Sukses

Efektivitas Oleandrin, Ekstrak Tumbuhan yang Diakui Donald Trump Ampuh Obati COVID-19 Diragukan

Keefektivitasan ekstrak tanaman yang dijadikan obat ini ternyata masih belum teruji dan berpotensi berbahaya karena merupakan tanaman beracun, kata para ilmuwan.

Liputan6.com, New York - Belakangan ramai dibicarakan ekstrak tumbuhan Oleander dengan nama senyawa Oleandrin yang disebut-sebut ampuh mengatasi Covid-19 oleh Presiden AS Donald Trump. Namun keefektivitasan ekstrak tanaman yang dijadikan obat ini ternyata masih belum teruji dan berpotensi berbahaya karena merupakan tanaman beracun, kata para ilmuwan.

Menurut Mike Lindell, kepala eksekutif My Pillow, Presiden Trump dengan antusias menyebutkan efektivitas Oleandrin sebagai obat Covid-19 saat pertemuan di Gedung Putih bulan lalu. Namun bagi para ilmuwan, klaim ini tidak berdasar dan justru mengkhawatirkan.

Pasalnya, tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa oleandrin aman atau efektif sebagai pengobatan virus corona. Terlebih, masih tidak jelas dosisnya yang diklaim untuk pengobatan tersebut. Sedangkan menelan sedikit apapun sebuah tanaman beracun dapat membunuh Anda, kata para peneliti.

“Jangan main-main dengan tanaman ini,” kata Cassandra Leah Quave, ahli etnobotan medis di Universitas Emory kepada NYTimes.

Oleandrin berasal dari Nerium oleander, semak Mediterania berbunga indah yang populer di kalangan penata taman dan bertanggung jawab atas banyak kasus keracunan yang tidak disengaja. Oleandrin adalah senyawa kimia yang membuat tumbuhan tersebut mematikan, tulis Dr. Quave dalam sebuah artikel di The Conversation. Menelan bagian apapun dari tanaman tersebut, bahkan tak sengaja memakan siput yang sebelumnya mengunyah beberapa daunnya, dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur dan membunuh manusia dan hewan, katanya dan dokter serta ilmuwan lainnya, dilansir dari NYTimes.

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lalu, Bagaimana Bisa Oleandrin Dapat Menjadi Pengobatan untuk COVID-19?

Sebenarnya beberapa tanaman, bahkan yang beracun, diteliti untuk menemukan manfaatnya dalam pengobatan.

Robert Harrod, seorang profesor di Southern Methodist University, telah mempelajari potensi oleandrin untuk melawan sejenis leukemia. Namun Dr. Harrord pun mengatakan bahwa oleandrin masih sekedar ide menarik untuk digunakan sebagai pengobatan Covid-19.

U.S. Army Medical Research Institute of Infectious Diseases melakukan tes laboratorium pada bulan Mei untuk menentukan apakah oleandrin dapat menghentikan infeksi virus corona pada sel. Hasilnya "tidak meyakinkan," dan agensi memilih untuk menghentikan penelitian ini, menurut Lori Salvatore, juru bicara Komando Penelitian dan Pengembangan Medis Angkatan Darat.

Studi sel lain, yang belum dipublikasikan oleh jurnal ilmiah, melibatkan dua karyawan Phoenix Biotechnology, sebuah perusahaan yang berbasis di San-Antonio yang dimiliki oleh Lindell. Menurut situs webnya, perusahaan telah menghabiskan 20 tahun terakhir mengeksplorasi manfaat kesehatan dari oleandrin.

Studi tersebut menemukan bahwa oleandrin dapat memblokir virus corona pada sel monyet di dalam tabung reaksi. Tetapi apa yang disebut eksperimen in-vitro ini tidak memberi tahu kita banyak, menurut para ilmuwan yang salah satunya melakukan penelitian tersebut.

“Pengujian antivirus pada sel hanyalah langkah pertama, dan hasil yang menjanjikan harus ditindaklanjuti dengan pengujian pada hewan. Ada banyak obat seperti ini yang tampak menjanjikan selama pengujian in vitro awal, tetapi kemudian gagal di kemudian hari karena berbagai alasan,” kata Scott Weaver, ahli virologi di University of Texas Medical Branch di Galveston, dan salah satu penulis studi, dalam sebuah pernyataan.

Studi sel tersebut juga menimbulkan pertanyaan tentang keamanan obat. Sebagaimana menurut Dr. Melissa Halliday Gittinger, ahli toksikologi di Georgia Poison Center dan profesor di Sekolah Kedokteran Universitas Emory, dosis oleander sekecil 0,02 mikrogram per mililiter bisa berakibat fatal. Makalah ini tidak menawarkan dosis yang disarankan untuk orang-orang, tetapi beberapa tes laboratorium pada sel melibatkan konsentrasi yang jauh lebih tinggi," katanya.

