Sukses

Terbuai Daging Wagyu dan Racikan Kuah Shabu-Shabu Autentik yang Dikirim Langsung dari Jepang

Saking terbuainya, sepuluh tumpuk kotak berisi daging wagyu habis disantap bersama kuah shabu-shabu.

Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang bisa menolak menyantap shabu-shabu dalam cuaca dingin seperti musim penghujan ini? Namun, tak semua restoran menghidangkan sajian tersebut secara autentik. Di antara deretan restoran Jepang di Jakarta, Momo Paradise yang cabang terbarunya berada di Summarecon Mal Kelapa Gading patut direkomendasikan. 

Keautentikan terjaga bahkan mulai dari racikan kuah. Meski membuka cabang di Indonesia, kuah yang disajikan tetap diracik dan dikirim langsung dari Jepang ke Jakarta. Terdapat tiga jenis kuah di restoran yang buka pertama kali di Tokyo pada September 1993 lalu itu, yakni sukiyaki, shabu-shabu, dan spicy miso. 

Dari ketiga jenis kuah itu, sukiyaki dan spicy miso adalah yang paling difavoritkan pengunjung. Kuah sukiyaki yang berwarna kecokelatan dari kecap memiliki cita rasa manis asin, sedangkan kuah miso pedas lebih tajam dan gurih. Kedua kuah itu dihidangkan di dalam pot metal yang dipanaskan secara konstan di atas kompor elektrik di tengah meja.

Sebelum kuah tersebut dihidangkan, pengunjung dipersilakan mengambil sayuran dan lauk lain yang tersedia di island bar. Terdapat 20 jenis sayuran segar lokal yang dipanen secara organik. Jangan lewatkan untuk mengambil tofu roll yang tersedia di salah satu sudut. Tofu tersebut menjadi salah satu yang direkomendasikan di bar tersebut.

Sebelum itu, pastikan tangan Anda bersih. Tersedia cairan disinfektan di pojok meja bar. "Di sini higienitasnya dijaga banget, sehat banget, jadi orang-orang pulang dari sini juga sehat," kata Alto Belli, Chief Executive Officer Gaea yang mewakili Momo Paradise, beberapa waktu lalu.

Setelah piring penuh, kami kembali ke meja. Tak berapa lama menunggu, kuah pendamping untuk shabu-shabu akhirnya tersaji. Ia juga membawa serta poci hitam berisi kuah sukiyaki tambahan.

Pelayan tersebut sempat pergi tapi kembali membawa sepuluh kotak berisi daging wagyu kualitas premium dan daging sapi Amerika. Ia pamit dan kembali lagi dengan membawa lauk lain, kali ini adalah ramen dan udon. Terakhir, ia membawakan telur ayam mentah.

"Itu telur omega 3 organik. Enggak perlu khawatir kualitasnya," ujar dia.

Alto meminta kami menunggu sebelum menyantap hidangan yang ada di depan mata. Pasalnya, pelayan akan menunjukkan cara mengonsumsi shabu-shabu yang autentik. Pelayan itu lalu mengambil satu mangkok kecil kosong yang terdapat di meja. Ia memecahkan telur dan mengocoknya di dalam mangkok itu. 

Kini giliran Alto yang menunjukkan cara menyantap shabu-shabu ala orang Jepang. Sebelum itu, ia memasukkan sayuran bertekstur keras terlebih dahulu ke dalam kedua kuah. Ia lalu meracik dipping sauce untuk daging yang direndam di sukiyaki, yakni terdiri dari satu sendok karamiso dan dua sendok spicy miso. 

Barulah daging wagyu dicelupkan ke dalam kuah. Bagian brisket yang lebih banyak lemak dan juicy dimasukkan di kuah spicy miso dengan posisi mendatar. Cukup satu kali balikan saja hingga daging merah berubah kecokelatan. Saya hitung bahkan tak sampai lima detik.

