Sukses

LIVE

Pertukaran Tawanan antara Hamas dan Israel Mengawali KTT Gaza

KTT Gaza di Mesir dihadiri pula oleh Presiden Prabowo Subianto.

Diterbitkan 14 Oktober 2025, 00:35 WIB
Share
Copy Link
Batalkan

Liputan6.com, Gaza - Hamas dan Israel melaksanakan pertukaran tahanan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang menghasilkan pembebasan hampir 2.000 warga Palestina dari penjara-penjara Israel serta 20 warga Israel yang ditawan di Gaza.

Sorak-sorai pecah di Israel pada Senin (13/10/2025) dini hari setelah saluran televisi mengumumkan bahwa kelompok pertama berisi tujuh tawanan telah diserahkan kepada Komite Internasional Palang Merah (ICRC). Tidak lama kemudian, militer Israel mengonfirmasi bahwa 13 tawanan lainnya—yang ditangkap dari Israel dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023—juga telah dipindahkan.

Pada hari yang sama, sayap militer Hamas seperti dilansir Al Jazeera mengumumkan rencana untuk menyerahkan jenazah empat tawanan yang telah meninggal dunia.

Sementara itu, di pihak Palestina, mereka yang dibebaskan mencakup sekitar 1.700 orang yang ditangkap dari Gaza selama perang dan ditahan tanpa dakwaan, serta 250 tahanan lain yang sebelumnya berada di penjara-penjara Israel. Namun, kabar pembebasan ini disambut dengan perasaan campur aduk oleh keluarga para tahanan karena sebanyak 154 orang di antara mereka harus menjalani kehidupan dalam pengasingan setelah dibebaskan.

2 dari 4 halaman

"Kami Disiksa"

Di Khan Younis, wilayah Gaza bagian selatan, rekaman memperlihatkan puluhan mantan tahanan Palestina turun dari bus di dekat Rumah Sakit Nasser. Mereka disambut dengan sorakan meriah dari kerumunan warga yang memenuhi area sekitar rumah sakit.

"Tim medis bersiaga di rumah sakit untuk memeriksa mereka yang baru dibebaskan, setelah—menurut pejabat setempat—bertahun-tahun mengalami kondisi keras dan perlakuan yang merendahkan di penjara-penjara Israel," lapor koresponden Al Jazeera, Tareq Abu Azzoum, dari lokasi.

Salah satu tahanan yang dibebaskan, Shadi Abu Seed, mengisahkan bahwa dia mengalami bertahun-tahun penyiksaan selama berada dalam tahanan Israel.

"Saya kelaparan selama dua tahun terakhir," katanya sesaat setelah dibebaskan. "Demi Tuhan, mereka tidak memberi kami makan. Mereka menelanjangi kami. Mereka memukuli kami dalam keadaan telanjang, siang dan malam. Kami disiksa."

Di antara kerumunan yang menanti kedatangan para tahanan, ada Yasser Abu Azzoum, ayah dari Mohammed yang berusia 23 tahun, salah satu dari mereka yang dijadwalkan dibebaskan dalam kesepakatan tersebut.

Dia mengatakan kepada Al Jazeera bahwa perasaannya tidak bisa digambarkan.

"Saya tidak bisa berbicara dengan jelas karena saya sangat diliputi kegembiraan," ujarnya dengan suara bergetar.

Sementara itu, suasana serupa terlihat di Ramallah, Tepi Barat yang diduduki, di mana kerumunan warga bersuka cita menyambut pembebasan kelompok tahanan Palestina lainnya.

3 dari 4 halaman

Komentar Keluarga Sandera

Di Israel, kementerian luar negeri mengonfirmasi bahwa seluruh 20 tawanan yang masih hidup telah kembali ke wilayah Israel.

Dalam pernyataannya, kementerian mengidentifikasi para tawanan yang dibebaskan pada kelompok pertama adalah Guy Gilboa-Dalal (24), Eitan Mor (25), Matan Angrest (22), Alon Ohel (24), Gali dan Ziv Berman (keduanya 28), serta Omri Miran (48).

