Sukses

Terlilit Krisis Ekonomi, Warga Pakistan Didesak Kurangi Minum Teh

Warga Pakistan diminta untuk mengurangi minum teh saat negara tersebut bergulat dengan krisis ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Warga Pakistan didesak untuk mengurangi minum teh untuk menjaga perekonomian tetap bertahan. Hal tersebut akibat importir teh terbesar di dunia ini bergulat dengan inflasi yang melonjak dan rupee yang terdepresiasi dengan cepat.

Menteri Federal untuk Perencanaan dan Pembangunan Pakistan Ahsan Iqbal menyampaikan bahwa warga Pakistan dapat mengurangi konsumsi teh mereka "satu atau dua cangkir" per hari. Ini dikarenakan impor menambah beban keuangan pada pemerintah.

"Teh yang kita impor itu diimpor dengan mengambil pinjaman," kata Iqbal kepada wartawan pada Selasa, 14 Juni 2022, dilansir dari CNN, Jumat, 17 Juni 2022.

Ahsan Iqbal menambahkan pengusaha juga harus tutup lebih awal untuk menghemat listrik. Negara Asia Selatan berpenduduk 220 juta ini adalah importir teh terbesar di dunia.

Pakistan membeli lebih dari 640 juta dolar AS (Rp9,4 triliun) pada 2020, menurut Observatory of Economic Complexity. Negara ini telah menghadapi tantangan ekonomi yang parah selama berbulan-bulan yang menyebabkan kenaikan harga makanan, gas dan minyak.

Banyak orang di Pakistan menggunakan media sosial untuk mencemooh permohonan Iqbal. Tak sedikit dari mereka yang mengatakan bahwa mengurangi konsumsi teh tidak akan banyak membantu meringankan kesengsaraan ekonomi negara itu.

Krisis ekonomi Pakistan menjadi pusat pertikaian politik antara Perdana Menteri Shehbaz Sharif dan pendahulunya Imran Khan awal tahun ini, yang menyebabkan penggulingan Khan pada April 2022. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Krisis Ekonomi

Sharif menuduh Khan salah urus ekonomi dan salah menangani kebijakan luar negeri negara itu, memaksa Khan keluar dari jabatannya dalam mosi tidak percaya. Berdamai dengan krisis ekonomi yang memuncak telah menjadi tantangan bagi pemerintahan Sharif.

Bulan lalu, Pakistan melarang impor barang-barang yang tidak penting dan mewah untuk "mengendalikan inflasi yang meningkat, menstabilkan cadangan devisa, memperkuat ekonomi, dan mengurangi ketergantungan negara pada impor," kata Menteri Informasi Marriyum Aurangzeb pada konferensi pers pada 19 Mei 2022. Sharif pada saat itu mengatakan keputusan itu "akan menyelamatkan devisa negara yang berharga" dan bahwa Pakistan harus "berlatih menghemat."

Pada akhir Mei, pemerintah menaikkan batas harga bahan bakar, suatu kondisi untuk melanjutkan kesepakatan bailout yang telah lama terhenti dengan Dana Moneter Internasional (IMF). Pekan lalu, pemerintah meluncurkan anggaran baru 47 miliar dolar AS untuk 2022--2023 dalam upaya meyakinkan IMF untuk memulai kembali kesepakatan bailout enam miliar dolar AS, yang disepakati oleh kedua belah pihak pada 2019.

3 dari 4 halaman

Kemarahan Warga

Dikutip dari The Washington Post, Jumat, 17 Juni 2022, warga di Pakistan melampiaskan kemarahan mereka setelah seorang menteri pemerintah mendesak mereka untuk tidak minum teh untuk membantu perekonomian. Dari pedagang kaki lima chaiwallah hingga upacara minum teh yang rumit, minuman panas berkafein yang biasanya manis dan susu adalah sajian pokok nasional yang dihormati.

"Ini hanya lelucon untuk menghidupkan kembali ekonomi Pakistan yang lemah dengan mengurangi minum teh," kata Farman Ullah Jan, seorang apoteker dari Nowshera di Pakistan utara, kepada The Washington Post.

Ia menambahkan, "Minum teh adalah bagian dari budaya di sini. Jika kami menyajikan makanan mewah untuk para tamu dan tidak menawarkan teh, tamu akan memikirkannya."

Mujeeb Ur Rahman, seorang pedagang dari Peshawar, menyesali instruksi tersebut, mengatakan kepada The Post bahwa menteri-menteri pemerintah harus memotong pengeluaran mereka sendiri dan mengajukan lebih banyak "opsi yang bisa diterapkan untuk menghidupkan kembali ekonomi."

"Orang-orang mengolok-olok ide-ide konyol seperti itu," tambahnya.

4 dari 4 halaman

Jagat Maya Heboh

Komentar menteri itu juga menimbulkan badai online dengan banyak orang di media sosial menyatakan untuk tidak pernah menyerah, sementara yang lain menyarankan Iqbal untuk mengundurkan diri. Surat kabar memuat berita utama yang mengecam "teh hemat".

Seorang pengguna Twitter bercanda ditangkap karena melebihi batas cangkir teh ekstra. "Teh gula dan roti adalah bahan bakar kelas pekerja. Tolong jangan beri label sebagai kemewahan," cuit warganet.

Sementara yang lain meminta Iqbal untuk mempromosikan lebih banyak penelitian pertanian tentang budidaya teh secara nasional, untuk menghentikan ekspor yang mahal. "Orang Pakistan memulai hari mereka dengan teh hitam kental dan mengakhirinya dengan varian hijau yang lebih ringan," kata Burzine Waghmar, seorang akademisi di Centre for the Study of Pakistan at SOAS, University of London kepada The Washington Post pada Kamis, 16 Juni 2022.

"Adalah sia-sia mendesak orang Pakistan untuk melupakan bukan hanya apa yang merupakan minuman nasional tetapi juga identitas mereka sendiri karena teh adalah penyeimbang yang hebat," tambahnya. (Natalia Adinda)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.