Selanjutnya, celupkan ke dipping sauce yang telah disiapkan tadi. Saat disantap, dagingnya nyaris hanya numpang lewat mulut saja. 

Daging berbeda, kuahnya juga berbeda. Untuk kuah sukiyaki, Alto merekomendasi daging short plate yang lebih lean dan sedikit lemak. Proses memasaknya dicelupkan ke dalam kuah dan menunggu lebih lama hingga matang. 

Setelah itu, daging langsung dicelupkan ke telur kocok mentah. Alto meyakinkan saya bahwa rasanya tak akan amis. Ternyata, kekhawatiran saya tak beralasan. Rasanya justru lebih nikmat. Pendapat saya diamini teman-teman semeja. Dagingnya juga lembut dengan sensasi sedikit pedas dari kuah.

"Lebih enak, enggak amis sama sekali," celetuk teman saya. Menurut Alto, hal itu menandakan telur mentah itu segar dan berkualitas. Selain wagyu, ada pula US Beef yang bisa dipilih untuk menyantap shabu-shabu.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Makan Komunal

Belum selesai, Alto menawarkan diri membuatkan mi ramen. Ia bilang racikannya spesial karena tak ditemukan di tempat lain. Ramen terlebih dulu direndam di kuah spicy miso.

Sembari menunggu matang yang waktunya hanya 20 detik, ia lalu meracik bumbu. Saus gomadare, bawang putih cacah, daun bawang, dan potongan rawit sesuai selera diaduk. Barulah ramen dimasukkan dan diaduk hingga merata.

Slurrp, racikan bumbu itu membuat ramen langsung masuk ke perut. Gurih, asin, dan pedas sedang berpadu jadi satu. Nikmat sekali.

Bila merasa kurang puas dengan ramen, Anda bisa memilih udon yang ukurannya lebih besar. Hanya saja, proses memasaknya lebih lama, sekitar tiga menit hingga matang. Rasanya ya mengikuti kuah apa yang digunakan untuk memasak.

Nyaris tanpa henti daging, sayuran, dan lauk pendampingnya dimasukkan ke dalam kuah. Hingga kemudian, kuah pun berubah menjadi keruh. Alto kemudian mengambil saringan kecil yang sudah disiapkan sejak awal. Saringan kecil yang disebut toribashi itu untuk mengambil residu dari kuah.

"Soalnya, kalau kotor, rasanya juga berubah. Mungkin kita tidak merasakan, tapi memang berubah," ujarnya.

Selain toribashi, disediakan pula centong kayu dan sumpit panjang di meja. Menurut Alto, kedua barang itu berguna untuk mengambil daging atau sayuran dari dalam panci. Dalam budaya Jepang, cara tersebut menghormati hak sesama penikmat shabu-shabu.

"Rasanya kan kurang higienis kalau kita mengambil daging langsung dari panci itu pakai sumpit pribadi, karena makan shabu-shabu itu sifatnya komunal. Tapi kalau masing-masing tidak keberatan, ya enggak masalah (pakai sumpit pribadi)," ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Pencuci Mulut

Tak terasa, 10 kotak daging habis nyaris tak bersisa. Namun, pesta makan belum selesai. Alto menawarkan mochi Jepang sebagai penutup makan.

Mochi disajikan di piring kecil datar. Bentuknya cantik. Isinya ogura alias kacang merah dan pandan. 

Kulit mochi cenderung lebih tebal dari mochi lokal. Rasanya juga tak semanis mochi lokal. Saat digigit, teksturnya lebih kenyal dari biasanya.

Sepasang mochi itu menjadi complimentary bagi pengunjung. Tetapi bila ingin nambah, Anda bisa memesannya secara ala carte.

Tak terasa, 90 menit berlalu. Saatnya pulang, perut juga sudah kenyang. Lagipula, batas waktu makan sepuasnya itu memang sudah habis. 

Harga sepaket makan sepuasnya mulai dari Rp198 ribu, belum termasuk pajak. Jadi, berminat mencoba?

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.