Sukses

Bukan Cuma Genetik, Ketahui Faktor Risiko Seseorang Bisa Kena Kanker Payudara

Genetik ternyata bukan faktor utama seseorang mengidap kanker payudara.

Liputan6.com, Tangerang Selatan Genetik ternyata bukan faktor utama seseorang mengidap kanker payudara. Gaya hidup, asupan makan dan kebersihan udara tempat tinggal, ternyata bisa menjadi menjadi faktor risiko seseorang terkena kanker.

“Enggak lebih dari 5 sampai 10 persen karena gen atau faktor turunan, selebihnya 90 persen penyebabnya dari luar. Seperti pola hidup, asupan, polusi udara yang meningkat, dan beberapa faktor lainnya,” ungkap Sonar Soni Panigoro yang merupakan dokter bedah onkologi di RS Cipto Mangunkusumo dan Eka Hospital ini.

Kanker payudara terjadi akibat pertumbuhan abnormal dari sel-sel pada payudara. Pertumbuhan abnormal tersebut diduga disebabkan oleh mutasi gen yang diturunkan secara genetik maupun akibat mutasi karena faktor lingkungan. 

Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat dari sel normal dan berakumulasi, yang kemudian membentuk benjolan.

“Pada stadium yang lebih parah, sel-sel abnormal ini dapat menyebar ke organ tubuh lainnya,” katanya.

Menurut data riset International Agency for Research Cancer (IARC) tahun 2020 sebanyak 2,3 juta kasus kanker payudara dari 18,1 juta total kasus kanker atau sekitar 12,5 persen. Tak hanya itu, sebanyak 3 orang dalam 1 jam di dunia meninggal akibat kanker payudara.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Gaya Hidup Tak Sehat

Sonar pun lebih lanjut menjelaskan, seorang perempuan rentan terhadap kanker payudara bilamana dia menjalani hidup yang tidak sehat. Selain asupan makan yang tidak seimbang, jarang berolahraga, merokok, ternyata paparan hormon yang berlebihan juga memicu kanker payudara pada perempuan.

“Maksudnya terpapar hormon yang berlebihan itu, contohnya, saat kecil menstruasi terlalu cepat. Seharusnya usia 11 atau 12 tahun, ini 9 tahun sudah menstruasi. Lalu menopause, harusnya di usia 50 tahun sudah tiba saatnya, ini di usia 55 tahun masih menstruasi,” tuturnya.

Belum lagi penggunaan KB hormonal yang terlalu lama juga menjadi faktor risiko dalam kanker payudara. Seharusnya, jelas dr Sonar, penggunaan KB hormonal digunakan diusia 20 sampai 35 tahun saja. Selebihnya, pertimbangkan kebali penggunaan KB non hormonal, seperti IUD dan steril untuk perempuan, atau vasektomi untuk pria.

Sehingga, bilamana di usia di atas 35 tahun, perempuan disarankan untuk stop KB hormonal dan menggantinya dengan non hormonal.

 

3 dari 4 halaman

Usia Belasan Bisa Kena Kanker Payudara

Umumnya, kanker payudara terjadi pada orang yang sudah dewasa. Namun, jangan salah, bisa juga umur 18 tahun terdeteksi kanker payudara. 

“Walaupun kanker payudara rentan menyerang usia dewasa, saya pernah menangani pasien kanker payudara stadium 2 di usianya yang masih 18 tahun. Jadi siapapun, bisa rentan dengan ini,” kata Sonar.

Maka Sonar menyarankan agar perempuan harus menjaga gaya hidup dan asupan makannya Lalu, menyusui minimal 4 bulan pertama, ternyata sudah memproteksi ibu tersebut dari ancaman kanker payudara.

Lalu, sesering mungkin lakukan pijat atau gerakan periksa payudara sendiri atau Sadari. Ketika menemukan adanya benjolan, segera datangi dokter di rumah sakit terdekat.

“Sebenarnya tidak semua benjolan berarti kanker, tapi bila menemukan adanya benjolan silahkan ke rumah sakit periksakan diri lebih lanjut. Karena, semakin cepat tertangani, maka tingkat kesembuhannya akan semakin tinggi,” ujarnya.

 

4 dari 4 halaman

Semakin Dini Terdeteksi, Semakin Besar Sembuh

Dalam pengobatan kanker, semakin dini stadium kanker ditemukan dan diobati maka persentase kesembuhan meningkat.

Kanker payudara pada tingkat stadium 0, dipastikan bisa disembuhkan 100 persen. Lalu, naik ke stadium 1 tingkat kesembuhannya menurun ke 90 persen, stadium 2 harus menjalani kemoterapi dan tingkat kesembuhannya 80 persen.

“Begitu stadiumnya naik, maka akan semakin rendah tingkat kesembuuhannya. Belum lagi risiko penyebaran ke organ tubuh lain. Makanya, alangkah baiknya deteksi lebih dini ke rumah sakit,” kata Sonar.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.