Tak Semua Permintaan Bilateral di KAA Bisa Dipenuhi Jokowi

Liputan6.com, Jakarta Pelaksanaan Konfrensi Asia-Afrika (KAA) tinggal menghitung waktu. Dalam hajatan skala internasional ini, Presiden Joko Widodo atau Jokowi banyak menerima permintaan pertemuan bilateral.

Namun, menurut Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir, kemungkinan besar permintaan itu tidak bisa dipenuhi semua. Presiden Joko Widodo atau Jokowi memiliki agenda yang begitu padat.

"(Permintaan bilateral) bukan berarti semua permintaan dapat terjadi, karena Bilateral tergantung kepada waktu kedua kepala negara," ucap Arrmanatha di kantornya, Jakarta, Senin (13/4/2015).

"Walaupun sudah ada permintaan, itu bukan berarti mereka ditolak atau tidak penting. Namun karena lebih kepada waktu (Presiden Jokowi yang) tidak memungkinkan," sambung dia.

Dari informasi yang diterima, Arrmanatha menyatakan, waktu Jokowi sangat padat saat Konferensi Asia-Afrika berlangsung. Selain memimpin sidang KAA pada pagi dan siang hari, Jokowi juga dijadwalkan menghadiri sejumlah acara resmi lain seperti jamuan makan.

Arrmanatha menyebut Presiden kebanjiran permintaan pertemuan bilateral dengan negara-negara peserta KAA. Bahkan jumlahnya mencapai 16 permintaan.

"Permintaan bilateral dengan Presiden Jokowi antara lain dari Tiongkok, Myanmar, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Iran, Palestina, Afsel, Zimbabwe, Mozambik, Nepal, Swaziland, Nepal, Yordania, Seychelles," sebut Arrmantha.

"Itu adalah kepala negara atau kepala pemerintahan yang minta pertemuan bilateral dengan Presiden," jelas pria yang kerap disapa Tata itu.

Secara garis besar, bilateral ditunjukkan untuk memperkuat hubungan Indonesia dengan negara-negara ini. Apa lagi pertemuan yang bertepatan dengan KAA itu sangat tepat karena Konferensi tersebut bertujuan memajukan relasi negara Asia-Afrika. (Ali/Yus)