Sukses

5 Mei 1980: Pasukan Khusus Inggris Akhiri Drama Penyanderaan 6 Hari di Kedutaan Iran

Jutaan orang menyaksikan penyelamatan itu secara langsung di televisi saat hiburan bank holiday (hari libur bank) di tiga saluran terputus untuk menunjukkan drama kehidupan nyata yang terungkap.

Liputan6.com, Kensington - Sejarah mencatat bahwa hari ini pernah terjadi drama penyanderaan di kedutaan Iran di Kensington, Inggris. Upaya komando SAS sukses mengakhiri peristiwa tersebut.

Special Air Service (SAS) adalah unit pasukan khusus Angkatan Darat Inggris.

Mengutip BBC on This Day, pengepungan kedutaan Iran di London itu berakhir setelah serangan dramatis oleh pasukan komando SAS. Lima pria bersenjata Iran tewas dan satu orang lainnya ditangkap.

19 sandera dibebaskan tetapi satu di antaranya tewas, sementara dua orang terluka dalam baku tembak.

Jutaan orang menyaksikan penyelamatan itu secara langsung di televisi saat hiburan bank holiday (hari libur bank) di tiga saluran terputus untuk menunjukkan drama kehidupan nyata yang terungkap.

Di Inggris dan Irlandia, bak holiday adalah hari libur umum, saat bank dan banyak bisnis lainnya tutup pada hari itu.

Pengepungan dimulai lima hari sebelum 5 April 1980, ketika enam pria bersenjata mengambil alih kedutaan besar Iran di Kensington.

Sebagian besar sandera mereka adalah sesama warga Iran tetapi juga termasuk penjaga polisi kedutaan PC Trevor Lock, juru bicara BBC Sim Harris, penyelenggara berita BBC Chris Cramer dan turis yang mampir untuk mengambil visa.

Empat dari tawanan - termasuk Cramer - dibebaskan selama seminggu terakhir karena alasan medis.

Orang-orang bersenjata itu berasal dari kelompok pembangkang Iran yang menentang Ayatollah Khomeini, pemimpin agama yang berkuasa tahun 1979.

Mereka menginginkan pembebasan 91 tahanan politik yang ditahan di Iran serta sebuah pesawat untuk membawa mereka dan para sandera keluar dari Inggris.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Serangan pada Hari Keenam

Menteri Dalam Negeri Inggris kala itu, William Whitelaw memerintahkan serangan pada hari keenam pengepungan, setelah orang-orang bersenjata menembak mati atase pers Iran Abbas Lavasani dan membuang tubuhnya di luar gedung.

Mereka kemudian berbicara melalui penjaga kedutaan, PC Lock yang menyampaikan tuntutan dari jendela kedutaan kepada polisi di lapangan. Lalu mengancam akan membunuh sisa sandera dan meledakkan kedutaan jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.

Pemerintah Iran kemudian menyetujui penggunaan pasukan komando khusus dan Presiden Bani-Sadr mengumumkan serangan SAS sebagai kemenangan.

Lebih dari 30 tentara bertopeng menyerbu gedung kedutaan dari balkon dan pintu depan dan belakang. Mereka melemparkan granat melalui jendela.

Jeritan terdengar dari dalam gedung dan sekitar 15 menit kemudian para sandera muncul. Mereka dikawal oleh polisi Scotland Yard ke ambulans yang menunggu.

"Kami tidak menyerah, kami menjadi pemenang," ujar Presiden Bani-Sadr dalam sebuah siaran.

Perdana Menteri Margaret Thatcher kemudian mengunjungi barak SAS di Kensington untuk memberi selamat kepada pasukan atas misi yang berhasil, dengan nama sandi Operation Nimrod (Operasi Nimrod).

3 dari 4 halaman

Resimen SAS Jadi Sorotan

Belakangan diketahui bahwa selama serangan SAS, PC Trevor Lock telah menangani pemimpin pria bersenjata yang dikenal sebagai Salim dan menyelamatkan nyawa seorang prajurit SAS. Dia dianugerahi Medali George atas tindakannya.

Publisitas luar biasa yang diberikan oleh liputan TV langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya dari acara tersebut memastikan masa depan resimen SAS dijamin. Padahal sebelumnya unit tersebut berada di bawah ancaman pembubaran.

Satu-satunya pria bersenjata yang masih hidup, Fowzi Nejad, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup sembilan bulan kemudian.

