Sukses

Tekan Emisi Karbondioksida, KLM Ganti Pemakaian Pesawat dengan Kereta Cepat

Liputan6.com, Jakarta - Pesawat adalah salah satu transportasi yang sering digunakan untuk berpergian, terutama ke luar kota atau luar negeri. Burung besi ini dipilih karena memberikan efektivitas waktu dan kenyamanan bagi penggunanya. Tapi, di balik semua itu, dibutuhkan bahan bakar yang banyak dan hal tersebut bisa berdampak pada emisi karbondioksida.

Guna menanggulangi hal tersebut, KLM Dutch Airlines melakukan sebuah aksi yakni mengganti penerbangan harian dari Amsterdam ke Brussels, Belgia, dengan pelayanan kereta kecepatan tinggi. Maskapai ini akan menghilangkan satu dari lima penerbangan ini dimulai dari 29 Maret 2020.

Dilansir dari Independent, 18 September 2019, kereta yang digunakan adalah kereta dari Thalys. KLM menjanjikan penumpang bahwa pilihan kereta cepat ini akan setara dengan pelayanan di pesawat, yakni memberikan kenyamanan dan efektivitas.

Diketahui, jarak darat Amsterdam ke Brussels adalah 205,7 km dan jika menggunakan kereta, normalnya akan memakan durasi dua jam. Sedangkan penggunaan pesawat, hanya akan memakan waktu 45 menit. Program ini diketahui sebagai rencana jangka panjang perusahaan untuk mengurangi jumlah penerbangan secara bertahap. Mereka mengaku bahwa kecepatan kereta yang disediakan hampir bisa mengimbangi kecepatan pesawat.

"Mengurangi frekuensi penerbangan dari lima menjadi empat adalah cara yang baik untuk menambah pengalaman pelanggan untuk merasakan pelayanan udara dan rel," ungkap Pieter Elbers, CEO dari KLM.

Pieter mengaku usaha di bidang transportasi antar moda adalah bisnis yang kompleks dan menantang. Karenanya, mereka sedang mengusahakan kesamaan pelayanan untuk kedua jalur transportasi tersebut dan mereka menyadari bahwa kecepatan adalah kunci bagi sebuah bisnis transportasi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kebijakan Pengurangan Penerbangan

Gerakan ini tak lepas dari adanya aturan pengurangan jumlah penerbangan oleh bandara Amsterdam dan sebagai bentuk dari komitmen KLM yang mengajak pengguna untuk "terbang dengan bertanggung jawab". Hal ini ditujukan untuk membentuk masa depan berkelanjutan bagi dunia penerbangan.

Harapannya adalah mengajak pengguna untuk bersama-sama mengurangi emisi karbondioksida yang dihasilkan dari sebuah penerbangan. Selain itu, gerakan ini juga sebagai salah satu sarana untuk menawarkan beberapa perusahaan agar bisa berinvestasi biofuel.

Sebelumnya, KLM juga sempat mengumumkan ajakan kepada para penumpang untuk mengambil langkah yang bertanggung jawab untuk melakukan penerbangan. Tanggung jawab di sini diartikan sebagai kesadaran masyarakat bahwa industri pesawat ternyata berdampak pada polusi lingkungan.

Kampanye ini dilakukan melalui sebuah video yang isinya adalah pertanyaan kepada traveller, seperti 'apakah kalian harus selalu bertemu tatap muka?, 'bisakah kalian menggunakan kereta untuk menuju destinasi?' dan 'apakah kalian bisa berkontribusi dengan mengompensasi emisi karbondioksida?'.

"Ketika kami memulai 100 tahun lalu, perhatian utama kami adalah keselamatan penumpang. Tak banyak kami tahu tentang dampak penerbangan kepada lingkungan. Kini, kami tahu bahwa industri penerbangan memiliki tanggung jawab besar lainnya, yakni memastikan anak kita nanti memiliki planet yang masih bisa dieksplorasi," tulis Pieter pada surat terbuka. (Novi Thedora)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.