Mungkin beberapa juga ada yang percaya tentang keefektivan Oleandrin ini karena saat diwawancara di CNN, Lindell berulang kali menyatakan bahwa oleandrin terbukti aman dalam penelitian terhadap 1.000 orang. Tapi itu menyesatkan. Tidak ada penelitian yang diketahui yang meneliti keamanan oleandrin sebagai pengobatan untuk virus korona atau apa pun yang pernah dilakukan dalam kelompok besar.

Terkait apa yang diucapkan oleh Lindell maka Andrew Whitney selaku wakil ketua dan direktur Phoenix Biotechnology menanggapinya dengan mengatakan bahwa Lindell salah bicara. Melainkan memang ada sebuah perusahaan yang menyediakan 1.000 pasien kanker di Honduras dengan diberi perlakuan obat yang mengandung oleandrin atas dasar "welas asih". Namun itu bukan studi terkontrol.

Whitney yang juga hadir saat pertemuan di Gedung Putih saat itu, mengatakan bahwa dia yakin oleandrin dapat dengan aman mengobati virus corona karena dua uji klinis awal, yang keduanya menggunakan senyawa Phoenix Biotechnology. Serta menemukan bahwa oleandrin aman digunakan untuk mengobati pasien kanker. Namun, penelitian ini kecil, masing-masing melibatkan sekitar 50 orang, dan tidak membuktikan keefektifan obat tersebut.

Namun Whitney bersikeras mengatakan oleandrin efektif dalam mengobati pasien Covid-19 karena sudah diuji pada manusia. Dia belum ingin menjelaskannya lebih lanjut karena masih terlalu dini, tetapi ia menegaskan bahwa ia mengacu pada studi yang dijalankan oleh Dr. Kim Dunn, seorang internis di praktek swasta di Houston.

Namun studi tersebut bukanlah uji klinis yang dikontrol secara ketat. Dalam sebuah wawancara, Dr. Dunn mengatakan bahwa Phoenix Biotechnology menyediakan sekitar 200 sampel suplemen oleandrin dosis sangat rendah untuk diberikan kepada sekitar 80 orang yang terinfeksi virus corona atau hidup dengan orang yang terinfeksi. Mahasiswa sarjana kedokteran diminta untuk mengevaluasi dampaknya pada sistem kekebalan sukarelawan dengan bantuan mentor di Schull Institute di Houston, katanya. Dr. Dunn menambahkan bahwa sejauh ini tidak ada efek samping yang terindentifikasi.

Whitney mengatakan bahwa dia berharap Phoenix Biotechnology dapat menguji obat tersebut di antara orang-orang yang terinfeksi virus corona di rumah sakit. Tapi dia juga berencana menjual ekstraknya sebagai suplemen makanan yang dijual bebas. Vitamin, pil penurun berat badan, melatonin, dan suplemen makanan lainnya tidak diharuskan melalui proses tinjauan pengujian obat dari Food and Drug Administration untuk dijual.

Jika Phoenix Biotechnology menjual produk itu secara bebas, maka akan dilarang memberi label oleandrin sebagai obat untuk COVID-19. Tetapi para ilmuwan masih khawatir bahwa orang akan percaya itu berhasil, terutama mengingat koneksi perusahaan ke pemerintahan Trump. 

Ini bukan pertama kalinya Lindell dikritik karena melebih-lebihkan manfaat ilmiah suatu produk. Perusahaannya mengklaim bahwa bantalnya dapat mengobati insomnia dan sleep apnea. Bahkan tidak segan-segan perusahaan tersebut menyebutkan bahwa bantalnya telah diuji dalam studi acak dan terkontrol plasebo di iklannya. "Studi tidur klinis membuktikan: '78% menunjukkan perbaikan dalam tidur! '"

Setelah gugatan oleh jaksa California dan penyelidikan oleh Truthinadvertising.org, perusahaan berhenti membuat klaim tersebut. Ternyata, penelitian tersebut tidak menggunakan kontrol plasebo dan belum ditinjau secara ilmiah. Tidak ada bukti bahwa bantal dari perusahaan Lindell dapat mengobati gangguan tidur.

Ketika ditanya tentang gugatan ini di CNN, Lindell hanya menjawab, "Saya telah diserang dengan tuntutan hukum sembrono yang harus saya selesaikan karena saya mendukung presiden terhebat yang pernah dilihat negara ini dalam sejarah."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.