Sukses

IDAI: Tingkat Kematian Anak Akibat Covid-19 di Indonesia Tertinggi di Asia Pasifik

Sejumlah rekomendasi dikeluarkan dokter anak agar pasien COVID-19 anak di Indonesia tak semakin melonjak.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memegang rekor tertinggi tingkat kematian anak di Asia Pasifik akibat Corona Covid-19 sebesar 2,5 persen. Sementara berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 11 ribu anak Indonesia terpapar Covid-19.

Hal tersebut diungkapkan dokter spesialis anak Mesty Ariotedjo dalam Talk Show Online Tokopedia x Parenstory, Kamis, 13 Agustus 2020. Covid-19 pada anak diawali dengan diare, kejang, shock, dan bahkan ada yang tanpa memiliki gejala.

"Ada beberapa yang memicu tingginya angka kematian anak di Indonesia, yaitu tingkat pemeriksaan rendah, banyak anak memiliki penyakit bawaan dan menderita gizi buruk, serta penanganan yang terlambat. Penanganan terlambat itu terjadi karena diperiksa ke dokter saat anak sudah sakit," ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Terkait pemakaian masker pada anak, Mesty memperingatkan kepada orangtua agar tak mengenakan masker pada anak di bawah umur dua tahun. Alasannya, karena mereka tak tahu tentang gejala sesak napas.

"Oleh karena itu, anak dua tahun tidak dianjurkan untuk memakai masker. Karena bisa membuat anak kesulitan untuk mendapatkan oksigen," imbuh dokter spesialis anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Belajar dari Rumah

Sementara itu, terkait dengan belajar tatap muka bagi anak, Mesty Ariotedjo mengungkapkan, IDAI tetap merekomendasikan belajar dari rumah hingga akhir tahun 2020. Namun, pihak IDAI tidak bisa mengganggu keputusan tersebut.

"Terkait sekolah yang dibuka, itu keputusan pemerintah. Kita tidak bisa mengganggu gugat, karena itu pasti ada pemikiran di baliknya, apakah pembelajaran jarak jauh tidak dijalankan dengan baik. Namun, risikonya seperti sekarang, banyak klaster-klaster baru dari sekolah, bahkan di Papua juga ada klaster baru," tutur Mesty.

Mesty berpendirian, sebisa mungkin anak-anak harus sekolah dari rumah. Kalau memang terpaksa harus sekolah secara langsung, harus dipastikan protokol kesehatannya wajib dijalankankan dengan baik.

Sementara untuk menjaga imunitas pada anak, anak harus mengonsumsi gizi yang seimbang, meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin C. Vitamin C ini tidak harus dari suplemen, karena suplemen itu rata-rata dosis tinggi, tapi bisa didapatkan dari buah-buahan atau sayur-sayuran hijau.

"Buah itu tidak hanya jeruk, tapi bisa kiwi, stroberi, pepaya. Mengonsumsi daging juga penting, seperti daging hewani, hati, hati ayam. Hati ayam banyak mengandung besi dan zinc yang bermanfaat untuk menjaga kekebalan tubuh. Selain itu, perlu tidur yang cukup, karena tidur bisa menjaga imunitas tubuh," papar Mesty Ariotedjo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.