Sukses

Menpora: Bukan Hanya Masruri yang Miskin

Menpora Adyaksa Dault mengatakan, atlet berprestasi dari keluarga kurang mampu bukan hanya Masruri. Adyaksa menegaskan bahwa tidak semua masalah dilimpahkan ke Departemen Pemuda dan Olahraga.

Liputan6.com, Jakarta: Mungkin hanya sedikit orang yang mengenal Masruri yang tinggal di bilangan Kemayoran, Jakarta Pusat, sebuah permukiman padat dan miskin. Padahal puluhan piala serta medali dari berbagai kejuaraan menghiasi ruangan kecil di rumahnya yang hanya seluas 2 x 3 meter. Anak sopir bajaj ini membuat harum nama bangsa di tengah seretnya prestasi putra bangsa dari berbagai ajang olahraga.

Kini, Masruri akan berangkat ke Yunani untuk mengikuti kejuaraan catur tingkat dunia. Nama baik bangsa dan negara berada di pundak bocah yang bercita-cita menjadi grandmaster ini. Dia mematok sebagai nomor satu dalam kejuaraan ini. Sayang, semangat Masruri tidak mendapatkan perhatian yang setimpal dari pemeritah.

Menteri Pemuda dan Olahraga Adyaksa Dault mengatakan, keluarga Masruri baik ayah dan kakak tidak diperkenankan ke Yunani. Padahal mereka selama ini menjadi pelatih Masruri. "Kalau orang tua ikut dalam setiap pertandingan maka anak-anak itu tidak menjadi mandiri. Jadi ketentuannya baik miskin atau kaya kalau bertanding di luar, orang tua tak boleh ikut," kata Adyaksa dalam Liputan 6 Pagi, Rabu (28/3).

Menurut Adyaksa, tak bolehnya orang tua ikut sesuai dengan aturan yang dibuat Percasi (Persatuan Catur Seluruh Indonesia). Dia menambahkan, saat anak bertanding hanya boleh didampingi oleh sang pelatih. Adyaksa mengaku tentang larangan orang tua ikut anaknya bertanding diperkuat pendapat Grandmaster Utut Ardianto.

Lebih jauh Adyaksa mengatakan, bibit unggul di dunia olahraga yang berasal dari keluarga miskin bukan hanya Masruri. "Kita ini punya ratusan orang seperti Masruri," ujar Adyaksa. Menurut dia, Masruri pernah dididik di Bekasi, Jawa Barat yang semua biayanya ditangani Percasi. Di lokasi ini ada juga anak dari pedagang asongan. "Nah, anak ini waktu itu tak mau di sana karena orang tua," ungkap Adyaksa.

Pengalaman menyedihkan pernah dirasakan Masruri ketika mengikuti turnamen tingkat ASEAN di Ancol, Jakarta Utara, setahun silam. Usai meraih empat medali di kejuaraan itu, Masruri pulang ke rumah di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, dengan berjalan kaki [baca: Pecatur Terbaik Indonesia Siap Tanding di Yunani].

Soal Masruri, Adyaksa menegaskan bahwa tak semua masalah dilimpahkan ke Departemen Pemuda dan Olahraga. Sebab yang menemukan bakat dari bakal atlet itu ada Percasi. Adyaksa mengatakan sudah meminta 100 rumah untuk atlet yang berprestasi pada tahun depan. "Saya minta ngotot," kata dia.(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini