Sukses

Tradisi Unik Ramadhan di Indonesia hingga Suriah, Pembersihan Diri Sampai Tembakan Meriam

Semua umat Islam di seluruh dunia pasti puasa dan beribadah di bulan ramadhan, namun setiap negara memiliki tradisi dan budaya ramadhan yang berbeda. Berikut adalah beberapa tradisi unik yang dirayakan negara-negara lain selain Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Ramadhan itu lebih dari sekedar puasa dan ibadah, tetapi juga tentang bergabung dengan satu budaya dan tradisi dan mengenang masa yang lebih sederhana.

Meskipun umat Islam di seluruh dunia menjalankan puasa Ramadhan dengan cara yang hampir sama, terdapat tradisi perayaan atau festival Ramadhan yang berbeda-beda di berbagai negara.

Berikut ini sejumlah tradisi unik saat Ramadhan tiba, termasuk dari Indonesia, Liputan6.com lansir dari Karam Foundation pada Rabu (22/3/2023): 

Lentera Warna-warni di Mesir

Jika merayakan Ramadhan di Mesir, Anda pasti akan melihat jalanan indah yang dihiasi Fanus Ramadhan, sebuah lentera yang menyebarkan cahaya selama bulan suci. Lentera ini melambangkan kesatuan dan kegembiraan.

Kisah asal muasal Fanus atau Fanoo Mesir memang berbeda-beda. Namun seseorang menceritakan bahwa pada hari kelima Ramadhan tahun 358 H (969 M), Khalifah Fatimiyah Moaezz El-Din El-Allah memasuki Kairo, kota yang didirikan pasukannya untuk pertama kalinya. Saat dia datang setelah senja, penduduk muncul secara massal membawa lilin yang ditutupi kerangkai kayu agar apinya tidak padam, dan untuk merayakan kedatanagannya.

Di kemudian hari, kerangka kayu ini menjadi lampion berpola.

Gendang Sahur di Turki

Seperti banyak negara Timur Tengah lainnya, di Turki, lebih dari 20.000 penabuh genderang membangunkan umat Islam untuk sahur. Mereka dipanggil sebagai "davulcusu", mengenakan kostum tradisional Ottoman yang termasuk fez dan rompi.

Baru-baru ini, pejabat Turki meresmikan kartu keanggotaan bagi para davulcusu, agar mempunyai rasa gengsi dan kebanggan kepada mereka yang bermain gendangnya, mendorong generasi muda untuk menjaga tradisi kuno ini tetap hidup di negara yang berkembang pesat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Anak-anak Bernyanyi untuk Permen di Uni Emirat Arab

Disebut juga sebagai Trick-or-Treating versi Muslim, adalah tradisi "Haq Al Laila" yang berlangsung pada tanggal 13, 14, dan 15 Ramadhan.

Bedanya dengan Trick-or-Treating saat Halloween adalah mereka akan mengenakan pakaian cerah dan mengumpulkan permen sambil menyanyikan lagu tradisional setempat. Nyanyian Aatona Allah Yutikom, Bait Makkah Yudikum, yang diterjemahkan dari bahasa Arab menjadi 'Berikan kepada kami dan Allah akan membalas Anda dan membantu Anda mengunjungi Rumah Allah di Mekkah.' 

Kini, tradisi yang dimulai di Bahrain, dirayakan oleh seluruh negara Teluk, menyoroti pentingnya ikatan sosial yang kuat dan nilai-nilai kekeluargaan.

3 dari 4 halaman

Pembawa Berita Maroko Melantunkan Doa Keliling Kota

Saat bulan Ramdhan, seorang pembawa berita kota, yang disebut sebagai Nafar, akan berkeliaran di sekitar lingkungan Maroko sambil mengenakan pakaian tradisional berupa gandora, sandal, dan topi. Dia akan mengelilingi lingkungan Maroko sambil meniup alat musik horn untuk membangunkan keluarga saat sahur.

Orang-orang memilih seorang Nafar karena kejujuran dan empatinya. Tradisi ini sudah ada sejak abad ketujuh, ketika rekan Nabi Muhammad berkeliaran di jalanan saat fajar melantunkan doa-doa yang merdu.

Ritual Pembersihan Sebelum Hari Ramadhan di Indonesia

Padusan (berarti "mandi") adalah tradisi dari Indonesia tepatnya Yogyakarta, di mana umat Islam melakukan berbagai ritual untuk 'membersihkan' diri mereka satu hari sebelum Ramadhan.

Wali Songo, adalah misionaris pertama yang mengkomunikasikan ajaran Islam di Pulau Jawa. Mereka diyakini sebagai orang pertama yang menyebarkan tradisi Padusan di Indonesia.

4 dari 4 halaman

Penembakkan Meriam Saat Iftar di Suriah

Tradisi yang dikenal sebagai Midfa al Iftar, telah dimulai di Mesir lebih dari 200 tahun yang lalu ketika negara tersebut diperintah oleh Kerajaan Ottoman, Khosh Qadam.

Pada waktu itu, Qadam sedang menguji meriam baru saat matahari terbenam, dan secara tidak sengaja menembakkannya. Suara itu bergema di seluruh Kairo. Ini mendorong banyak warga untuk berasumsi bahwa ini adalah cara baru untuk menandai akhir puasa.

Kemudian, negara-negara lain seperti Suriah dan Lebanon mulai mengadopsi tradisi tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.