Sukses

9 Hari Puasa Sebelum Idul Adha, Perhatikan Tanggal Menunaikannya

Umat Muslim disunnahkan berpuasa selama 9 hari saja di antara 10 hari di bulan Dzulhijjah, ini pernyataan yang benar.

Liputan6.com, Jakarta - Sepuluh hari pertama di Bulan Dzulhijjah merupakan periode yang istimewa dan mendapat keridhaan Allah SWT. Oleh karena itu, umat Muslim sangat dianjurkan untuk melaksanakan ibadah puasa sunnah selama periode ini. Ada yang menyebut sunnahnya melaksanakan 10 hari puasa sebelum Idul Adha, benarkah?

Puasa sebelum Idul Adha yang dimaksudkan adalah berupa puasa sunnah Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah yang disebut memiliki keutamaan yang sangat besar. Dalam hadis riwayat Imam Bukhari, disebutkan bahwa tidak ada amalan yang lebih disukai oleh Allah SWT selain amalan kebaikan yang dilakukan pada 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah. 

Sunnah 10 hari puasa sebelum Idul Adha yang dimaksudkan, bukan berpuasa sampai tanggal 10 Dzulhijjah karena di tanggal ini disebut hari raya Idul Adha yang masuk kategori waktu haram berpuasa. Pernyataan yang benar adalah umat Muslim hanya disunnahkan untuk berpuasa selama 9 hari saja di antara 10 hari di bulan Dzulhijjah.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang 9 hari puasa sebelum Idul Adha, Rabu (31/5/2023).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

10 Hari di Bulan Dzulhijjah

Sepuluh hari pertama di Bulan Dzulhijjah merupakan periode yang istimewa dan mendapat keridhaan Allah SWT. Oleh karena itu, umat Muslim sangat dianjurkan untuk melaksanakan ibadah puasa sunnah selama periode ini. Ada yang menyebut sunnahnya melaksanakan 10 hari puasa sebelum Idul Adha, benarkah?

Nabi Muhammad SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas Ra, mengungkapkan keistimewaan sepuluh hari tersebut. Beliau menjelaskan bahwa tidak ada amalan yang lebih disukai oleh Allah SWT selain amalan kebaikan yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah.

Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, bahkan jihad di jalan Allah?" Rasulullah menjawab, "Ya, kecuali jihad di jalan Allah yang dilakukan hingga menjadi syahid."

10 hari puasa sebelum Idul Adha yang dimaksudkan adalah berupa puasa sunnah Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah yang disebut memiliki keutamaan yang sangat besar. Dalam buku Koleksi Doa & Dzikir Sepanjang Masa karya Ustadz Ali Amrin al-Qurawy, Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan hadis sebagai berikut:

"Barang siapa yang berpuasa diantara sepuluh hari tersebut, setiap harinya akan dihitung seperti berpuasa sebulan. Sedangkan, puasa pada hari Tarwiyah dianggap setara dengan puasa setahun, dan puasa pada hari Arafah dianggap setara dengan puasa dua tahun." (Dikutip dari buku berjudul Amalan Ibadah Bulan Dzulhijah, Hanif Luthfi, hal. 40)

Terdapat pula aturan puasa pada hari-hari istimewa dalam sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. 10 hari puasa sebelum Idul Adha, terutama puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah, sangat dianjurkan. Puasa selama sembilan hari pertama dalam bulan Dzulhijjah merupakan amalan yang disunnahkan.

Meskipun dalam hadis Rasulullah SAW dan Al-Qur'an menyebutkan ada keistimewaan di 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah, sejatinya umat Muslim hanya disunnahkan untuk berpuasa selama sembilan hari saja. Hal ini disebabkan karena pada tanggal 10 Dzulhijjah, umat Muslim merayakan Idul Adha, yang merupakan hari raya di mana puasa dilarang atau diharamkan.

 

3 dari 3 halaman

Rincian Puasa Bulan Dzulhijjah

1-7 Dzulhijjah

Puasa harian Dzulhijjah dilakukan selama tujuh hari berturut-turut pada tanggal 1 hingga 7 bulan Dzulhijjah. Selain itu, puasa Dzulhijjah termasuk dalam 9 hari puasa sebelum Idul Adha yang juga diperbolehkan dilakukan kapan saja sepanjang bulan tersebut.

Ibadah ini merupakan amalan yang bisa dilakukan mulai dari awal bulan Dzulhijjah hingga sebelum hari raya Idul Adha. Pelaksanaan puasa Dzulhijjah didasarkan pada salah satu riwayat hadis yang berasal dari Hafshah binti Umar bin Khattab RA. Puasa di bulan Dzulhijjah bahkan disebut sebagai amalan yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW.

Hafshah RA mengisahkan, "Ada empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW, yaitu puasa Asyura, puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, puasa tiga hari setiap bulan, dan dua rakaat sebelum Subuh." (HR Ahmad dan An Nasa'i).

Niat puasa Dzulhijjah sebagai bagian dari 9 hari puasa sebelum Idul Adha, dilakukan mulai dari hari pertama bulan Dzulhijjah hingga hari ketujuh. Berikut adalah niat puasa Dzulhijjah yang dimaksudkan:

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma hadzal yaumi 'an adaa'i syahri Dzilhijjah sunnatan lillaahi ta'aalaa.

"Saya niat puasa sunnah di bulan Dzulhijjah hari ini karena Allah Ta'ala."

8 Dzulhijjah

Puasa Tarwiyah, yaitu puasa yang dilakukan sehari sebelum wukuf pada ibadah haji yang jatuh pada bulan Dzulhijjah. Ini bagian dari 9 hari puasa sebelum Idul Adha yang umumnya dilakukan pada tanggal 8 Dzulhijjah.

Menurut buku berjudul Koleksi Doa & Dzikir Sepanjang Masa, istilah "tarwiyah" berasal dari bahasa Arab "tarawwa" yang secara harfiah berarti "membawa bekal air."

Hal ini mengacu pada praktik para jemaah Haji yang membawa persediaan air untuk keperluan mereka di Arafah dan saat menuju Mina. Mereka menghormati tradisi ini dengan berpuasa sebagai bentuk pengabdian mereka kepada Allah.

Selain itu, dianjurkan bagi individu yang berencana berpuasa Tarwiyah untuk melafalkan niat puasa Idul Adha ini pada malam hari atau sebelum sahur, sebelum adzan subuh dikumandangkan. Tujuannya agar niat terjaga dan kuat sepanjang hari puasa.

Dalam buku berjudul Buku Pintar Panduan Lengkap Ibadah Muslimah (2012) oleh Ust. M. Syukron Maksum, ini bacaan niat puasa Idul Adha hari pertama atau dilaksanakan pada dua hari sebelum Hari Raya Idul Adha, disebut puasa Tarwiyah.

نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّهِ تَعَلٰى

Nawaitu shauma tarwiyata sunnata lillaahi ta'aala.

Saya niat berpuasa sunnah hari Tarwiyah karena Allah Ta'ala.

9 Dzulhijjah

Puasa Arafah, adalah puasa yang dilakukan saat jamaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Ini bagian dari 9 hari puasa sebelum Idul Adha yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Nama "Arafah" dipilih karena pada hari sebelum Idul Adha, umat Muslim yang sedang melaksanakan ibadah Haji berkumpul dan beribadah di Arafah.

Puasa Idul Adha ini dianjurkan bagi umat Muslim yang tidak sedang menjalankan ibadah Haji. Menurut buku berjudul Cinta Shaum, Zakat, dan Haji, terdapat sebuah keutamaan yang sangat besar bagi mereka yang berpuasa Arafah, yaitu Allah akan menghapus dosa mereka selama satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.

Keutamaan ini sesuai dengan hadits berikut yang diriwayatkan dalam kitab Imam Muslim:

"Dan Rasulullah SAW ditanya tentang berpuasa di hari Arafah. Maka, Rasulullah bersabda, 'Puasa ini dapat menebus dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.'" (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan pentingnya melaksanakan puasa Arafah dan keutamaan yang terkait dengannya. Maka dengan berpuasa pada hari Arafah, umat Muslim berkesempatan untuk mendapatkan pengampunan dari Allah atas dosa-dosa mereka.

Dalam buku berjudul Buku Pintar Panduan Lengkap Ibadah Muslimah (2012) oleh Ust. M. Syukron Maksum, ini bacaan niat puasa Idul Adha hari kedua atau dilaksanakan pada satu hari sebelum Hari Raya Idul Adha, disebut puasa Arafah.

نَوَيْتُ صَو ْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِل َّهِ تَعَالَ ى

Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta’ala.

"Saya niat puasa Arafah, karena Allah ta’ala."

10 Dzulhijjah

Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, di mana berpuasa dilarang atau diharamkan sebagaimana diharamkannya berpuasa di hari raya Idul Fitri.

“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikiranlah apa pendapatmu”. Jawan Ismail, “Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah engkau akan menemuiku termasuk orang-orang sabar.” (QS. Ash-Shaffat ayat 102)

Setelah bangun keesokan harinya, Nabi Ibrahim mengetahui bahwa mimpi yang dia alami berasal dari Allah. Pada tanggal 9 Dzulhijjah, hari tersebut dikenal sebagai yaumul arofah atau hari arofah. Pada malam harinya, Nabi Ibrahim kembali bermimpi dengan mimpi yang sama seperti sebelumnya.

Kemudian, setelah bangun keesokan harinya, dia menyadari dengan yakin bahwa mimpi tersebut adalah perintah Allah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS. Hari tersebut kemudian disebut yaumun nahr atau hari nahr, dan jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah.

Selama sepuluh hari tersebut (10 hari sebelum Idul Adha), disarankan bagi umat Muslim untuk meningkatkan amal ibadah, seperti sholat, membaca Al-Quran, bersedekah, berpuasa, dan berzikir sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Puasa dalam periode ini merupakan kesempatan berharga untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan berkah-Nya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.