Sukses

Pakistan Banjir Besar, Warga Butuh Air Bersih

Banjir di Pakistan amat parah. Negara itu butuh bantuan internasional.

Liputan6.com, Islamabad - Menteri Perubahan Iklim Pakistan, Sherry Rehman, menyebut sepertiga wilayah negaranya telah teredam banjir. Krisis yang terjadi disebut sudah di luar perkiraan dan mempersulit akses air bersih.

"Ini semua lautan yang luas, tidak ada tanah kering untuk memompa air," ujarnya seperti dikutip BBC, Selasa (30/8/2022).

Banjir yang terjadi adalah akibat hujan yang terus-terusan pada Juni 2022. Setidaknya 1.136 orang telah dilaporkan meninggal akibat dampak banjir yang terjadi, termasuk anak-anak.

Hujan musim panas yang bertubi-tubi ini adalah yang paling deras selama satu dekade terakhir. Pemerintah menyalahkan perubahan iklim atas apa yang terjadi.

"Literally, sepertiga Pakistan terendam air saat ini, yang bahkan lebih parah dari setiap batas, bahkan setiap norma yang kita lihat di masa lalu," ujar Menteri Rehman kepada AFP.

"Kita tidak pernah melihat sesuatu yang seperti ini," ia menambahkan.

Pada situs reliefweb, masalah akses air bersih dan penyakit akibat air juga menjadi sorotan. Turut disebutkan bahwa Palang Merah Singapura telah mengirim bantuan.

Menteri Luar Negeri Bilawal Bhutto-Zardari berkata sepertiga yang terbunuh diperkirakan anak-anak. Namun, ia masih memeriksa jumlah pasti dampak banjir.

Pemerintah memperkirakan 33 juta warga Pakistan terdampak banjir ini. Akses ke sejumlah desa pun terputus karena hancurnya jembatan dan jalanan.

"Desa-desa tersapu banjir. Jutaan rumah telah hancur," ujar Perdana Menteri Shehbaz Sharif usai memerisak area terdampak banjir dengan helikopter.

Provinsi yang paling parah terdampak adalah Sindh dan Balochistan, daerah pegunungan seperti Khyber Pakhtunkhwa juga kena. Bantuan internasional dilaporkan sudah berhasil mencapai Pakistan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bantuan Internasional Akhirnya Sampai

Sebelumnya dilaporkan, bantuan internasional telah berhasil mencapai wilayah banjir di Pakistan pada Senin (29/8). Warga Pakistan sedang menjadi korban banjir besar yang telah merenggut nyawa lebih dari 1.000 orang.

Dilaporkan AP News, pesawat kargo yang sudah tiba berasal dari Turki dan Uni Emirat Arab. Pesawat tiba pada Minggu kemarin dengan membawa tenda, makanan, dan keperluan sehari-hari. Selanjutnya, barang-barang bantuan itu didistribusi dengan truk ke berbagai daerah.

Pakistan telah menetapkan status darurat karena bencana alam ini. Sudah ada puluhan ribu orang terdampak banjir di Pakistan, seperti di Provinsi Sindh dan Baluchistan. Rencananya, PBB juga akan segera meminta bantuan internasional bagi korban banjir. 

Pada Jumat lalu, Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif telah meminta bantuan internasional untuk membantu banjir. Ia berkata bencana ini dipicu oleh perubahan iklim yang mengerikan. Lebih dari 300 anak menjadi korban jiwa.

"Hujan yang terus-menerus telah menyebabkan luluh lantak di penjuru negara," ujarnya. Ia pun berterima kasih pada negara-negara sahabat yang membantu Pakistan.

Seorang korban banjir di Charsadda, Rehmat Ullah, mengaku kebingungan mencari nafkah karena banjir di berbagai tempat. 

"Saya duduk di sini bersama keluarga saya di tenda, dan bagaimana saya bisa berangkat kerja? Bahkan jika saya mencari kerja, siapa yang akan memberi saya kerja sebab ada air di mana-mana," ujarnya.

PM Sharif berkata bahwa pemerintah Pakistan akan menyediakan rumah kepada orang-orang yang kehilangan tempat tinggal akibat banjir ini.

3 dari 4 halaman

Kemlu RI: 1.267 WNI Selamat dari Banjir Bandang di Pakistan

Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) juga sudah memastikan bahwa para WNI dilaporkan selamat dari terjangan banjir bandang di Pakistan. Namun, warga tetap diminta waspada.

Berdasarkan update dari Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha, Minggu (28/6), Pakistan mengalami bencana alam banjir badang di Prov. Balochistan dan Khyber Pakhtunkhwa. National Disaster Management Authority (NDMA) Pakistan mencatat sekitar 1.000 orang tewas. Pemerintah Pakistan telah mengumumkan kondisi darurat di wilayah terdampak.

KBRI Islamabad dan KJRI Karachi telah berkoordinasi dengan otoritas setempat dan berkomunikasi dengan simpul komunitas Indonesia, hingga saat ini tidak terdapat WNI yang menjadi korban bencana banjir tersebut. Jumlah WNI di Pakistan tercatat berjumlah 1.267 di mana mayoritas bertempat tinggal di Karachi, Islamabad Lahore, Karachi, Rawalpindi, Sialkot, Gujrat dan Peshawar.

KBRI dan KJRI juga telah menyampaikan imbauan untuk selalu tanggap dan waspada serta memantau informasi yang disampaikan National Disaster Management Authority (NDMA) dan Pakistan Meteorological Department (PMD), menunda perjalanan ke lokasi rawan bencana dan segera menghubungi otoritas setempat dan Perwakilan RI terdekat jika terjadi situasi darurat.

4 dari 4 halaman

Rasa Putu Asa

Di satu desa, orang-orang sangat membutuhkan makanan. Di tempat lain, banyak anak telah mengembangkan penyakit yang ditularkan melalui air.

Ketika sebuah truk bergerak menepi, puluhan orang segera berlari ke arahnya. Anak-anak yang membawa anak-anak lain berjalan ke antrian panjang.

Seorang gadis berusia 12 tahun mengatakan dia dan adik perempuannya belum makan selama sehari.

"Tidak ada makanan yang datang ke sini, tetapi saudara perempuan saya sakit, dia muntah," kata gadis itu. "Saya harap mereka dapat membantu."

Keputusasaan itu terbukti di setiap komunitas. Orang-orang berlari menuju jendela mobil untuk meminta bantuan - apa saja.

Di salah satu jalan utama di luar kota Sukkur, ratusan orang telah menetap.

Banyak dari mereka berjalan dari desa-desa terpencil, dan diberitahu bahwa bantuan lebih mudah didapat di daerah perkotaan. Tapi tidak banyak perbedaan di sini.

Pada hari Jumat, PM Sharif mengatakan 33 juta orang telah dilanda banjir - sekitar 15% dari populasi negara itu.

Dia mengatakan kerugian yang disebabkan oleh banjir musim ini sebanding dengan yang terjadi selama banjir 2010-11, yang dikatakan sebagai yang terburuk dalam catatan. Negara itu telah meminta lebih banyak bantuan internasional.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.