Sukses

Sidang CEO TikTok di Kongres AS Berlangsung 5 Jam, Soroti Bahayanya untuk Kesehatan Mental Anak-anak

Liputan6.com, Jakarta - Kepala eksekutif TikTok, Shou Zi Chew, terpaksa menjelaskan hubungan perusahaannya dengan China, serta perlindungan bagi pengguna muda TikTok di depan sidang kongres bersama Komite DPR untuk Energi dan Perdagangan AS yang berlangsung kontroversial pada Kamis, 23 Maret 2022. Sidang tersebut dilaksanakan di tengah gencarnya upaya bipartisan untuk melarang penggunaan TikTok di Amerika Serikat karena alasan keamanan nasional.

Dikutip dari The Guardian pada Jumat (24/3/2023), sidang tersebut merupakan penampilan pertama kepala eksekutif TikTok di depan legislator AS, dan penampilan publik yang jarang dilakukan oleh Chew. Ia telah lama menjadi sosok yang jarang muncul di depan umum meski popularitas TikTok terus meningkat.

Saat ini TikTok memiliki puluhan juta pengguna di AS, tetapi para legislator telah lama mengkhawatirkan dampak platform ini terhadap kesehatan mental, terutama bagi pengguna anak dan remajanya. Anggota kongres dari Partai Republik, Gus Bilirakis, membagikan kisah Chase Nasca, seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang bunuh diri setahun yang lalu dengan melompat ke rel kereta api.

Orangtua Nasca, yang telah menggugat ByteDance, perusahaan induk TikTok, hadir dalam sidang tersebut dan terlihat emosional ketika Bilirakis menceritakan kisah putra mereka. Ia mengklaim bahwa Chase terpengaruh konten melukai diri sendiri di TikTok. "Mr. Chew, perusahaan Anda menghancurkan kehidupan mereka," ungkap Bilirakis.

Anggota kongres wanita, Nanette Barragán juga bertanya pada Chew mengenai adanya laporan bahwa ia tidak membiarkan anak-anaknya sendiri menggunakan aplikasi tersebut. "Pada usia berapa menurut Anda layak bagi seorang anak muda untuk menggunakan TikTok?" tanyanya.

Chew mengonfirmasi bahwa anak-anaknya tidak menggunakan aplikasi TikTok. Tapi, ia berdalih itu karena di Singapura, tempat mereka tinggal, tidak ada versi TikTok untuk pengguna di bawah usia 13 tahun.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Konten Dianggap Tidak Ramah Anak

TikTok telah melawan perlawanan legislatif sejak popularitasnya yang mengejutkan sejak 2018. Saat ini, 67 persen remaja berusia 13 hingga 17 tahun di AS mengatakan mereka menggunakan aplikasi tersebut dan 16 persen mengatakan mereka menggunakannya hampir terus-menerus, menurut Pew Research Center.

Hal ini menimbulkan sejumlah kekhawatiran tentang dampak aplikasi ini pada keselamatan pengguna muda, dengan konten terkait melukai diri sendiri dan gangguan makan banyak tersebar di platform ini. TikTok juga menghadapi gugatan atas tantangan mematikan yang telah menjadi viral di aplikasi ini, misalnya “Blackout Challenge” dan “Choking Challenge” yang menghasut penggunanya untuk menahan napasnya sampai pingsan.

Platform ini telah memperkenalkan fitur-fitur sebagai respons terhadap kritik tersebut, termasuk pembatasan waktu secara otomatis bagi pengguna di bawah 18 tahun. Pemeriksaan Chew dilakukan tiga tahun setelah administrasi Trump secara resmi melarang perusahaan AS berbisnis dengan ByteDance.

Biden mencabut perintah tersebut pada Juni 2021, dengan persyaratan bahwa komite investasi asing Amerika Serikat meninjau perusahaan tersebut. Ketika tinjauan itu terhambat, Biden menuntut TikTok untuk menjual saham-sahamnya yang dimiliki oleh China atau ia akan diblokir di AS.

3 dari 4 halaman

TikTok Harus Menjual Sahamnya ke AS Jika Tidak Mau Diblokir

Anggota parlemen juga mempertanyakan Chew, seorang mantan bankir Goldman Sachs yang telah memimpin perusahaan sejak Maret 2021, mengenai adanya kontrol pemerintah China atas aplikasi tersebut. Chew menjawab, "Izinkan saya menyatakan dengan tegas: ByteDance bukan agen dari China atau negara lain."

Pertanyaan dilayangkan oleh anggota komite yang menanyakan hubungan Chew dengan eksekutif perusahaan induk TikTok, ByteDance. Ia dikatakan oleh para anggota parlemen memiliki hubungan dengan Partai Komunis China.

Anggota komite mempertanyakan seberapa sering Chew berhubungan dengan mereka, dan mempertanyakan apakah solusi yang diusulkan perusahaan untuk masalah keamanan data AS akan memberikan perlindungan yang cukup dari hukum China yang meminta TikTok membuat data para penggunanya dapat diakses oleh pemerintah.

Klaim Chew tentang tidak adanya hubungan TikTok dengan pemerintah China dipatahkan oleh sebuah berita Wall Street Journal yang diterbitkan hanya beberapa jam sebelum sidang. Laporan itu mengatakan bahwa China akan sangat menentang penjualan paksa perusahaan.

Menanggapi ancaman Joe Biden tentang pelarangan berskala nasional kecuali ByteDance menjual sahamnya, Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa tindakan tersebut akan melibatkan ekspor teknologi dari China dan karenanya perlu mendapat persetujuan pemerintah China.

4 dari 4 halaman

Bantah Terkait dengan Pemerintah China

Shou Zi Chew yang tersembunyi selama dua tahun terakhir ini, menghabiskan sebagian besar waktu dalam sidang yang berlangsung selama lima jam ini untuk menekankan bahwa TikTok tidak terkait dengan pemerintah Cina. Ia menekankan bahwa ia warga asli Singapura.

Tony Cárdenas, seorang Demokrat dari California, bahkan bertanya langsung kepada Chew apakah TikTok adalah perusahaan China. Chew menjawab bahwa TikTok bersifat global, tidak tersedia di daratan China, dan bermarkas di Singapura dan Los Angeles.

Ia juga membicarakan Project Texas, sebuah upaya untuk memindahkan semua data AS ke server domestik, dan mengatakan bahwa perusahaan akan menghapus semua data pengguna AS yang disimpan di server luar negeri pada akhir tahun ini.

Namun, beberapa anggota legislatif skeptis terhadap Project Texas karena dianggap terlalu besar dan tidak akan menangani masalah privasi data AS dengan cukup cepat. "Saya khawatir bahwa apa yang Anda usulkan dengan Project Texas tidak memiliki kemampuan teknis untuk memberikan jaminan yang kami butuhkan," kata Jay Obernolte, seorang insinyur perangkat lunak Republikan California.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.