Sukses

Tanggapan Sandiaga Uno Soal Turis Asing yang Jengkel dengan Pedagang Asongan di Pantai Kuta Bali

Sandiaga Uno langsung pergi ke Bali untuk mencari tahu tentang turis asing yang kesal dengan pedagang asongan di Kuta Bali.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari lalu beredar video seorang turis asing yang mengaku kapok datang ke Bali. Ia mengatakan merasa terganggu dan jengkel dengan sikap sejumlah pedagang yang memaksa untuk membeli dagangannya.

Kejadian itu tak lepas dari perhatian Menteria Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. Ia pun mengunggah potongan video tersebut di akun Instagram miliknya.

Wisatawan mancanegara atau wisman yang seorang wanita tersebut membuat konten di TikTok.  Ia mengungkapkan kekesalannya terhadap orang-orang di Pantai Kuta.

"Kuta adalah yang terburuk, orang-orangnya menggangu anda ketika adan datang ke pantai. Itu sangat menjengkelkan, saya tidak mau kembali ke Kuta," ucapnya.Ia bahkan menyebut dirinya tak mau lagi kembali ke Bali.

Selain itu, ada juga turis Indonesia yang mengungkapkan kekesalan yang sama terkait pedagang di pantai Kuta.  "Saya pengalaman ke Bali, aduh, apakah dari pihak Kementerian sudah memfasilitasi (pedagang), karena dari pengalaman saya mereka sangat menganggu. Mereka kejar-kejar kita sampai di mobil loh," ucapnya.

Menanggapi hal itu, Sandiaga Uno tak tinggal diam.  Dia langsung pergi ke Bali untuk mengatasi persoalan yang bisa membuat wisatawan Pulau Dewata berkurang tersebut. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tak Boleh Terjadi Lagi

"Demi bangkitnya ekonomi dan terciptanya lapangan kerja, tidak boleh lagi terjadi hal-hal yang dapat mencoreng pariwisata Bali!," tulis Sandiaga dalam unggahannya di Instagram pada Sabtu, 23 April 2022. 

"Saya menerima banyak keluhan dari wisatawan lokal maupun mancanegara yang merasa tidak nyaman dengan kehadiran para pedagang di Pantai Kuta yang menawarkan dagangan serta jasanya dengan cara memaksa," tambahnya.

Pria yang akrab disapa Sandi ini pun menegaskan bahwa permasalahan semacam itu tidak boleh terjadi lagi, karena akan membuat wisatawan baik lokal maupun mancanegara merasa tidak nyaman dan kapok.

"Oleh karena itu, kami Gercep! Saat melakukan peninjauan ke Pantai Kuta, Bali pagi tadi, saya langsung memberikan arahan serta solusi konkret agar mereka bisa tetap berjualan, tapi dengan cara yang lebih baik," terang Sandi.

3 dari 4 halaman

Fasilitas untuk Berjualan

"Jadi .harus diberikan pengertian dan pembinaan supaya mereka bisa lebih baik lagi. Jadi bukan berarti kita harus melarang para pedagang untuk berjualan. Tetap bisa berjualan tapi kami akan berikan pelatihan, pendampingan serta memfasilitasi agar usaha mereka bisa naik kelas," sambungnya.

Menurut Sandi, para pedagang di Pantai Kuta harus diberikan solusi, seperti pembuatan kemasan yang lebih menarik hingga diberi fasilitas untuk berjualan.

"Tapi kalau diberikan solusinya, misalnya seperti Bu Ayu Gumuh dikasih kemasan yang bagus, juga logonya, terus cara berjualannya," terangnya. "Dikasih tempat, difasilitasi tempat berjualannya di mana, mungkin ini kebijakan yang lebih tepat sasaran, tepat manfaat, dan tepat waktu," pungkasnya.

Sudah menjadi rahasia umum kalau harga jasa maupun barang yang ada di tempat wisata akan menjadi lebih mahal. Namun, harga yang dikenakan seharusnya tetap masuk akal secara perhitungan. Hal seperti itu juga kerap terjadi di Bali.

4 dari 4 halaman

Syok Terima Tagihan

Bukan hanya para wisman, turis lokal pun juga pernah mendapatkan pengalaman serupa. Pada Juli 2021, seorang warganet bernama Nia Lathif membagikan kisahnya yang apes setelah berwisata di sebuah pantai di Bali.

Niat hati hanya iseng mencoba jasa pijit dan membeli barang-barang yang ditawarkan oleh para pedagang asongan, namun Nia malah disodori tagihan mencapai Rp2,6 Juta.  Dilansir video yang diunggah oleh Nia Lathif di TikTok, para pedagang asongan tersebut memberikan total rincian barang dan jasa yang harus di bayar Nia.

Tak disangka-sangka, totalnya mencapai Rp2,6 Juta. Tentunya, Nia dan kawannya pun syok menerima tagihan tersebut. Ia dan temannya harus mengambil uang terlebih dahulu ke mesin ATM. Nampak pula ibu-ibu yang memberikan jasa pijat mengikuti Nia sampai ke depan ATM.

Banyak warganet yang ikut syok sekaligus kesal dengan biaya yang dikenakan pada Nia dan temannya. "Kek gini ribut2 pantai sepi pandemic bla..bla giliran ada pendatang staycation di getok harga gila...yg ada disumpahin dan gak mau balik," komentar seorang warganet.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.