Rekan penyanderanya telah menentang Ayatollah Khomeini dan menuntut kebebasan untuk Provinsi Khuzestan di Iran selatan. Tapi tujuan mereka segera dilupakan ketika perang pecah antara Iran dan Irak pada akhir 1980 - konflik yang berlangsung selama delapan tahun.

Meskipun Iran telah mendukung serangan SAS, butuh waktu sekitar 13 tahun untuk paket kompensasi timbal balik disepakati di mana pemerintah Inggris membayar kerusakan yang terjadi pada kedutaan Iran dan Iran memperbaiki kedutaan Inggris di Teheran yang rusak selama revolusi 1979.

Sementara itu, setelah drama penyanderaan berakhir, Chris Cramer kemudian diketahui menjadi redaktur pelaksana CNN International.

4 dari 4 halaman

Insiden Penyanderaan Lainnya

Lebih dari 200 orang diketahui tewas setelah pengepungan selama 3 hari di sekolah Rusia.

Para penyandera dengan sengaja menembak punggung anak-anak yang melarikan diri saat mereka lari dari gedung di Beslan. Banyak dari mereka yang telanjang dan menjerit.

Melansir dari laman BBC, Jumat (3/9/2021), lainnya tewas ketika seorang wanita melakukan bom bunuh diri di tengah keramaian di tempat gym. Lebih dari 1.000 orang diyakini telah ditahan.

Sebagian besar penyandera telah terbunuh atau ditangkap, ujar laporan televisi Rusia.

Ratusan orang dilarikan ke rumah sakit, mayoritas dari mereka adalah siswa di sekolah nomor satu Beslan yang berada di republik Ossetia Utara, Rusia.

Masih belum jelas siapa penyandera itu dan tuntutan apa yang mereka ajukan. Para pejabat mengaitkan serangan itu dengan perang berdarah Rusia dengan negara tetangga, Chechnya.

Pengepungan dimulai pagi hari tanggal 1 September ketika sekelompok pria dan wanita bertopeng mengenakan sabuk bom, menyerang sekolah, melepas tembakan di halaman tempat para murid berkumpul untuk upacara sebagai tanda tahun ajaran baru telah dimulai.

Para penyerang mengancam akan meledakkan sekolah jika pasukan tentara menyerbu gedung. Anak-anak ditempatkan di jendela sebagai tameng manusia.

Menurut laporan dari kantor berita Itar-Tass, para penyerang menuntut pembebasan pejuang yang ditangkap di negara tetangga Ingushetia yang terjadi bulan Juni selama serangan berlangsung di wilayah tersebut.

Pembicaraan antara penyerang dan mantan presiden, Ingush Ruslan Aushev, akhirnya berhasil membebaskan 26 wanita dan anak-anak. Persetujuan diakhiri dengan penyerang mengirimkan kendaraan guna memindahkan jasad dari sandera yang mereka bunuh sebelumnya.

Segera setelah itu, dua ledakan keras, lalu tembakan otomatis terdengar. Tentara bersenjara berat mulai berlari menuju gedung.

Sekelompok anak-anak, beberapa di antara mereka berlumuran darah, melarikan diri dari sekolah dalam keadaan bingung.

Pasukan khusus diperintahkan memasuki sekolah yang sekarang dipenuhi suara tembakan, ledakan bom dan ranjau.

Peristiwa yang penuh kengerian dipertontonkan di televisi secara live, yang mempertunjukan sekerumunan penduduk setempat menyerang pria yang mereka kira salah satu pemberontak, memukul dan menendangnya, hingga akhirnya ia diselamatkan polisi.

Tembak menembak berlangsung selama beberapa jam. Laporan mengatakan tumpukan jasad dapat dilihat dari dalam ruang gym sekolah.

3 September 2004 pukul 19.40 waktu setempat, pasukan khusus mengatakan operasi mereka mengamankan sekolah telah usai.

Mereka yang selamat dari pertumpahan darah menceritakan bagaimana mereka disuruh melepaskan pakaian dalam dan dipaksa meminum air seni mereka sendiri karena kekurangan air.

Serangan itu disusul dengan penghancuran 2 pesawat sipil Rusia pada Agustus 2004, menuding para wanita bom bunuh diri Chechnya yang melakukan hal tersebut.

Tiga bulan sebelumnya, para penyerang telah membunuh presiden Chechnya yang pro-Rusia, Akhmad Kadyrov.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.