Sukses

Israel Kembali Serang Gaza Pasca Gencatan Senjata Berakhir, 184 Orang Tewas dan 589 Terluka

Menurut petugas medis dan saksi mata, pengeboman Israel pada Jumat paling intens terjadi di wilayah Khan Younis dan Rafah yang terletak di selatan Gaza. Sejumlah titik di Gaza tengah dan utara dilaporkan juga menjadi sasaran.

Liputan6.com, Gaza - Otoritas kesehatan Jalur Gaza mengatakan serangan udara Israel telah menewaskan 184 orang dan melukai sedikitnya 589 lainnya sejak gencatan senjata berakhir pada Jumat (1/12/2023) pagi. Sebagian besar korban tewas adalah anak-anak dan perempuan.

Menurut petugas medis dan saksi mata, seperti dilansir The Guardian, Sabtu (2/12), pengeboman Israel pada Jumat paling intens terjadi di wilayah Khan Younis dan Rafah yang terletak di selatan Gaza. Sejumlah titik di Gaza tengah dan utara dilaporkan juga menjadi sasaran.

Terdapat ratusan ribu warga Palestina berlindung di selatan Gaza setelah Israel "mengusir" mereka dari utara Gaza.

Kepala Urusan Bantuan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan harapan pupus dalam hitungan jam setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas berakhir pada Jumat pagi.

Dalam pernyataannya Griffiths menuturkan bahwa selama gencatan senjata tujuh hari, para sandera dibebaskan, keluarga-keluarga bersatu kembali, lebih banyak pasien menerima perawatan medis, dan jumlah bantuan ke Gaza meningkat.

"Hari ini, dalam hitungan jam, banyak orang dilaporkan tewas dan terluka. Keluarga-keluarga diminta mengungsi lagi. Harapan pupus," ujar Griffiths.

"Hampir dua bulan setelah pertempuran terjadi, anak-anak, perempuan, dan laki-laki di Gaza semuanya ketakutan. Mereka tidak punya tempat aman untuk dituju dan sangat sedikit tempat untuk bertahan hidup. Mereka bertahan dengan dikelilingi penyakit, kehancuran, dan kematian."

Griffiths mendesak gencatan senjata kembali diberlakukan demi memungkinkan bantuan masuk serta pertukaran sandera dan tahanan lebih lanjut.

"Kita perlu menghentikan pertempuran," tegasnya. "Sepekan terakhir memberi kita gambaran sekilas tentang apa yang bisa terjadi ketika senjata tidak lagi digunakan. Situasi di Khan Younis saat ini adalah pengingat mengerikan tentang apa yang terjadi jika mereka tidak melakukan hal tersebut (gencatan senjata)."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Israel Abaikan Seruan AS

Israel dinilai memberi isyarat mereka sedang bersiap melancarkan serangan darat ke Gaza selatan dalam eskalasi perang yang signifikan. Militer Israel dilaporkan telah menyebarkan selebaran di sejumlah area di Khan Younis, yang isinya peringatan agar warga mengungsi lebih jauh ke selatan menuju Rafah.

Militer Israel menyatakan bahwa Khan Younis, yang sebelumnya menerima serangan yang lebih ringan dibandingkan bagian utara Gaza, sekarang menjadi zona pertempuran yang berbahaya. Kota itu mengalami serangan udara segera setelah gencatan senjata gagal diperpanjang.

Israel meyakini Khan Younis merupakan basis kepemimpinan Hamas.

Apa yang dilakukan Israel mengabaikan seruan sekutu utamanya, Amerika Serikat (AS), agar melancarkan serangan yang lebih terkendali.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pasukannya tetap pada rencana kemenangan total.

"Kami terus berjuang dengan seluruh kekuatan kami sampai mencapai semua tujuan kami; kembalinya semua korban penculikan, melenyapkan Hamas, dan membuat Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel," kata Netanyahu.

Selebaran Israel dilengkapi dengan kode QR yang terhubung ke situs web militer Israel, memetakan wilayah yang diberi nomor dan memberi tahu penduduk dalam bahasa Arab untuk mengikuti instruksi mereka jika evakuasi dilakukan.

"Peta itu tidak akan memberi warga Palestina perlindungan yang merupakan hak mereka berdasarkan hukum internasional. Hal ini lebih mirip dengan permainan kapal perang yang mengerikan di mana warga sipil yang ketakutan akan dibiarkan menebak-nebak kotak mana yang akan menyelamatkan nyawa mereka," ujar Direktur advokasi Bantuan Medis untuk Palestina Rohan Talbot, seperti dikutip The Guardian.

Kelompok-kelompok kemanusiaan menegaskan bahwa peringatan Israel tidak cukup karena warga Palestina kehabisan tempat untuk mengungsi.

 

 

3 dari 3 halaman

AS Membingungkan

Gedung Putih menyalahkan Hamas atas kegagalan perpanjangan gencatan senjata dengan mengatakan Hamas gagal memberikan daftar sandera baru yang akan dibebaskan.

Juru bicara keamanan nasional AS John Kirby meragukan klaim Hamas bahwa kelompok itu telah kehabisan sandera perempuan dan anak-anak untuk ditukar. Kirby mengklaim bahwa Joe Biden dan sejumlah pejabat top AS sangat terlibat dalam upaya memulihkan gencatan senjata.

Di lain sisi, AS dinilai berupaya menjauhkan diri dari dampak yang ditimbulkan oleh tindakan pemerintah Israel. Sejumlah pejabat AS mengungkapkan bahwa dalam beberapa pekan ke depan AS akan mencabut visa orang-orang yang terlibat dalam kekerasan di Tepi Barat.

Para pejabat AS disebut juga telah diminta untuk memeriksa keringanan pajak yang diberikan kepada organisasi-organisasi AS yang mendanai kelompok-kelompok Israel yang mendukung perluasan permukiman ilegal Yahudi.

Israel dilaporkan melancarkan lebih dari 200 serangan di Jalur Gaza pada Jumat, termasuk di wilayah selatan. Skala pengeboman tersebut menggarisbawahi bagaimana Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken meninggalkan Israel dengan tangan kosong.

Saat bertemu dengan para menteri luar negeri negara-negara Arab pada Jumat di Dubai di sela-sela KTT Iklim COP28, Blinken menuai tekanan agar berbuat lebih banyak untuk menjauhkan AS dari Israel.

Blinken kemudian mengatakan bahwa AS akan sangat memperhatikan upaya Israel untuk mengurangi korban sipil. Namun Kirby sendiri tidak dapat memastikan ketika ditanya apakah operasi militer Israel pada Jumat sesuai dengan tuntutan AS agar Israel meminimalisir korban sipil.

"Apa yang dapat saya sampaikan kepada Anda adalah bahwa kami sudah jelas dan konsisten sejak awal mengenai perlunya mematuhi hukum perang dan meminimalkan korban sipil, dan melakukan segala yang Anda bisa untuk menargetkan dengan tepat ... dan hati-hati," ujar Kirby.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini