Sukses

Polusi Bisa Picu Asma pada Anak, Dokter Ingatkan Bahaya Particulate Matter dalam Asap Rokok

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan bahwa polusi udara bisa memicu asma pada orang yang bahkan tidak memiliki genetik asma.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan bahwa polusi udara bisa memicu asma pada anak yang bahkan tidak memiliki genetik asma.

“Apa pada anak-anak yang tidak punya genetik asma itu bisa terjadi asma karena polusi? Itu bisa,” kata Agus dalam media briefing virtual Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Kamis (19/1/2023).

Agus menambahkan, pada dasarnya penyakit asma bisa terjadi karena dua hal yang kemudian disebut asma intrinsik dan asma ekstrinsik. Intrinsik artinya asma pada anak merupakan bawaan dari lahir.

“Tapi ada asma ekstrinsik, jadi orang-orang yang tidak punya risiko asma dari orangtua tapi dia bisa menjadi asma dan itu biasanya diinduksi oleh beberapa faktor salah satunya adalah polusi.”

Jika setiap hari menghirup polusi atau polutan, maka akan terjadi hipersensitif dan lama-lama menjadi asma. Paparan polutan sendiri dapat terjadi secara indoor (di dalam ruangan) atau outdoor (di luar ruangan).

Polusi dalam ruangan yang paling banyak terjadi adalah akibat asap rokok. Riset Agus pada 2017 menunjukkan hubungan polusi dalam ruangan dengan terjadinya keluhan asma.

“Terlihat sekali pada orangtua yang merokok dan anak-anaknya terkena asap rokok setiap hari ada keluhan-keluhan pernapasan asma like syndrome. Jumlahnya jauh lebih tinggi dibanding yang orangtuanya tidak pernah merokok di rumah,” ujar Agus.

Jadi, dampak polusi di rumah karena orangtuanya perokok juga dapat menginduksi terjadinya gangguan pernapasan termasuk terjadinya asma.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Particulate Matter pada Asap Rokok

Agus menyampaikan bahwa asap rokok juga mengandung particulate matter (PM). Ini adalah partikel berbahaya yang merupakan hasil dari pembakaran tak sempurna.

“Memang di asap rokok itu ada particulate matter? Ada dan ini sering kali tidak disadari oleh masyarakat.”

Jika dibagi secara sederhana, asap rokok dibagi menjadi beberapa bagian termasuk nikotin dan tar (penyebab kanker). Namun, ada satu hal yang tidak disadari dan tidak sering disebut, yakni particulate matter.

“Ketika sebuah bahan dibakar, maka dia akan melepaskan asap dan partikel, nah partikel inilah yang disebut particulate matter.”

Konsep PM pada rokok sama dengan PM pada kendaraan. Particulate matter bisa keluar dari kendaraan karena kendaraan melakukan proses pembakaran.

“Pembakaran bahan bakar kendaraan keluar dalam bentuk gas dan partikel. Jadi particulate matter ini adalah komponen dari pembakaran sesuatu.”

3 dari 4 halaman

Dampak Particulate Matter

Pembakaran bahan bakar sama halnya dengan membakar sampah. Saat membakar sampah, maka akan keluar asap. Di dalam asap itu ada partikel yang disebut sebagai particulate matter.

“Ketika Anda bakar sebatang rokok, maka akan keluar asap. Di dalam asap rokok itu ada particulate matter.”

Particulate matter yang ada dalam rokok tersebut bisa menginduksi terjadinya inflamasi atau peradangan yang bisa berujung asma, penyakit paru kronik, dan masalah pernapasan lain.

“Dan jika particulate matter terhirup masuk ke saluran napas sampai ke pembuluh darah, maka particulate matter ini bisa menginduksi inflamasi sistemik yang bisa berujung penyempitan pembuluh darah hingga stroke jantung dan sebagainya.”

4 dari 4 halaman

Sumber Polusi

Selain dari kendaraan dan asap rokok, polusi juga bisa terjadi dari industri manufaktur. Mulai dari industri pengolahan hingga industri pertambangan seperti batu bara.

“Semua hal yang menyebabkan terjadinya pelepasan partikel itu berpotensi untuk menghidupkan polusi. Jadi penggunaan bahan bakar, baik yang biasa maupun batu bara itu berpotensi menyebabkan polusi udara.”

Polusi udara apapun sumbernya bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan baik akut maupun kronik, di paru-paru maupun di jantung, bahkan bisa berujung kanker.

“Kalau kita bicara batu bara, ada penyakit spesifik tambahan karena ada komponen yang mengandung batu bara yang bila terhirup terus-menerus bisa menyebabkan terjadinya black lung disease, penyakit paru akibat debu batu bara. Biasanya terjadi setelah pajanan 10 sampai 20 tahun,” kata Agus.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.