Sukses

Tradisi Sunat di Dekat Rumah Nelson Mandela yang Mematikan

Sunat yang di lakukan di Afrika Selatan, dekat tempat tinggal Nelson Mandela, tergolong berbahaya dan bisa mematikan.

Usia saat seorang anak harus sunat di Indonesia biasanya tak sampai menginjak remaja dan dilakukan olah tenaga medis entah dokter, perawat atau bidan. Tapi, berbeda dengan di Afrika Selatan, tepatnya dekat tempat tinggal Nelson Mandela. Laki-laki yang disunat itu sudah remaja dan bisa dibilang berbahaya karena bisa mematikan.

Ribuan remaja tiap tahunnya menjalani ritual dengan menghabiskan waktu sebulan belajar di tempat isolasi dan disunat menyakitkan oleh ahli bedah tradisional. Ritual itu dilakukan di dekat rumah Nelson Mandela, di Qunu, Afrika Selatan. Sekelompok Xhoso laki-laki yang ikut upacara sunat itu ditutupi selimut saat di lapangan.

Dalam otobiografi Nelson Mandela, ia bercerita bagaimana pengalamannya ikut upacara sunat saat berusia 16 tahun. "Tanpa sepatah kata, ia mengambil kulup saya, menariknya kedepan dan dengan satu gerakan, digunakanlah tombak. Saya merasa seolah-olah peluru menembak pembuluh darah saya," tulis Mandela seperti dikutip Dailymail, Senin (1/7/2013).

"Rasa sakit itu begitu kuat yang membuat saya mengubur dagu saya di dada saya. Beberapa detik tampaknya berlalu sebelum saya menangis dan kemudian saya sembuh dan berseru `Ndiyindoda!` (Saya seorang pria).

Tak hanya disunat, remaja-remaja pria itu juga harus menjalani tes hidup seperti terkena paparan cuaca dingin saat musim dingin di Afrika Selatan dengan pakaian yang minim. Wajahnya dicat dengan tanah liat merah atau putih dan juga diberikan ramuan herbal untuk diminum.

Namun sayang, ritual sunat di Afrika Selatan itu berisiko tinggi menimbulkan kematian. Para Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) telah menyerukan mengakhiri tradisi budaya yang berbahaya itu. Dalam tiga minggu yang lalu, sekitar 42 anak laki-laki meninggal dunia karena penyunatan gagal.

Angka itu nilainya hampir dua kali lipat dari total 26 kasus yang dilaporkan selama periode yang sama pada 2011. Belum lagi, lima anak laki-laki terluka parah karena alat kelaminnya harus diamputasi serta 300 laki-laki harus dibawa ke rumah sakit.

Polisi Afrika Selatan mengatakan pada bulan lalu, 23 remaja telah meninggal dalam sembilan hari pada upacara inisiasi.

(Mel/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini