Sukses

Ribuan Orang Unjuk Rasa di Spanyol, Protes Kepulauan Canary Terlalu Padat Pengunjung

Penduduk asli di Kepulauan Canary menentang dampak yang muncul dari kelebihan pengunjung.

Liputan6.com, Madrid - Puluhan ribu orang di Kepulauan Canary, Spanyol, melakukan unjuk rasa menentang model pariwisata massal yang menurut mereka membebani kepulauan Atlantik.

Dilansir BBC, Minggu (21/4/2024), para pengunjuk rasa menginginkan pembatasan jumlah wisatawan dan membatasi apa yang mereka gambarkan sebagai pembangunan tidak terkendali yang berbahaya bagi lingkungan dan penduduk.

Kendati demikian, mereka menekankan bahwa mereka tidak menentang industri pariwisata, yang menyumbang 35 persen perekonomian bagi Kepulauan Canary.

Pada tahun 2023, 13,9 juta turis mengunjungi tujuh pulau utama tersebut.

Jumlah tersebut sekitar enam kali lebih banyak dari populasi pulau-pulau tersebut yang berjumlah 2,2 juta jiwa, menurut data resmi.

Terlebih, industri pariwisata juga menyumbang 40 persen lapangan kerja di nusantara.

Pasar terbesar bagi pulau-pulau tersebut adalah Inggris dan Jerman, meskipun kedua negara tersebut juga merupakan tujuan populer bagi orang-orang Spanyol daratan.

Wisatawan tertarik dengan pantai Canary dan sinar matahari sepanjang tahun.

Pada Sabtu (20/4), aksi protes dilakukan di seluruh negeri.

Di Santa Cruz de Tenerife, ibu kota pulau terbesar, Tenerife, para demonstran memegang plakat bertuliskan "Turis - hormati tanah saya!" dan "Canary mempunyai batas".

"Masalah utamanya adalah model pariwisata besar-besaran yang tidak bisa dipatahkan di pulau ini… (selama) beberapa dekade, dan hanya menghancurkan pulau itu… dan kehidupan penduduk di sini," kata pengunjuk rasa Lydia Morales kepada BBC.

"Kami merasa kami disingkirkan, prioritas kami tidak dipertimbangkan," katanya, seraya menambahkan bahwa para politisi "lebih fokus" pada pembangunan kompleks pariwisata dan hotel.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ingin Dampak Lingkungan Diperhitungkan

Demonstrasi jalanan juga terjadi di beberapa wilayah daratan Spanyol pada hari Sabtu.

Para pengunjuk rasa mengatakan mereka menginginkan model berkelanjutan yang memperhitungkan dampak lingkungan seperti kekurangan air dalam iklim yang memanas, dan mengurangi tekanan pada biaya dan perumahan.

Pada tahun 2023, 34 persen penduduk Kepulauan Canary berisiko mengalami kemiskinan atau pengucilan sosial, angka tertinggi kedua di Spanyol setelah Andalusia, menurut Institut Statistik Nasional (INE).

Pekan lalu, para aktivis memulai mogok makan di Tenerife, sebagai protes atas apa yang mereka lihat sebagai pertumbuhan pariwisata yang merusak di Kepulauan Canary.

Para pengunjuk rasa menuntut penghentian pembangunan hotel dan resor pantai di selatan pulau itu. Mereka juga menginginkan moratorium seluruh proyek pengembangan pariwisata.

 

3 dari 3 halaman

Gunung Fuji Juga Kepadatan Pengunjung

Selain Kepulauan Canary, Gunung Fuji di Jepang ternyata tidak terkecuali dari fenomena overtourism. Dengan jutaan pengunjung setiap tahun dan banyaknya bus, truk pasokan, toko mi, serta magnet kulkas, Gunung Fuji bukan lagi tempat ziarah yang damai seperti dulu.

Menurut laporan AFP, pihak berwenang pun mulai bertindak, menyebut bahwa jumlah pendaki gunung berapi terkenal di dunia itu, baik siang maupun malam, berada di angka berbahaya dan "memalukan" secara ekologis.

"Gunung Fuji berteriak," kata gubernur wilayah setempat, pekan lalu. Memuji Gunung Fuji berperan penting pada agama dan inspirasi para seniman, pada 2013, UNESCO menambahkan "ikon Jepang yang diakui secara internasional" ke dalam daftar Warisan Dunia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini