Sukses

Tolak Beri Uang, Gadis 21 Tahun Didorong Pengemis ke Rel Kereta

Gara-gara menolak untuk memberikan uang, Maya yang berusia 21 tahun didorong oleh pengemis ke rel.

Malang benar nasib mahasiswi bernama Maya Leggat ini. Gara-gara menolak untuk memberikan uang, gadis berusia 21 tahun ini didorong oleh seorang pengemis ke rel kereta.

Seperti diberitakan News.com.au yang dimuat Liputan6.com, Jumat (27/9/2013), Maya pun tertabrak kereta tak berpenumpang yang hendak berhenti tepat di rel tempatnya terjatuh.

Menurut keterangan saksi, Maya sedang berdiri di peron yang menuju arah utara di stasiun White Plains, New York pada Rabu, 25 September sekitar pukul 11.05 waktu setempat. Lalu ketika pria tunawisma berusia 39 tahun yang diidentifikasi sebagai Howard Mickens itu, datang dari belakang dan mendorongnya hingga terjatuh di rel kereta.

Diduga maya didorong karena menolak memberi uang pada pengemis itu. "Seorang pria tunawisma mangkal di depan sini (stasiun White Plains), meminta uang," kata seorang penjaga kios koran bernama Gary Waxman.

"Dan seorang gadis yang baru keluar dari kamar mandi menolak untuk memberikan uang kepadanya, dan ia mendorongnya ke depan kereta. Jari-jarinya hilang, kakinya hancur. Itulah yang aku dengar dari polisi," tutur Gary.

"Polisi MTA (Metropolitan Transportation Authority) atau polisi transportasi segera menangkapnya, dan ia tidak melakukan perlawanan. Pelaku hanya berdiri di sana dengan tenang dan ditangkap," rinci Gary. Howards pun didakwa kasus kriminal tingkat dua, tentang percobaan pembunuhan.

Sementara Maya yang selamat dari insiden itu, menjalani operasi di Westchester Medical Centre. Ia sempat dalam kondisi kritis namun diperkirakan masih bisa bertahan hidup.

Pembuluh darah arteri kaki korban, putus dan diperkirakan membutuhkan beberapa kali operasi untuk memperbaikinya. Dia juga mengalami cedera pada bagian kepala dan luka memar di sekujur tubuhnya.

Tak Menduga

Kedatangan pengemis nekat itu sepertinya memang sama sekali tak diduga Maya. Sebab ketika itu dirinya sedang asik membaca sembari menunggu kedatangan kereta yang akan dinaikinya.

"Dia berada di peron, membaca Kindle, dan dia (pengemis) datang dari belakang tiang. Dia sudah bersandar pada tiang di belakangnya, dan kemudian ia meraih Maya dengan kedua tangan dan melemparkannya," ungkap seorang saksi mata yang tak mau disebutkan identitasnya.

"Dia (Howard) tidak mengatakan sepatah kata pun padanya, " kata sumber itu menggambarkan kengerian yang terjadi di peron saat kondisi sedang ramai.

Menurut keterangan pihak berwenang, Howard merupakan pengemis yang hampir setiap hari mangkal di Stasiun White Plains. Ia memiliki latar belakang kriminal selama 3 dekade atas kasus kekerasan, senjata dan obat-obatan terlarang, termasuk akibat melakukan penyerangan, perampokan bersenjata dan penjualan obat-obatan terlarang.

Howard pun ditahan tanpa uang jaminan atas kasus kriminal tingkat dua, tentang pembunuhan yang dilakukannya.

Menurut laporan News Journal, saat diadili Howard sempat mengoceh kata-kata aneh seperti "sistem yang korup " dan bahwa dia "bersalah, tetapi punya alasan.

Atas dasar itu, hakim pun memerintahkan agar Howard diperiksa oleh psikiater yang ditunjuk pengadilan terlebih dahulu. Namun lagi-lagi Howard mengoceh tak jelas, ia mengatakan 'Bisakah Anda memastikan jika mereka (psikiater) bukan militer? Aku hanya tidak ingin dipaksa-paksa.'

Howard juga mengatakan orang-orang telah mencoba membunuhnya sejak ia masih kecil. "Ketika saya menutup mata, aku melihat warna-warni dan kegelapan," ocehnya.

Ayah Maya, Rob, mengatakan kepada Washington Post bahwa ia sangat khawatir dengan kondisi putrinya. Ia pun menyayangkan, jika Howard berkeliaran selama 6 bulan di stasiun namun tak ada yang bertindak.

Saat ini, Maya masih dirawat di Westchester Medical Center. Ia sedang berjuang dengan berani melawan cedera yang begitu menyedihkan.

"Dia (Maya) terlihat lebih baik hari ini," kata pekerja darurat yang tak mau disebutkan namanya setelah memeriksa kondisi terkini Maya.

Petugas itu hanya mengatakan beberapa luka yang dialami Maya akan meninggalkan bekas.

Hebatnya, meski sakit Maya tetap memikirkan kuliahnya. Ia bertekad akan merampungkan kelas yang telah diambilnya.

"Bahkan ia meminta agar tugas-tugas dari kampusnya dikirimkan kepadanya,"  kata Presiden Hunter College Jennifer Raab."Dia benar-benar seorang wanita muda inspiratif," sambung Jennifer. (Tnt/Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.