Sukses

Kepala CIA Tak Temukan Bukti Bahwa Putin Menderita Sakit Parah

Kepala CIA menyatakan bahwa Presiden Putin tidak terbukti menderita sakit parah.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur CIA menyatakan tidak ada intelijen yang menemukan bahwa Vladimir Putin tidak stabil atau dalam kesehatan yang buruk.

"Ada banyak rumor tentang kesehatan Presiden Putin dan sejauh yang kami tahu dia terlalu sehat," kata Burns di Forum Keamanan Aspen di Colorado.

Dilansir BBC, Kamis (21/7/2022), Burns, yang menjabat sebagai duta besar untuk Moskow, mengatakan dia telah mengamati dan berurusan dengan pemimpin Rusia itu selama lebih dari dua dekade.

Putin adalah "orang yang sangat percaya pada kontrol, intimidasi, dan pembalasan dendam" dan sifat-sifat ini telah mengeras selama dekade terakhir karena lingkaran penasihatnya telah menyusut, kata kepala CIA.

"Dia yakin bahwa takdirnya sebagai pemimpin Rusia adalah mengembalikan Rusia sebagai kekuatan besar. Dia percaya kunci untuk melakukan itu adalah menciptakan kembali lingkup pengaruh di lingkungan Rusia dan dia tidak dapat melakukannya tanpa mengendalikan Ukraina."

Burns melakukan perjalanan ke Moskow pada bulan November untuk memperingatkan tentang konsekuensi serius untuk menyerang Ukraina menyusul intelijen AS telah dikumpulkan tentang rencana Rusia. 

Tetapi direktur CIA mengatakan dia pergi "lebih bermasalah daripada ketika saya tiba".Rencana presiden Rusia didasarkan pada "asumsi yang sangat cacat dan beberapa ilusi nyata terutama tentang Ukraina dan keinginan untuk melawan", kata Burns. 

"Putin benar-benar mempercayai retorikanya. Saya pernah mendengar dia mengatakan ini secara pribadi selama bertahun-tahun bahwa Ukraina bukanlah negara nyata.

"Yah, negara-negara nyata melawan. Dan itulah yang telah dilakukan Ukraina."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Korban di Ukraina

AS memperkirakan bahwa korban Rusia di Ukraina sejauh ini telah mencapai sekitar 15.000 tewas dan mungkin 45.000 terluka, kata Burns. 

Dia memperkirakan bahwa kerugian Ukraina sedikit lebih sedikit. Dia menambahkan konsentrasi pasukan Rusia saat ini di Donbas menunjukkan bahwa militer telah belajar pelajaran yang sulit.

Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari, mengklaim secara salah bahwa penutur bahasa Rusia di wilayah Donbas timur Ukraina telah mengalami genosida dan perlu dibebaskan.

Lima bulan kemudian, Rusia telah menduduki bagian timur dan selatan negara itu, tetapi gagal dalam tujuan awalnya untuk merebut Kyiv dan sejak itu mengklaim bahwa tujuan utamanya adalah pembebasan Donbas. 

AS menuduh Rusia bersiap untuk mencaplok sebagian Ukraina.

3 dari 3 halaman

AS Memasok Senjata

Tetapi sebelumnya pada hari Rabu menteri luar negeri Rusia menyiratkan bahwa AS yang memasok senjata jarak jauh dapat memperluas fokus militer Moskow di Ukraina.

Terlepas dari peringatan yang jelas dari Lavrov, AS pada hari Rabu mengumumkan akan memberi Ukraina lebih banyak senjata jarak jauh.

Ukraina akan menerima empat sistem roket canggih Himars lainnya untuk menahan kemajuan pasukan Rusia, sehingga jumlah totalnya menjadi 16, kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin.

Sementara itu, Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska berbicara kepada Kongres AS, meminta lebih banyak sistem pertahanan udara untuk "membantu kami menghentikan teror ini terhadap Ukraina".

Dia mengatakan senjata itu bisa membantu memastikan "kemenangan besar bersama".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.