Sementara itu, 13 tawanan berikutnya yang dibebaskan kemudian diidentifikasi sebagai Elkana Bohbot (36), Rom Braslavski (21), Nimrod Cohen (21), Evyatar David (24), Maxim Herkin (37), Eitan Horn (39), Segev Kalfon (27), Bar Kuperstein (23), Yosef Chaim Ohana (25), Avinatan Or (32), Matan Zangauker (25), serta David dan Ariel Cunio (masing-masing berusia 35 dan 28 tahun).

Setelah pembebasan, keluarga para tawanan dipertemukan kembali dengan orang-orang terkasih mereka. Usai pertemuan singkat yang penuh haru, para mantan tawanan tersebut langsung diterbangkan ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan medis.

Melaporkan dari Amman, Yordania, jurnalis Al Jazeera, Nour Odeh, menyebut bahwa para tawanan yang dibebaskan dalam gelombang pertama dalam kondisi cukup baik dan dapat berjalan tanpa memerlukan bantuan medis.

Orang tua Alon Ohel mengatakan kepada The Times of Israel bahwa putra mereka tampak luar biasa dan bisa berdiri dengan tegak. Sementara itu, ibu Eitan Mor mengungkapkan kepada Ynet News bahwa putranya terlihat cukup baik, meski tampak kurus dan pucat.

4 dari 4 halaman

"Perang Sudah Berakhir"

Sementara berbagai pertanyaan penting masih menggantung mengenai masa depan Gaza dan peran Hamas di wilayah tersebut, pertukaran tawanan dan tahanan antara Hamas dan Israel menumbuhkan harapan baru akan berakhirnya perang yang telah menghancurkan Gaza dan menewaskan lebih dari 67.806 orang.

Gencatan senjata yang menyertai kesepakatan ini juga diperkirakan akan membuka jalan bagi masuknya bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar ke Gaza. Wilayah itu kini dilanda kelaparan akibat pemboman dan blokade yang dilakukan Israel.

Di tengah pertukaran itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang berperan besar dalam perumusan kesepakatan tersebut, berkunjung ke Israel untuk berpidato di Knesset sebelum memimpin konferensi internasional di Mesir pada hari yang sama.

Trump disambut dengan meriah di parlemen Israel, namun pidatonya sempat terhenti ketika dua anggota Knesset melakukan protes dan kemudian dikeluarkan dari ruang sidang. Salah satu dari mereka mengangkat tanda kecil bertuliskan, "Akui Palestina."

Dalam pidato panjangnya yang mencakup berbagai isu, Trump menyebut peristiwa ini sebagai "fajar bersejarah bagi Timur Tengah yang baru." Dia memberikan penghormatan kepada para pemimpin negara Arab dan muslim yang, menurutnya, telah bersatu untuk menekan Hamas agar membebaskan para sandera.

"Kami mendapat banyak bantuan … dari banyak pihak yang mungkin tidak kalian duga dan saya sangat berterima kasih kepada mereka," ujar Trump, yang sebelumnya kepada wartawan menyatakan bahwa perang telah berakhir.

Trump turut memuji Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai salah satu pemimpin perang terhebat dalam sejarah Israel. Dalam pernyataan yang mengejutkan, dia bahkan mendesak presiden Israel untuk memberikan pengampunan kepada Netanyahu, yang saat ini sedang diadili dalam tiga kasus korupsi terpisah.

Tanpa menyinggung perjuangan panjang rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri dan mendirikan negara merdeka, Trump menyerukan agar rakyat Palestina kini memusatkan perhatian pada upaya rekonstruksi—sebuah proses yang dia janjikan akan mendapat dukungannya.

"Setelah penderitaan, kematian, dan kesulitan yang luar biasa," kata Trump, "Sekarang adalah waktunya untuk berfokus pada pembangunan bangsa mereka sendiri, bukan berusaha menghancurkan Israel."

Usai berpidato, Trump meninggalkan Israel menuju Sharm el-Sheikh di Laut Merah, Mesir, tempat dia akan memimpin konferensi bersama Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi.

Puluhan pemimpin dunia turut hadir dalam konferensi itu, termasuk Raja Abdullah II dari Yordania, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Namun, Netanyahu tidak akan menghadiri konferensi tersebut, meskipun telah menerima undangan langsung dari Trump.

EnamPlus