Sukses

Cerita Pemuda Bikin Program Nasi Darurat Jogja untuk Selamatkan Anak Kos dari Kelaparan

Evan sempat mendapat bantuan selama tiga hari dari temannya. Dari situ tercetus niat Evan untuk berbagi lewat Nasi Darurat Jogja.

Liputan6.com, Jakarta - Kejadian dan kisah perjuangan para mahasiswa dalam menimba ilmu sekaligus menjalani kehidupan memang tidak mudah. Hal itu ternyata membuat hati seorang pemuda yang bernama Evan kagum dan terketuk untuk membuat program Nasi Darurat Jogja.

Pemuda yang berasal dari Wonosari, Gunungkidul ini juga memiliki pengalaman pribadi pernah mengalami kesulitan ekonomi hingga tidak bisa membeli makanan pada Desember 2022 lalu. Selama tiga hari tidak makan nasi, Evan merasa sedih hingga tidak bisa tidur karena kelaparan. Ia pun sempat berniat untuk menjual barangnya yang tidak seberapa, tapi tidak sampai hati. Sampai akhirnya datanglah membantu seorang teman yang sudah lama tidak berkomunikasi.

Dan beruntungnya, sang teman mengajaknya makan dan Evan pun menceritakan kondisinya tersebut. Temannya kemudian memberi bantuan selama tiga hari hingga akhirnya ia mendapatkan pemasukan lagi. Dari situ tercetus niat Evan untuk berbagi lewat Nasi Darurat Jogja.

"Jadi setelah punya pemasukan, bulan berikutnya, Januari 2023 aku mikir mau ngapain lagi sih? Kalau punya uang juga anti pasti habis lagi, daripada habis gak jelas mending buat bantuin orang-orang yang pernah bernasib seperti aku, trus keterusan sampai sekarang," kenang Evan, dilansir dari laman brilio.net, Sabtu, 26 Agustus 2023.

Melalui akun Twitter pribadinya yang kini diubah nama menjadi @nasidaruratJogj, program tersebut sudah berlangsung sejak 14 Januari 2023 lalu. Dengan tagline, "What you eat, what i eat, apa yang kamu makan, apa yang saya makan", program tersebut sukses mencuri perhatian warganet.

Evan menegaskan bahwa nasi darurat bukan nasi bungkus gratis yang diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak bisa membeli makan, terutama anak kos dari perantauan. "Ya gratis, tapi darurat. Standarnya itu diriku sendiri, yang pas ngalamin hal itu kemarin," jelas Evan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Membeli Nasi di Warung Terdekat

Saat memulai program ini Evan memilih untuk masak sendiri, dengan modal sebesar Rp50 ribu ia membuat nasi, sayur dan lauk yang menjadi 12 bungkus. Untuk mengantarkannya ia menggunakan sepeda miliknya.

Menurut Evan, nasi darurat bukan nasi gratis yang diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak bisa membeli makan, terutama anak kost dari perantauan. "Ya gratis, tapi darurat. Standarnya itu diriku sendiri, yang pas ngalamin hal itu kemarin," terang pria berusia 26 tahun ini.

"Sore belanja, sampai kos langsung masak. Selesai masak jam 10 malam, bungkusin, lalu antar jam 11. Waktu itu dari Maguwo ke Kota Gede pakai sepeda,” ungkap Evan. “Sampai kos jam setengah 1 pagi. Masih kepikiran lagi belum nyuci peralatan masak tadi. Nah, itu malah bikin trauma karena kelelahan," lanjutnya.

Untuk saat ini, sistem pengantaran nasi darurat ini juga lebih mudah dengan adanya relawan dan memilih membeli nasi di warung terdekat dari lokasi orang yang dibantu.  Selama program ini berlangsung terhitung ada 25 orang yang menawarkan diri lewat Twitter. Namun, kini yang masih aktif hanya sekitar lima orang.

Mengenai alur program nasi daruratnya tersebut, tahap pertama adalah Evan akan meminta lokasi dan mengelompokkannya kontak yang berdekatan. Setelah itu, ia mendistribusikan kontak-kontak itu kepada relawan yang mengantar makanan.

 

3 dari 4 halaman

Tak Hanya Bantuan Nasi Bungkus

Ia mulai mendata lokasi dari chat yang masuk di sore hari. Setelah dipetakan areanya, relawan pun mulai jalan paling lambat sebelum pukul 19.00. Nasi bungkus pun langsung dibeli dekat dengan lokasi yang mau didatangi, sehingga masih baru dan hemat waktu. Per bungkus dibatasi Rp10 ribu.

Kini, program nasi daruratnya sehari rata-rata bisa habis Rp700 ribu sampai Rp1 juta untuk beli makan dan bensin relawan. Sebelum viral, ia mengatakan hanya menghabiskan Rp400-500 ribu dalam sehari.

Seiring berjalannya program ini, Evan juga ingin bisa tepat sasaran dalam pemberian nasi darurat. Ia ingin aksi ini jadi cerminan dari dirinya, maka ia berpikir untuk membatasi memberi makan darurat kepada orang yang sama maksimal empat kali.

Tidak selalu dalam bentuk nasi, saat ini untuk memudahkan sistemnya, Evan juga memberi bantuan berupa sembako dan dana yang dikirim melalui QRIS. Bahkan tidak jarang ada juga yang menghubungi dari luar kota Yogyakarta seperti Makasar, Palangkaraya, dan Aceh untuk meminta pertolongan.

"Kalau bisa masak di kos dikirim sembako. Untuk sembako range maksimal Rp50 ribu untuk bertahan sampai 5 hari. Ini biasanya untuk keluarga atau satu kos 2 orang, biasa. Kadang setelah mendengar ceritanya memilih memberi mi atau beras sama sarden," jelas Evan.

 

4 dari 4 halaman

Harapan Evan Soal Nasi Darurat Jogja

Bermula dengan modal pribadi, kini telah banyak yang berdonasi untuk program Nasi Darurat Jogja hingga bisa punya uang kas. Hal ini juga berkat kekuatan dari media sosial. Aksi yang dilakukan Evan ini pun sempat dinotice Jefri Nichol. Aktor muda ini membagikan ulang program tersebut lewat Instagram Storynya.

Hal itu membuat Nasi Darurat pun semakin dikenal dan kian banyak yang memberikan donasi. "Nggak nyangka bakal bisa seramai ini. Bangun pagi sekitar 200 chat masuk dan konsisten selama 2 minggu. Seminggu bisa Rp4 juta dananya, untung udah ada kas," ungkap Evan.

Menghargai semangat para perantau, Evan masih terus bersemangat dan memaksimalkan untuk menolong orang-orang yang tengah mengalami kondisi darurat seperti dirinya dulu. Namun Evan berharap nantinya tidak ada orang lagi yang mengalami kondisi tersebut. "Harapannya ya udah nggak ada yang minta tolong lagi, ya kayak rumah sakit, orang inginnya sembuh, nggak ada yang sakit," harap Evan.

Jika program Nasi Darurat ini benar-benar telah berakhir, Evan ingin melanjutkan dengan membuat sebuah komunitas. Dengan adanya komunitas, diharapkan dapat menjadi sarana untuk berdiskusi.

"Maunya bikin kayak komunitas untuk bisa sharing dana supaya bukan hanya untuk makan saja. Mungkin bikin seminar atau konseling dengan mengundang pembicara gitu, tapi ini masih sebatas ide saja sih," pungkas Evan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini