Sukses

Aktivis Iklim Lempari Lukisan Monet Berharga Puluhan Juta Dolar AS dengan Kentang Tumbuk

Rangkaian pelemparan lukisan berharga mahal oleh aktivis iklim di seluruh dunia terus berlanjut. Kali ini gilliran lukisan Monet.

Liputan6.com, Jakarta - Sepasang aktivis iklim melempari lukisan Monet yang diperkirakan berharga puluhan juta dolar AS dengan kentang tumbuk. Insiden itu berlangsung di sebuah museum di Postdam, Jerman.

Kedua aktivis itu merupakan anggota Letzte Generation yang berarti generasi terakhir. Mereka melempari karya Monet berusia 130 tahun berjudul Les Meules dengan kentang tumbuk yang mencair. Selanjutnya, mereka mengelem tangan mereka di dinding bawah lukisan, di Museum Barberini.

"Orang-orang kelaparan, orang-orang kedinginan, mereka sekarat. Kita ada di tengah bencana iklim," ucap salah satu pemrotes, Mirjam Hermann, sembari menempelkan tangannya ke dinding, menurut media Der Tagesspeigel, dikutip dari NYPost, Senin (24/10/2022).

"Sains menyebut kita tidak bisa memberi makan keluarga kita pada 2050," ujar Hermann kepada pengunjung lain. "Lukisan ini tidak ada harganya bila kita harus berebut makanan."

Lukisan Meules itu dijual 111 juta dolar AS ke pelindung Museum Barberini, Hasso Plattner pada 2019, menurut Der Taggesspeigel. Pejabat museum mengatakan tangan para aktivis itu 'dengan mudah dilepaskan dari dinding'.

"Sementara saya memahami keprihatinan mendesak para aktivis dalam menghadapi bencana iklim, saya terkejut dengan cara mereka mencoba memberi bobot pada tuntutan mereka, kata Direktur Museum Ortrud Westheider dalam sebuah pernyataan.

Pejabat pemerintah yang berhaluan kiri di Potsdam dan negara bagian Brandenburg di Jerman mengutuk tindakan tersebut. "Perjuangan melawan krisis iklim tidak diperkuat dengan serangan terhadap lukisan terkenal," cuit Pemimpin Partai Hijau Brandenburg Ursula Nonnemacher di Twitter. "Sebaliknya, kita membutuhkan konsensus sosial yang luas."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dipenjara

Dalam keterangan di akun Instagram LETZTE GENERATION, pemilik akun mengunggah ulang aksi para aktivis saat memprotes penggunaan energi fosil. Mereka juga menyebut kedua aktivis itu dipenjara karena aksi tersebut.

Tidak dijelaskan apakah lukisan Monet itu terdampak oleh aksi para aktivis tersebut. Namun, ini bukan aksi pelemparan lukisan mahal pertama yang dilakukan oleh para aktivis, melainkan menyebar ke berbagai belahan dunia.

Pada Minggu, 9 Oktober 2022, sepasang aktivis lingkungan, Daisy dan Tony, dari kelompok Extinction Rebellion berulah. Mereka berusaha menarik perhatian banyak pihak dengan mengelem tangan mereka ke lukisan Picasso yang dipajang di Galeri Nasional Victoria di Melbourne.

Kedua aktivis yang berkaus hitam dengan simbol grup mereka mengelem tangan mereka ke lukisan berjudul Pembantaian di Korea. "Sebuah refleksi yang jelas dari keyakinan pasifis Picasso, "Pembantaian di Korea" menunjukkan kengerian perang melalui penggambaran saat-saat terakhir sekelompok wanita dan anak-anak yang ditahan di bawah todongan senjata oleh tentara yang tidak manusiawi," demikian pernyataan Extinction Rebellion yang diunggah lewat akun Instagram mereka.

3 dari 4 halaman

Tak Dirusak

Mereka juga memajang spanduk yang bertuliskan 'Kekacauan Iklim = Perang dan Kelaparan', untuk menekankan bahwa ada hubungan antara kerusakan iklim, konflik bersenjata, dengan penderitaan manusia.

"Menurut David Attenborough (pejuang lingkungan asal Australia), 'Bila kita terus melanjutkan jalan yang ada saat ini, kita akan menghadapi runtuhnya segala sesuatu yang memberi kita keamanan kita'," sambung mereka lagi.

Aksi mereka berlangsung sekitar sejam. Mereka mengklaim tidak ada karya seni yang dirusak dalam protes tersebut. Mereka hanya menempelkan tangan ke kaca yang melapisi lukisan yang selesai dibuat pada 18 Januari 1951 tersebut. Tujuannya adalah menagih tanggung jawab dari semua pemerintah, korporasi, dan lembaga agar segera bertindak mengatasi krisis iklim dan ekologi.

"Pesan kami: Tak ada lagi gas, tak ada lagi minyak, tak ada lagi batubara, dan tak ada lagi pembalakan asli," kata Extinction Rebellion.

Kepolisian Victoria kemudian menangkap keduanya setelah memperoleh informasi, begitu pula dengan rekan yang membantu mereka yaitu seorang pria berusia 49 tahun. Mereka yakin para aktivis memasuki galeri dari lantar bawah sebelum seorang lelaki dan perempuan mengelem tangan mereka ke lukisan tersebut sekitar pukul 12.40 siang, waktu setempat.

4 dari 4 halaman

Aksi di Italia

Aksi protes serupa juga pernah menimpa lukisan berjudul Primavera karya Sandro Botticelli yang dipajang di sebuah galeri seni di Florence, Italia, pada Juli 2022. Aktivis dari kelompok Ultima Generazione mengatakan protes itu sebagai yang pertama dalam 'musim aksi baru' yang menargetkan museum.

Langkah itu, dikutip dari The Guardian, terinspirasi dari aksi para aktivis Just Stop Oil di Inggris. Mereka juga menggelar kampanye protes serupa di galeri seni.

Dua pengunjuk rasa menempelkan telapak tangan mereka ke pameran di Galeri Uffizi sebelumnya. Dengan bantuan orang ketiga, mereka membentangkan spanduk bertuliskan, 'Ultima Generazione No Gas No Carbone (Generasi Terakhir, Tanpa Gas, Tanpa Batubara)'.

Primavera Botticelli yang berusia 540 tahun (artinya Musim Semi) adalah salah satu lukisan paling terkenal di dunia. Situs web Galeri Uffizi menggambarkan lukisan itu sebagai "perayaan cinta, perdamaian, dan kemakmuran".

Seorang pria dan dua wanita yang membayar tiket untuk masuk ke galeri akhirnya dibawa pergi oleh polisi, menurut kantor berita Italia Ansa. Tidak ada kerusakan yang terjadi pada lukisan itu, kata Ansa mengutip museum itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.