Sukses

Cerita Akhir Pekan: Pemberdayaan di Tengah Tradisi Mengirim Hamper Lebaran

Melalui tradisi mengirim hamper Lebaran, Anda bisa memberi makna lebih di samping menjaga silaturahmi. Salah satunya memberdayakan disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta - Kirim-kirim hamper Lebaran telah jadi salah satu tradisi yang lumrah ditemukan dari tahun ke tahun. Berkaca pada dorongan kehidupan sosial yang makin inklusif, peranannya bisa dibuat lebih dari sekadar medium silaturahmi.

Salah satunya, hamper Lebaran juga bisa dimanfaatkan sebagai penyambung eksistensi ragam kue tradisional. Terlebih, menurut Chef Yeni Ismayani, ada banyak rekomendasi sajian tradisional sebagai pelengkap hantaran Hari Raya.

"Bisa diselipkan jajanan bahela, aneka dodol, aneka bolu, dan aneka keletikan. Intinya, banyak kok ide untuk melestarikan kuliner Indonesia dalam hamper Lebaran," ungkapnya melalui pesan pada Liputan6.com, Sabtu, 1 Mei 2021.

President of Indonesia Pastry Allianc (IPA), Chef Rahmat Kusnedi, menambahkan bahwa konsep hamper Lebaran sebaiknya mengarah pada sajian tahan lama. "Sebelum pandemi, hamper biasanya distribusikan dua atau seminggu sebelum Lebaran, dan penerimanya sudah pulang kampung," kata dosen Pradita University itu lewat sambungan telepon, Sabtu, 1 Mei 2021.

Maka itu, daripada hantaran kue nantinya rusak dan akhirnya jadi sampah makanan, ia menyarankan untuk memilih isi hamper Lebaran dengan lebih cermat. "Bisa dengan berbagai pilihan kue kering yang notabene tahan sampai berbulan-bulan. Bolu juga bisa," imbuhnya.

Kue berbahan dasar baking dengan teknik dry heat cooking jadi yang paling direkomendasikan Chef Rahmat berdasarkan ketahanannya sebagai hamper Lebaran. "Setidaknya minimal pemangganan di atas 25 menit. Bisa bolu brownies atau bolu karamel, itu awet," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Trik Mengirim Hamper ke Luar Kota

Chef Yeni mengatakan, dalam isiannya, hamper juga bisa berupa kombinasi berbagai unsur. Misalnya, kata Chef Yeni, dodol Betawi aneka rasa dengan desiain hamper modern bernuansa kayu, serta kain Indonesia dipadankan dengan aneka manisan, seperti kolang kaling, mangga, dan pala.

Mengingat pandemi COVID-19 masih berlangsung dan adanya larangan mudik, hamper Lebaran kemungkinan juga akan dikirimkan ke luar kota. Terkait ini, Chef Yeni menyarankan untuk menghitung lama pengiriman dalam memilih kue sebagai hantaran Idulfitri.

"Kalau cake atau bolu jangan lebih dari satu hari. Kue kering aman, manisan juga aman, hanya harus dihindari dari sinar matahari agar kuenya tidak cepat rusak. Pastikan produk harus bagus agar tetap aman saat diterima," ucapnya.

3 dari 4 halaman

Memberdayakan Disabilitas

Selain melestarikan kue tradisional, hamper Lebaran juga bisa tentang pemberdayaan disabilitas. Salah satunya tercermin pada proyek hamper Lebaran kreasi tunanetra, tunarungu, dan komunitas autis yang berkolaborasi dengan Precious One, wadah kerajinan tangan kaum disabilitas.

Founder Precious One, Ratnawati Sutedjo, mengatakan, tunanetra yang bekerja sama dengan mereka sudah punya kreasi cookies untuk Imlek yang dalam edisi Lebarannya diberi varian baru, yakni kue kacang. Sementara, tunarungu punya beberapa pilihan makanan dan akhirnya memilih cookies mede.

Sementara, bekerja sama dengan Rumah Belajar, komunitas autis sudah belajar membuat nastar dan kastengel. "Mereka yang terpilih sudah sanggup berkomitmen memenuhi permintaan (pelanggan). Sebelumnya, kami juga sudah survei tempat buatnya, bersih atau tidak. Terus dicoba juga rasanya," kata Ratna melalui sambungan telepon, Kamis, 29 April 2021.

Komitmen dalam menjaga kualitas produk, menurut Retno, sangat penting. Pasalnya, ia tidak mau publik membeli dengan semata alasan belas kasih. "Kami sendiri bangga dan mau mengapresiasi karya mereka (disabilitas). Kami meningkatkan kualitas dan secara rasa diperhatikan," katanya.

Terlebih, dunia masak-memasak kue sebenarnya memang lekat dengan kaum disabilitas. Ratna mengatakan, di hampir setiap sekolah luar biasa (SLB), mereka biasanya diajarkan beberapa kemampuan, termasuk memasak.

"Makanya biasanya sudah punya pola resep yang bagus. Tinggal bagaimana dibantu untuk memperbaikinya bila memang perlu, kemudian dibantu dipasarkan," katanya.

Ratna percaya, ketimbang semata tatapan iba atau ucapan kasian, disabilitas perlu "diberi kesempatan secara setara." Informasi lebih lanjut tentang pemesanan hamper Lebaran bisa dilihat di akun Instagram Precious One, @tsa_p1.

 

4 dari 4 halaman

Tampilan Kekinian Camilan Tradisional

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.