Sukses

NATO Berencana Kirim Pasukan ke Bulgaria dan Rumania Usai Eropa Timur Memanas

Menteri Pertahanan Lituania Arvydas Anusauskas mengatakan NATO harus melawan upaya Rusia untuk memecah belah Eropa.

, Sofia - Panglima Tertinggi Sekutu NATO Eropa Jenderal Tod Wolters mempertimbangkan untuk mengerahkan pasukannya ke Bulgaria dan Rumania menyusul konsentrasi pasukan militer Rusia di dekat perbatasan Ukraina.

Surat kabar Jerman Der Spiegel pada hari Sabtu (18/12) melaporkan rencana itu akan meningkatkan kehadiran aliansi ini di negara-negara Baltik dan Polandia timur. Der Spiegel juga mengatakan memiliki "informasi" bahwa Wolters telah "menyerukan penguatan pasukan di perbatasan timur" NATO selama konferensi video tertutup dengan para pemimpin militer "negara-negara mitra."

NATO menolak untuk mengomentari laporan Der Spiegel tersebut, demikian dikutip dari DW Indonesia, Selasa (21/12/2021).

Sementara Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht pada hari Minggu (19/12) menyerukan sanksi yang lebih keras terhadap Rusia atas penempatan pasukannya di perbatasan Ukraina. Lambrecht mengungkapkan pernyataan ini saat bersiap mengunjungi Lithuania untuk melakukan inspeksi terhadap pasukan NATO.

"Kita harus berunding, yang berarti membahas proposal yang diajukan Rusia," ujar Lambrecht. Namun itu tidak berarti bahwa Rusia bisa mendikte mitra NATO tentang bagaimana mereka memposisikan diri. "Kita perlu menyelesaikan ketegangan saat ini di tingkat diplomatik tetapi juga harus ada pencegahan yang kredibel," kata Lambrecht.

Menteri Pertahanan Lituania Arvydas Anusauskas mengatakan NATO harus melawan upaya Moskow untuk memecah belah Eropa.

"Kita perlu mendukung Ukraina dengan segala cara, termasuk pengiriman senjata berat," katanya saat berbicara di samping Lambrecht tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Lambrecht mengunjungi Lituania pada hari Minggu ketika anggota NATO dan negara-negara kawasan Baltik lainnya seperti Estonia dan Latvia khawatir akan situasi keamanan regional setelah Rusia mengerahkan puluhan ribu tentara ke dekat perbatasannya dengan Ukraina. Perjalanan itu adalah yang pertama bagi Lambrecht sejak diangkat menjadi menteri pertahanan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pasukan Rusia Picu Ketegangan Regional

Lebih dari 100.000 tentara Rusia dikerahkan ke wilayah Rusia di bagian utara, timur dan selatan Ukraina. Konsentrasi pasukan militer ini telah meningkatkan ketegangan antara Rusia, Ukraina, dan NATO. Pejabat Ukraina meminta bantuan militer kepada NATO guna menghadapi kemungkinan harus membela diri dari serangan militer Rusia.

Bulgaria dan Rumania juga menyerukan perluasan kehadiran NATO.

Di tengah ketegangan ini, sepasang pengebom jarak jauh Rusia yang berkemampuan nuklir berpatroli di wilayah udara Belarus pada hari Sabtu dalam misi yang dimaksudkan untuk memperkuat hubungan pertahanan antara kedua negara sekutu ini.

Meski demikian, Rusia terus menyangkal bahwa mereka sedang merencanakan invasi. Moskow mengatakan pihaknya memiliki hak untuk "mempertahankan keamanannya" dari hubungan Ukraina yang semakin dekat dengan NATO dan ambisi Kiev untuk bergabung dengan aliansi tersebut.

Pada hari Jumat (17/12), Moskow mengatakan ingin ada jaminan yang mengikat secara hukum bahwa NATO akan membatalkan kegiatan militer mereka di Ukraina dan bagian lain di wilayah Eropa Timur.

Wakil menteri luar negeri Rusia, Alexander Grushko, pada hari Sabtu mengatakan bahwa proposal keamanan yang diajukan Rusia kepada Amerika Serikat ini adalah upaya untuk "mengubah skenario konfrontasi militer atau teknis militer menjadi proses politik."

Dikutip oleh kantor berita Rusia Interfax, Grushko mengatakan bahwa proses politik ini "benar-benar akan memperkuat keamanan militer."

Moskow memberikan daftar tuntutan militernya pada hari Jumat kepada AS dan sekutunya. Sebagian tuntutan Moskow kepada NATO antara lain penarikan batalyon NATO dari negara-negara Baltik seperti Estonia, Latvia, dan Lituania yang dulu menjadi bagian Uni Soviet. Juga dari Polandia, di mana Moskow telah punya pengaruh kuat ketika Warsawa menjadi negara satelit komunis di bawah pengawasan Soviet.

Selain itu, Moskow juga menginginkan adanya jaminan hukum bahwa NATO akan menarik kehadiran militernya di Eropa Timur dan Ukraina. Menhan Jerman mengatakan akan membahas proposal ini, namun menegaskan bahwa Rusia tidak akan bisa mendikte NATO.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.