Sukses

Myanmar Krisis Ekonomi, Emak-Emak Melahirkan di Hutan

Situasi ekonomi dan keamanan di Myanmar belum stabil usai kudeta. Ekonomi melemah dan banyak warga yang mengungsi kesulitan akses kesehatan.

Liputan6.com, Naypyitaw - Militer berhasil merebut kekuasaan, tetapi gagal menyejahteraan rakyat Myanmar. Bank Dunia melaporkan ekonomi negara tersebut ikut merosot, dan dampaknya berdampak ke berbagai sektor.

Fakta suram itu diungkap di laporan Economic Recovery in East Asia and Pacific Faces Setback. Prakiraan ekonomi Myanmar disebut minus 18 persen pada 2021, terparah di Asia Tenggara.

Berbagai masalah ekonomi pun menghantui Myanmar. 

"Perebutan militer di Myanmar di Februari 2021 dan melonjaknya kasus COVID-19 telah berdampak parah ke ekonomi," tulis Bank Dunia di situsnya, dikutip Senin (11/10/2021).

"Aktivitas ekonomi terdampak oleh berkurangnya mobilitas, ketenagakerjaan, dan pendapatan, serta disrupsi layanan perbankan, transportasi, dan telekomunikasi."

Ada lagi problema tentang pengungsian. Ada 206 ribu orang di Myanmar yang mengungsi sejak kudeta miliar. Laporan Relief Web menyebut kesulitan pengungsi mendapatkan akses kesehatan, bahkan ada ibu-ibu yang melahirkan di hutan.

Menurut laporan The Economic Times, mata uang kyat turun 60 persen sejak awal September. Dolar juga makin langka di Myanmar, sehingga makin banyak tempat penukaran uang yang tutup. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemulihan Ekonomi di ASEAN

Laporan Bank Dunia menyorot ekonomi delapan negara berkembang di ASEAN, yakni Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam Myanmar, Kamboja, dan Laos.

Pemulihan tertinggi di 2021 diprediksi dicapai oleh Vietnam dengan 4,8 persen, kemudian disusul Filipina dengan 4,3 persen.

Ekonomi Indonesia diprediksi hanya 3,7 persen saja, selanjutnya ada Malaysia dengan 3,3 persen, dan Kamboja yakni 2,2 persen.

Pertumbuhan Laos hanya 0,5 persen.

Ekonomi China akan diprediksi mereka 8,5 persen pada 2021.

Pada 2022, Indonesia diprediksi ekonominya naik sampai 5,2 persen. Namun, Vietnam akan melesat 6,5 persen, sementara Malaysia dan Filipina akan mencapai ke 5,7 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini