Sukses

3 Alasan yang Jadi Penyebab Perang Rusia Vs Ukraina

Berikut ini rangkuman tiga alasan yang jadi penyebab Rusia serang Ukraina.

Liputan6.com, Moskow - Federasi Rusia melancarkan serangan kepada Ukraina pada Kamis (24/2/2022). Selain serangan militer, ada juga serangan siber dan serangan informasi yang merugikan Ukraina. 

Serangan Rusia terjadi seminggu setelah Dubes Rusia di Jakarta membantah bahwa akan ada invasi.

Konflik Rusia dan Ukraina sebetulnya sudah mengakar sejak lama. Perlu diingat bahwa Ukraina merupakan bekas negara Uni Soviet, dan Presiden Rusia Vladimir Putin tampak belum rela bahwa Ukraina telah merdeka. 

Ada pula alasan karena NATO yang ingin ekspansi ke Eropa Timur, termasuk Ukraina yang berbatasan dengan Rusia. Ekspansi NATO ke Ukraina dianggap mengganggu keamanan nasional Rusia

 Berikut rangkuman tiga alasan yang jadi penyebab Rusia serang Ukraina:

 

Baca juga: Ukraina Yaking Menang Jika Didukung Indonesia

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Kejayaan Masa Lalu

Kejayaan masa lalu menjadi salah satu teori yang patut disorot. Hal ini diperkuat dengan retorika Presiden Putin beberapa hari sebelum penyerangan. 

Presiden Putin berkata Ukraina adalah bagian lama dari Rusia. Ia juga berkata bahwa Rusia telah "dicuri" ketika Uni Soviet runtuh pada 1991. Ia pun menuduh Ukraina sebagai "koloni" AS.

Rusia juga sebetulnya sudah lama mencoba mengintervensi politik di Ukraina, namun sejak Rusia mencaplok Semenanjung Krimea di 2014, perpolitikan di Ukraina cenderung berseberangan dengan Rusia.

3 dari 6 halaman

2. Masalah NATO

Alasan lain yang dipermasalahkan Rusia adalah NATO. Rusia sejak lama menolak Ukraina bergabung ke dalam NATO. 

Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Jose Tavares, menyatakan bahwa Rusia khawatir jika NATO membawa persenjataan ke perbatasan Ukraina, sehingga kota-kota besar Rusia bisa jadi sasaran yang mudah ditarget. 

Meski demikian, NATO masih buka pintu jika Ukraina ingin bergabung. Di sisi lain, Ukraina pun memang ingin bergabung dengan NATO.

4 dari 6 halaman

3. Separatisme

Pemerintah Rusia telah lama mendukung gerakan separatis di negara-negara bekas Soviet. Pada 2008, Rusia juga berperang melawan Georgia akibat masalah ini. 

Rusia diketahui mendukung separatis di daerah Ossetia Selatan dan Abkhazia, hal itu memicu reaksi keras dari Georgia. Namun, dua daerah itu berhasil dikuasai pengaruh Rusia, meski tak diakui dunia. 

Sebelumnya, Rusia juga mendukung para separatis di Semenanjung Krimea milik Ukraina. Dan baru-baru ini, Putin mengakui kedaulatan daerah Donetsk dan Luhansk.

Vladimir Putin juga mengirim pasukan ke dua daerah itu, meski dunia internasional masih mengakui dua daerah itu sebagai milik Ukraina, sehingga otomatis langkah Putin disamakan dengan membawa pasukan ke Ukraina.

 

Baca juga: Kronologi konflik sejak keruntuhan Soviet

5 dari 6 halaman

Alasan Putin

Sebanyak 137 warga sipil dan personel militer Ukraina telah tewas sejauh ini akibat serangan Rusia yang juga melukai 316 orang lainya sejak Kamis 24 Februari. Operasi militer Rusia ke Ukraina ini telah menjadi serangan terbesar sebuah negara terhadap negara lain di Eropa sejak Perang Dunia II.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkap alasannya berperang dengan Ukraina karena adanya permintaan bantuan dari para pemimpin kelompok separatis di Ukraina timur. "Sehubungan dengan itu, saya membuat keputusan untuk mengadakan operasi militer khusus. Tujuannya adalah untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasaran pelecehan dan genosida dari rezim Kiev selama delapan tahun," kata Putin, dikutip dari TASS, Jumat (25/2/2022).

"Dan untuk tujuan ini, kami akan berusaha untuk mendemiliterisasi Ukraina dan mengadili mereka yang melakukan banyak kejahatan berdarah terhadap orang-orang damai, termasuk warga negara Rusia."

6 dari 6 halaman

Infografis Perang Dunia Ketiga

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.