Sukses

Bahaya Kuku Panjang, dari Sarang Kuman hingga Ancam Keselamatan Bayi

Pada 1997, 16 bayi dinyatakan meninggal di salah satu rumah sakit di Amerika Serikat akibat infeksi bakteri yang dibawa oleh dua perawat yang memiliki kuku panjang

Liputan6.com, Jakarta - Seringkali perempuan memanjangkan kukunya atau menggunakan kuku palsu demi terlihat lebih cantik. Namun, tahukah Anda soal bahaya memiliki kuku panjang?

dr. Arisman Wenge Abdul Rahman menyebutkan bahwa praktik memanjangkan kuku memiliki banyak kerugian, terutama bagi kesehatan individu. Melansir dari Mstar pada Kamis, 2 Februari 2023, kuku bisa membahayakan keselamatan dan kesehatan pribadi karena banyak kuman yang akan menumpuk pada kuku yang panjang.

"Kuku yang panjang berpotensi mengumpulkan kotoran pada celah-celah bawah kuku. Meski rajin mencuci tangan, hal itu tetap tidak akan menjamin kuman hilang," ujar Arisman.

Dia menekankan kembali bahwa kotoran di celah kuku tidak bisa dihilangkan dengan cuci tangan biasa. "Pengumpulan kotoran ini akan menjadi sarang bakteri berbahaya dan mempengaruhi kesehatan tubuh," tuturnya.

Bakteri yang ditemukan pada kotoran kuku adalah Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), bakteri tersebut adalah jenis yang seringkali ditemukan pada kulit manusia. Walau bakteri Staphilococcus biasanya tidak berbahaya, tetapi dapat menyebabkan infeksi serius yang menyebabkan sepsis atau kematian.

"Salah satu studi pernah melaporkan penemuan bakteri MRSA terdapat pada celah kuku panjang. MRSA perlu antibiotik yang sangat kuat dan biasanya penyakit ini dapat menimbulkan kematian," jelas Arisman.

Di Amerika Serikat, katanya, 16 bayi meninggal di salah satu rumah sakit akibat infeksi bakteri yang dibawa oleh dua perawat yang memiliki kuku panjang sepanjang 1997.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mewarnai Kuku

Arisman juga menyebutkan faktor lain yang menyebabkan berkembangnya bakteri adalah karena mewarnai kuku. "Kebanyakan dari mereka yang memiliki kuku panjang sering mewarnai kuku, sehingga tidak terlihat ada kotoran di bawah kuku dan ini bisa menjadi tempat berkembang biak jamur,” ungkapnya.

Memiliki kuku yang panjang juga bisa melukai diri sendiri. Arisman kerap melihat pasien dengan kulit yang gatal dan suka menggaruk menyebabkan luka dan infeksi.

Luka bekas garukan tersebut harus diperhatikan secara hati-hati, misalnya pemberian antibiotik. Jika tidak, luka tersebut akan menjadi infeksi atau borok terutama pada pasien yang memiliki riwayat penyakit diabetes.

Di rumah sakit, kuku panjang dinilai berbahaya bagi bayi dan pasien. Arisman menjelaskan kulit bayi masih tipis ketika sang ibu memiliki kuku panjang kemudian menyentuh wajah atau mata bayi bisa melukai bayi tersebut.

"Bahkan di ICU, ada perawat yang akan membantu memotong kuku pasien yang terbaring di ranjang tidur karena tidak ingin terjadi infeksi di ruangan tersebut," kata dia.

3 dari 4 halaman

Tips Merawat Kuku

Melansir dari kanal Citizen 6 Liputan6.com, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika merawat kuku. Berikut adalah cara menjaga kesehatan dan kebersihan kuku.

1. Jaga Kelembapan Kuku dengan Lotion

Kuku yang pecah-pecah berarti mengindikasikan kuku yang kering. Untuk mengatasinya, mengolesi lotion yang melemabkan dapat mengatasi kuku kering secara berkala. Kuku besifat menyerap dan lotion dapat mencegah kuku kekeringan. Produk pelembab kuku yang disarankan adalah produk yang mengandung asam hualuronat, gliserin, atau shea butter. 

2.  Rutin Potong Kuku

Fungsi pertama memotong kuku adalah dapat menjaga kebersihan kuku. Selanjutnya,  memotong kuku secara teratur membantu seseorang untuk menjaga kesehatan kuku dan membantu untuk menghindari kuku yang tersangkut atau patah. Tips lain setelah memotong kuku adalah mengikir halus tepi kuku agar tidak terlalu tajam dan oleskan lotion ke kutikula kuku dan tangan. 

3. Kurangi Manikur

Manikur dan menghias kuku memng untuk menunjang penampilan yang cantik. Tetapi, alangkah baiknya untuk menjaga manikur agar tidak terlalu sering dan tetap sederhana.  Apabila ingin melakukan manikur, minta perawatan untuk membentuk kuku daripada untuk mengecatnya.

Kemudian, jangan minta untuk memasang nail art yang menggunakan kuku akrilik. Hal ini karena kuku akrilik dapat menyebabkan infeksi dan terdapat risiko kecil kanker kulit dari sinaar UV yang digunakan untuk memasangnya.

4 dari 4 halaman

Bahaya Gigit Kuku

Melansir dari laman Citizen 6 pada Rabu, 12 Oktober 2022, menggigit kuku dapat membuat penampilan kuku tampak jelek dan bisa menimbulkan infeksi jamur, kulit, dan menularkan bakteri dan virus dari jari ke usus dan mulut. 

Hal tersebut dikarenakan kuku dan jari sering membawa bakteri atau virus sehingga jika digigit dan ditelan dapat menularkan patogen ke dalam tubuh dan berpotensi meningkatkan risiko infeksi internal atau masalah pencernaan. Infeksi internal berpacu dalam meningkatkan keberadaan enterobacteria (bakteri yang biasanya ditemukan di usus) di dalam mulut. Demikian pula, infestasi parasit, seperti cacing kremi.

Menurut laporan Psychology Today, gangguan perilaku berulang yang ditandai dengan kebiasaan menggigit kuku yang kronis disebut onychophagia atau onikofagia. Menggigit kuku dapat terjadi secara spontan atau mungkin merupakan perilaku yang terfokus. Biasanya, kebiasaan ini dimulai saat anak berusia dini dan meningkat saat tumbuh remaja. Seiring bertambah usia, perilaku tersebut akan menurun. 

Kebiasaan mengigit kuku dapat dikaitkan dengan kondisi mental lainnya, seperti gangguan perhatian defisit hiperaktif (ADHD), gangguan depresi mayor (MDD), gangguan obsesif-kompulsif (OCD), gangguan menantang oposisi, gangguan kecemasan perpisahan, dan sindrom tourette.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.