Sukses

WHO Nyatakan Kekhawatiran Perburukan Pandemi COVID-19 pada Konflik Rusia-Ukraina

Menurut WHO, konflik bersenjata yang terjadi di Ukraina dapat memperburuk pandemi COVID-19. WHO juga berupaya untuk meminimalisir penyebaran COVID-19 di negara tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kekhawatirannya atas konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Menurut WHO, konflik bersenjata yang terjadi di Ukraina dapat memperburuk pandemi COVID-19. WHO juga berupaya untuk meminimalisir penyebaran COVID-19 di negara tersebut.

Kasus COVID-19 di Ukraina menurun dalam pekan sebelumnya, namun ada risiko signifikan adanya kondisi parah dan kematian terkait rendahnya vaksinasi di negara tersebut. Angka vaksinasi rendah pun ditemukan pada 2 juta pengungsi dari negara itu.

Menurut Our World In Data, diketahui cakupan vaksinasi di Ukraina baru mencapai 34 persen. Sementara negara tetangganya, Moldova, pun tak kalah rendah, hanya 29 persen.

Menurut WHO, ada 791.021 kasus COVID-19 baru dan 8.012 kematian di Ukraina dan negara sekitarnya pada periode 3-9 Maret 2022.

"Sayangnya, virus ini akan mengambil kesempatan untuk terus menyebar," ujar Kepala Tim Teknis COVID-19 WHO, Maria Van Kerkhove pada Rabu pekan lalu.

"Kami sebagai organisasi memahami bahwa negara-negara tersebut dalam situasi berbeda, mereka menghadapi tantangan yang berbeda. Ada banyak pergerakan dan pengungsi terkait krisis," lanjutnya.

Sementara Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO Dr Mike Ryan mengatakan, tak disangsikan lagi akan ada lonjakan COVID-19 di ukraina. Ryan menyebut, prediksi tersebut berkaitan dengan kurangnya testing, terhentinya vaksinasi, serta masyarakat yang stres dan lelah akibat perang disertai rendahnya vaksinasi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hindari Stereotip Pengungsi Perang

Ryan menambahkan dunia harus menghindari stereotip seputar pengungsi dan penyakit. "Mari kita sangat berhati-hati dengan retorika kita karena ini selalu muncul," katanya, dilansir CNN.

"Bahwa dalam beberapa hal, orang yang menyelamatkan diri dari kondisi perang akan membawa serta kondisi kesehatan mereka. Eropa memiliki banyak COVID saat ini, dan harus mampu mengatasinya, dan pengungsi Ukraina tidak akan mengubah hal itu."

Dalam laporan Minggu, WHO mengakatan telah membeli obat terapi untuk COVID-19 dan merekomendasikan kampanye vaksinasi serta menambah surveilans untuk COVID-19 serta penyakit menular lainnya.

Hungaria memberi pengungsi Ukraina vaksin COVID-19 gratis, dan WHO juga menawarkan dukungan laboratorium yang mencakup pengujian COVID-19.

Sementara Kementerian Kesehatan Rumania telah mengirim tim medis untuk menguji dan memberikan vaksin COVID-19 kepada warga Ukraina yang telah meninggalkan negara mereka.

Perawatan COVID-19 [un disediakan gratis di Slovakia. Vaksinasi COVID-19 juga gratis di Moldova untuk Ukraina, dengan pengujian kesehatan dan pemantauan COVID-19 dari kementerian, di antara penyakit lainnya.

Dalam pernyataan bersama dengan UNICEF dan UNFPA, WHO menyerukan untuk diakhirinya serangan terhadap sistem perawatan kesehatan Ukraina. Hingga Minggu, ada 31 serangan yang diverifikasi terhadap fasilitas perawatan kesehatan, dengan lebih banyak dugaan.

“Mitra kemanusiaan dan pekerja perawatan kesehatan harus dapat dengan aman memelihara dan memperkuat pemberian layanan kesehatan esensial, termasuk imunisasi terhadap COVID-19 dan polio, dan pasokan obat-obatan yang menyelamatkan jiwa bagi warga sipil di seluruh Ukraina serta bagi para pengungsi yang menyeberang ke negara-negara tetangga," demikian pernyataan WHO.

"Layanan kesehatan harus tersedia secara sistematis di perlintasan perbatasan, termasuk perawatan cepat dan proses rujukan untuk anak-anak dan wanita hamil."

3 dari 3 halaman

WHO Sarankan Hancurkan Patogen di Lab

Sementara itu, WHO juga telah menyarankan Ukraina untuk menghancurkan patogen-patogen ancaman tinggi yang disimpan di laboratorium-laboratorium kesehatan publik negara tersebut. Saran tersebut guna mencegah adanya potensi kebocoran yang dapat menyebarkan penyakit di antara warga.

Para pakar biosekuriti mengatakan, pergerakan tentara Rusia ke Ukraina serta serangan yang dilakukan pada kota-kota negara itu meningkatkanrisiko lolosnya patogen penyebab penyakit, jika salah satu fasilitas itu rusak, dilansir Aljazeera.

Seperti banyak negara lain, Ukraina memiliki laboratorium kesehatan masyarakat yang meneliti cara mengurangi ancaman penyakit berbahaya yang menyerang hewan dan manusia termasuk, yang terbaru, COVID-19.

Laboratoriumnya telah menerima dukungan dari Amerika Serikat, Uni Eropa dan WHO.

“Sebagai bagian dari pekerjaan ini, WHO sangat merekomendasikan kepada Kementerian Kesehatan di Ukraina dan badan-badan lain yang bertanggung jawab untuk menghancurkan patogen ancaman tinggi untuk mencegah potensi tumpahan,” kata WHO, sebuah badan PBB.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini