik.

"Rasa diterima dan didukung tanpa diskriminasi ini menjadi prakondisi bagi pembelajaran yang berkualitas," papar dia.

 

3 dari 3 halaman

Ukur Keamanan Sekolah

Selain mengukur iklim kebinekaan, Survei Lingkungan Belajar juga mengukur iklim keamanan sekolah. Rasa aman di sekolah juga merupakan prasyarat bagi terjadinya proses pembelajaran.

"Iklim keamanan sekolah mencakup indikator-indikator seperti kejadian perundungan, penggunaan narkoba, dan kekerasan di sekolah," kata Anindito.

Di luar iklim sekolah, lanjut dia, bagian terbesar dari Survei Lingkungan Belajar sebenarnya adalah berbagai aspek yang secara langsung terkait kualitas pembelajaran.

"Ini mencakup indikator-indikator fasilitas belajar, praktik pengajaran, refleksi guru, dan kepemimpinan instruksional kepala sekolah," pungkas Anindito.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.