Sukses

2 Studi Ungkap Remdesivir Efektif untuk Atasi Infeksi Awal Pasien COVID-19

Dua studi terbaru mengungkap kabar terkait obat COVID-19, Remdesivir.

Liputan6.com, Jakarta Pada April 2020 lalu, ilmuwan di Amerika Serikat melaporkan penemuan pertama pada obat COVID-19 Remdesivir, yang dinilai bisa mempersingkat waktu pemulihan pada pasien yang dirawat dari 15 menjadi 11 hari.

Obat inipun telah disahkan oleh lebih dari 50 negara termasuk Indonesia. Namun, penggunaannya masih terbatas dan pemberiannya secara intravena masih menjadi kendala.

Belakangan, dua studi terbaru yang diterbitkan pada akhir Desember 2021 lalu menunjukkan kabar baik yang mengungkapkan bahwa kedua masalah tersebut ternyata dapat diperbaiki.

Melansir Strait Times, seorang peneliti menemukan Remdesivir bisa diinfuskan dan sangat efektif jika diberikan pada fase awal pasien terinfeksi COVID-19, tepatnya sebelum dirawat di rumah sakit.

Penelitian kedua juga mengungkapkan bahwa Remdesivir yang dihirup pada akhirnya dapat menggantikan teknis infus sebelumnya.

Studi yang dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine dan melibatkan 592 pasien beresiko yang tidak dirawat di rumah sakit. Setengah dari pasien menerima Remdesivir selama tiga hari.

Hasilnya, dari seluruh partisipan, hanya ada sekitar 5 orang atau 1,7 persen yang menerima Remdesivir dirawat di rumah sakit. Rawat inap tersebut pun dilakukan pada hari ke 28 terinfeksi.

Tak hanya itu, Remdesivir dikabarkan dapat memblokir semua varian virus termasuk varian Omicron. Hal tersebut dikarenakan semua varian virus yang telah ada membawa enzim yang dapat diblokir oleh Remdesivir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengurangi jumlah virus

Sebuah studi terpisah oleh Gilead Sciences mengungkapkan hal berbeda. Para peneliti menguji versi obat Remdesivir yang dihirup pada monyet hijau Afrika.

Studi juga dilaporkan dalam jurnal Science Translational Medicine, dimana peneliti menggunakan dosis obat inhalasi yang 20 kali lipat lebih rendah dibandingkan dosis dalam infus intravena.

Hasilnya, dosis rendah tersebut menghasilkan konsentrasi obat yang 53 persen lebih tinggi di paru-paru hewan. Sehingga, peneliti melaporkan bahwa Remdesivir inhalasi sama efektifnya dengan versi intravena dalam mengurangi jumlah virus di paru-paru hewan.

Hingga saat ini, peneliti juga mengungkapkan bahwa masih diperlukan banyak penelitian lainnya sebelum Remdesivir versi hidup dapat digunakan pada manusia. 

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.