Sukses

14 April 2014: Teror Serangan Bom di Stasiun Bus Nigeria Tewaskan 71 Orang

Sebuah kendaraan yang diparkir meledak di sebuah stasiun bus di ibu kota Nigeria, Abuja, pada Senin, 14 April 2014. Kejadian itu menewaskan 71 orang dan membuat 133 lainnya terluka.

Liputan6.com, Abuja - Sedikitnya 71 orang tewas ketika sebuah kendaraan yang diparkir meledak di sebuah stasiun bus di ibu kota Nigeria, Abuja, pada Senin, 14 April 2014, kata pejabat Nigeria.

133 orang lainnya terluka dalam ledakan di pinggiran kota itu, kata Frank Mba selaku juru bicara kepolisian nasional.

Serangan itu terjadi sekitar pukul 6.45 pagi waktu setempat saat terminal bus Nyanya Motor Park penuh sesak dengan penumpang dini hari. Seorang responden pertama di tempat kejadian mengatakan bahwa "jasad-jasad berserakan di mana-mana."

"Kami masih merawat orang yang cedera dan mengumpulkan data," kata Ishaya Isah Chonoko, koordinator zona di Badan Manajemen Darurat Nasional di Abuja, dikutip dari CNN.

Informasi tentang apa yang menyebabkan ledakan itu tidak segera ditemukan. Charles Otegbade, kepala pencarian dan penyelamatan badan manajemen darurat, mengatakan ledakan itu berasal dari kendaraan yang diparkir di stasiun.

Interpol, yang telah menawarkan bantuannya kepada tim yang menyelidiki ledakan tersebut, mengutuk apa yang disebutnya sebagai "serangan teroris yang tidak masuk akal dan pengecut."

"Pembantaian anggota masyarakat yang tidak bersalah ini akan mengejutkan warga semua negara," ucap Ronald K. Noble selaku sekretaris jenderal organisasi itu dalam sebuah pernyataan.

"Interpol mengutuk pembunuhan massal ini dalam istilah yang paling kuat dan kami menyatakan solidaritas kami dengan rakyat Nigeria di masa sulit ini."

Tidak ada individu atau organisasi yang langsung mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu segera, tetapi diyakini bahwa Boko Haram dalangnya.

Boko Haram merupakan sebuah kelompok militan Islam yang kerap melakukan kekerasan di Nigeria dalam beberapa tahun terakhir.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Keterangan Saksi Mata

Badamasi Nyanya, salah satu saksi mata, mengatakan bahwa ia melihat 40 jenazah dievakuasi. Saksi mata lain mengatakan mereka melihat petugas penyelamat dan polisi mengumpulkan bagian tubuh.

Penyelidik yakin bahan peledak mungkin ada di dalam kendaraan, menurut Charles Otegbade dari Badan Manajemen Darurat Nigeria (Nema).

Ledakan itu menciptakan lubang sedalam 1,2 meter di tanah Nyanya Motor Park, sekitar 16 km dari pusat kota, dan menghancurkan lebih dari 30 kendaraan, menyebabkan ledakan sekunder saat tangki bahan bakar mereka menyala dan terbakar, demikian dilansir dari BBC.

Ambulans juga terlihat segera membawa korban tewas dan terluka ke rumah sakit terdekat. Dalam sebuah pernyataan, polisi mengatakan mereka berada dalam red alert atau "siaga merah" dan telah meningkatkan pengawasan di "semua sasaran yang rentan di dalam Abuja".

Saksi mata lain yang bernama Mimi Daniels, yang bekerja di Abuja, mengatakan, "Saya sedang menunggu untuk naik bus ketika mendengar ledakan memekakkan telinga kemudian melihat asap."

"Orang-orang berlarian dengan panik," lanjutnya.

Saksi mata lain juga mengatakan kepada BBC, "Saya belum pernah melihat sesuatu seperti itu dalam hidup. Sangat mengerikan. Kami hanya berlari tunggang-langgang. Jadi entah bagaimana saya berpikir bahwa mereka menanam sesuatu di dalam salah satu bus di sana."

3 dari 4 halaman

Presiden Nigeria Menyalahkan Boko Haram

Presiden Nigeria saat itu, Goodluck Jonathan turut mengunjungi lokasi ledakan dan berbicara tentang mengatasi para militan.

"Masalah Boko Haram adalah sejarah yang cukup buruk dalam periode perkembangan kita sendiri saat ini, tetapi kita akan mengatasinya," katanya.

"Masalah Boko Haram bersifat sementara.”

Pemberontakan Islam Nigeria telah merenggut lebih dari 3.000 nyawa sejak dimulai pada 2009, menurut Human Rights Watch.

Boko Haram, yang berarti "pendidikan Barat adalah penistaan" dalam bahasa Hausa-Fulani di Afrika Barat, berjuang untuk penerapan hukum Syariah yang lebih ketat di seluruh negeri, dan telah melancarkan "perang terhadap umat Kristen" gadungan di Nigeria.

Kelompok tersebut ditetapkan sebagai "organisasi teroris" oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS).

Badan-badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa lebih dari 8.000 warga Nigeria telah melarikan diri ke negara tetangga Kamerun untuk menghindari kekerasan yang meningkat yang dipicu oleh para militan, sementara 5.000 lainnya telah menjadi pengungsi internal.

Hingga saat ini, fokus Boko Haram terutama terkonsentrasi di wilayah timur laut Nigeria, di mana kelompok tersebut telah melancarkan serangan bom, senjata, dan pembakaran di rumah, sekolah, pasar, dan bahkan seluruh desa.

Namun, kejadian pemboman pada 14 April 2014 itu bukan pertama kalinya Abuja menjadi sasaran. Pada 2011, serangan bunuh diri Boko Haram di gedung PBB di kota tersebut menewaskan sedikitnya 25 orang.

Pasukan keamanan di ibu kota langsung bersiaga usai ledakan di Abuja itu, menimbulkan kekhawatiran bahwa pemberontakan dapat menyebar lebih jauh.

4 dari 4 halaman

Boko Haram Bunuh 37 Nelayan Nigeria

Bicara soal Boko Haram, belum lama ini terjadi serangan oleh kelompok ekstremis Boko Haram yang menewaskan sedikitnya 25 nelayan di Negara Bagian Borno, Nigeria, pada Rabu, 8 Maret 2023.

Kepala polisi setempat Abdu Umar menuturkan bahwa kelompok itu menyerang para nelayan di desa terpencil Mukdolo. Beberapa jasad telah dikuburkan pada Kamis (9/3/2023).

"Tidak ada satu pun manusia di sana karena desa itu sudah ditinggalkan, tetapi penduduk Desa Dikwa pergi ke sana untuk menangkap ikan. Sayangnya, kali ini, Boko Haram mengepung tempat itu dan membunuh 25 dari mereka, sementara sembilan melarikan diri," ungkap Umar.

Namun, laporan lain menyebutkan bahwa korban tewas mencapai 37 orang.

Nigeria, negara terpadat dan ekonomi terbesar di Afrika, masih terus bergulat dengan pemberontakan Boko Haram dan ISIS Provinsi Afrika Barat (ISWAP). Kelompok ekstremis itu bertujuan menegakkan hukum Islam dan menghentikan apa yang mereka sebut sebagai pendidikan Barat.

Menurut PBB, lebih dari 35.000 orang tewas dan lebih dari 2 juta orang mengungsi akibat kekerasan ekstremis.

Baca selebihnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini