Sukses

Arti Suara Gemuruh Merapi

Ketika material yang masih berada di dalam perut Merapi itu sudah keluar dari kawah atau puncak, barulah disebut erupsi atau letusan.

Liputan6.com, Yogyakarta - Sudah 3 hari belakangan ini, warga lereng Merapi mendengarkan suara gemuruh dari gunung setinggi 2.968 meter di bawah permukaan laut (MDPL) itu. Namun suara gemuruh Merapi itu ternyata merupakan aktivitas normal.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Subandriyo mengatakan, suara gemuruh yang didengar warga adalah proses pelepasan gas yang ada dalam Merapi. Pelepasan gas ini terjadi di jalur penghubung antara kantong magma dengan kubah (puncak) Merapi yang panjangnya lebih dari 3 kilometer.

"Suara gemuruh dari dalam gunung itu dugaan kami dari proses turbulensi gas vulkanik yang ada di dalam diafragma merapi. Atau di bawah kubah, antara kantong magma merapi (diafragma), yang kita perkirakan lebih dari 3 km," kata Subandriyo kepada Liputan6.com di Yogyakarta, Selasa (29/04/2014).

Dia menuturkan, suara gemuruh itu bisa terdengar oleh warga karena pelepasan gas Merapi sangat kuat. Gas itu juga membawa material bebatuan yang ada di jalur diafragma.

"Gas sangat kuat itu menyebabkan material batuan terbawa oleh turbulensi gas, yang kadang menyebabkan terjadi suara (gemuruh) di sekitar Merapi," ujar Subandriyo.

Namun berdasarkan analisa BPPTKG, proses pelepasan gas di jalur diafragma Merapi belum menunjukkan tanda-tanda bakal terjadinya erupsi Merapi. Ketika material yang masih berada di dalam perut Merapi itu sudah keluar dari kawah atau puncak, barulah disebut erupsi atau letusan.

Namun, suara gemuruh itu belum menimbulkan letusan. Sehingga Subandriyo menyimpulkan, status Merapi sejauh ini masih normal.

"Kalau ke arah erupsi (letusan) magmatis jumlah kegempaan high frequency akan lebih banyak. Saat ini gempanya sangat sedikit atau hanya low frequency. Jadi statusnya masih aktif normal. Hingga saat ini hasil Letusan masih dari material lama. Belum pada juvenile (magma baru)," pungkas Subandriyo.

(Shinta Sinaga)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.