Sukses

Setelah Iran, Arab Saudi Akan Pulihkan Hubungan dengan Suriah?

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dan Suriah dikabarkan menjalin dialog untuk membuka kembali kedutaan besar masing-masing di negara satu sama lain.

Liputan6.com, Riyadh - Arab Saudi sedang dalam pembicaraan dengan Suriah untuk membuka kembali kedutaannya di negara yang dilanda perang saudara lebih dari satu dekade itu. Hal tersebut diungkapkan televisi Arab Saudi pada Kamis (23/3/2023) malam.

Pengumuman tersebut datang setelah perdamaian antara Arab Saudi dan Iran melalui mediasi China, di mana kedua negara setuju untuk membuka kembali kedutaan besar di masing-masing negara setelah bertahun-tahun ketegangan.

"Sebuah sumber di kementerian luar negeri mengungkapkan kepada Al-Ekhbariya bahwa diskusi telah dimulai dengan Kementerian Luar Negeri Suriah, mengomentari apa yang diedarkan oleh beberapa media internasional," kata seorang pembawa berita seperti dilansir AP, Jumat (24/3). "Diskusi sedang berlangsung antara pejabat Arab Saudi dan rekan mereka di Suriah tentang melanjutkan penyediaan layanan konsuler."

Pembicaraan antara Arab Saudi dan Suriah pertama kali dilaporkan Reuters pada Kamis, dengan mengacu pada pengumuman TV Arab Saudi. The Wall Street Journal kemudian mengutip anonim pejabat Arab Saudi dan Suriah, yang mengaitkan pembicaraan tersebut dengan pembukaan kembali kedutaan besar lewat mediasi Rusia.

Sejauh ini, belum ada konfirmasi dari otoritas Arab Saudi dan Suriah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Negara-negara Arab Akui Pentingnya Dialog dengan Suriah

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan telah mengakui secara terbuka bahwa ada konsensus yang berkembang di antara negara-negara Arab soal perlunya dialog dengan Suriah. Arab Saudi menjadi tuan rumah KTT Liga Arab berikutnya pada Mei dan menurut Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit, sebagian besar negara berharap untuk memulihkan keanggotaan Suriah setelah ditangguhkan pada tahun 2011.

Kepentingan China dan Rusia di Timur Tengah telah lama menjadi perhatian Amerika Serikat (AS), yang menganggap kawasan itu penting bagi harga energi global. Arab Saudi sendiri disebut semakin dekat dengan Rusia menyusul langkah Moskow mengumpulkan sekutu untuk mendukung pengurangan produksi oleh OPEC demi meningkatkan harga minyak global di tengah pandemi COVID-19.

Hubungan antara AS dan Arab Saudi tengah berada pada titik terendah sejak Presiden Joe Biden menjabat. Biden pernah menyebut Arab Saudi sebagai "pariah" atas pembunuhan kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi pada tahun 2018.

Kementerian Luar Negeri AS dan Gedung Putih belum merespons kabar atas upaya pemulihan hubungan Arab Saudi dan Suriah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.