Sukses

Sisi Lain Gus Mus, Kiai yang Sastrawan

Membedah sisi lain KH Ahmad Mustofa Bisri, Kiai yang sastrawan, bagaimana kiprahnya?

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus ialah sosok yang memiliki dedikasi besar dalam pengembangan budaya, khususnya bidang sastra dan seni rupa.

Selain dikenal sebagai ulama, pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin ini produktif melahirkan karya kreatif dan pemikiran yang dapat diterima oleh masyarakat luas. Salah karakter karya-karyanya adalah kemampuannya menuangkan pemikiran-pemikiran reflektif dalam bentuk ungkap yang diterima di berbagai kalangan.

Sebagai sastrawan, ia menaruh perhatian besar kepada nilai-nilai universal seperti perdamaian, kerukunan, dan keadilan.

Jiwa sebagai seorang budayawan, pelukis dan penulis telah ia tunjukkan dalam berbagai karya yang melimpah jumlahnya. Dia telah menulis belasan buku, baik fiksi maupun nonfiksi.

Melalui karya sastra yang dikreasikannya, Gus Mus sering kali menunjukkan sikap kritisnya terhadap budaya yang berkembang dalam masyarakat.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Karyanya Diapresiasi hingga Jerman

Pentas baca puisinya yang pertama (1980-an) telah menuai banyak pujian dan Gus Mus segera dikukuhkan kehadirannya sebagai “bintang baru’ dalam dunia kepenyairan Indonesia. Ia menjadi salah satu penyair Indonesia yang menguasai sastra Arab (bukan sekedar terjemahannya).

Kini sajak-sajak Gus Mus diapresiasi luas oleh masyarakat, bukan hanya di Indonesia tetapi juga dunia, salah satunya terpampang di ruangan kampus Universitas Hamburg, Jerman.

Mengutip NU Online Jatim, tidak banyak sastrawan dari kalangan kiai. KH Ahmad Mustofa Bisri merupakan salah satunya. Kiai ini sangat piawai dalam menghasilkan karya sastra.

Gus Mus lahir pada 10 Agustus 1944 di Rembang, Jawa Tengah. Ia dibesarkan dari keluarga yang patriotis, intelek, progesif dan juga kasih sayang.

Ayahnya KH Bisri Musthafa adalah seorang orator yang ulung. Ia dapat menjadikan hal yang sulit untuk dimengerti menjadi mudah dicerna semua kalangan baik orang kota, maupun desa.

Kakeknya, KH Zaenal Musthofa merupakan pendiri dari Taman Pelajar Islam atau yang lebih dikenal saat ini sebagai Roudlotut Tholibin.

 

3 dari 3 halaman

Perjalanan Menimba Ilmu Gus Mus

Menimba ilmu dari dua pesantren, Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo Kediri selama dua tahun. Kemudian dilanjutkan di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta selama empat tahun. Setelah itu, beliau melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.

Berbekal ilmu yang ia pelajari selama hidupnya, karya Gus Mus sangatlah banyak. Karya-karya ini tidak hanya dari satu jenis, melainkan dari berbagai jenis. Katakanlah seperti esai, puisi, cerpen, bahkan gubahan humor merupakan jenis yang ia tekuni dan setiap jenisnya tidak menghasilkan satu atau dua karya, melainkan lebih dari tiga karya di setiap jenisnya. Tak heran beliau dijuluki dengan “Kiai yang Nyeni” karena banyaknya karya yang ia hasilkan.

Sejak muda, Gus Mus gemar menulis. Beliau sering berkompetisi dengan kakaknya yaitu KH M Cholil Bisri. Tulisan-tulisan beliau sudah banyak yang dimuat berbagai media massa.

Saat ini, beliau menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Raudlotut Tholibin Leteh, Rembang, meneruskan dari pesantren yang didirikan oleh kakeknya. Selain itu, beliau juga bekerja sebagai penasihat di Majalah Cahaya Sufi dan AL-Mihrab Semarang.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.