Sukses

Waspada, Masalah Gizi Picu Dampak Negatif Jangka Pendek dan Panjang

Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan prevalensi balita kurang gizi dan stunting. Penurunan ini dihitung dari data pada 2013.

Liputan6.com, Jakarta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan prevalensi balita kurang gizi dan stunting. Penurunan ini dihitung dari data pada 2013.

Meski demikian, terdapat masalah gizi kurang dan muncul masalah gizi lebih sehingga menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kondisi masalah gizi ganda.

Kekurangan gizi di usia remaja juga masih terjadi. Di antaranya anemia. Padahal, kekurangan gizi di usia remaja memiliki dampak jangka panjang dan pendek. Dampak jangka pendek adalah mengganggu kehidupan sehari-hari remaja dalam belajar dan beraktivitas. Sedang, dampak jangka panjang dapat terlihat pada masa kehidupan dan generasi selanjutnya. 

Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Dr. Dhian P Dipo, MA mengatakan, upaya mencegah anemia erat kaitannya dengan asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari.

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada 2015 hingga 2019 memperlihatkan perbaikan pola konsumsi penduduk, di mana terdapat peningkatan asupan energi dan protein masyarakat.

Secara nasional rata-rata konsumsi energi dan protein sudah di atas standar kecukupan gizi. Namun, perbaikan pola konsumsi harian masih perlu ditingkatkan ke arah yang lebih baik. Misal, mengurangi kecenderungan konsumsi makanan tinggi gula, garam dan lemak, serta konsumsi sayur dan buah yang cukup.

"Buah dan sayur memberikan sumbangan vitamin dan mineral yang penting untuk kelancaran fungsi tubuh, menjaga imunitas dan tentunya juga menjaga tubuh tetap sehat bebas anemia,” kata Dhian dalam keterangan pers, Jumat (26/2/2021).

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Konsumsi TTD

Dhian menambahkan, konsumsi gizi seimbang yang divisualisasikan dengan Isi Piringku dapat membantu memenuhi kebutuhan hidup sehat jika diterapkan dengan benar.

Konsumsi gizi seimbang dengan minum tablet tambah darah (TTD) 1 kali seminggu terutama pada remaja putri juga dapat mencegah terjadinya anemia, katanya.

Menurut Dhian, saat ini masih terdapat tantangan terkait pola konsumsi masyarakat. Namun, banyak pula potensi baik yang sudah dan terus dijalankan para remaja melalui pendidikan program gizi di sekolah dan di masyarakat.

"Saya sangat mengapresiasi kegiatan para remaja yang berkontribusi untuk perbaikan gizinya. Pengetahuan dan aktivitas baik ini semoga dapat ditularkan kepada keluarga, teman dan masyarakat, demi terciptanya generasi Indonesia bebas masalah gizi dan maju," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Infografis Kiat Makan Sehat Kala Lebaran

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.