Sukses

AS Selidiki Satu Warga Afghanistan yang Tewas Akibat Serangan Drone

Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengakui ada laporan terkait korban sipil yang tewas akibat serangan drone atau pesawat tak berawak.

, Washington D.C - Amerika Serikat menerima sejumlah laporan terkait kemungkinan tewasnya warga sipil akibat serangan udara AS di Kabul. Para menteri luar negeri sejumlah negara dipastikan akan membahas krisis Afghanistan hari ini (30/08).

Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengakui ada laporan terkait korban sipil yang tewas akibat serangan drone atau pesawat tak berawak AS pada Minggu (29/08). "Kami mengetahui ada korban sipil akibat serangan kami terhadap kendaraan di Kabul," kata Komando Pusat AS Bill Urban, seraya menambahkan bahwa Pentagon masih mengamati dampak serangan tersebut.

"Kami tahu bahwa ada ledakan berikutnya yang substansial dan kuat yang dihasilkan dari hancurnya sebuah kendaraan, yang berarti ada sejumlah besar bahan peledak di dalamnya yang mungkin menyebabkan korban tambahan," lanjutnya.

"Kami sangat sedih atas hilangnya nyawa tak berdosa," kata Urban, demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Selasa (31/8/2021).

CNN melaporkan bahwa sembilan anggota keluarga, termasuk enam anak, tewas dalam serangan udara tersebut. Seorang pejabat Afghanistan yang tidak disebutkan namanya juga mengatakan kepada kantor berita AP bahwa tiga anak tewas dalam serangan di dekat bandara Kabul.

Pentagon mengatakan serangan itu menargetkan para pelaku bom bunuh diri yang berasal dari kelompok IS-K "Islamic State Khorasan".

Pembom dilaporkan berencana untuk menargetkan bandara Kabul, di mana militer Amerika Serikat sedang melakukan misi evakuasi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sejumlah negara hadiri pertemuan virtual

Departemen Luar Negeri AS mengumumkan menteri luar negeri dari beberapa negara akan bertemu secara virtual pada Senin (30/08) untuk membahas rencana terkait krisis Afganistan. Perwakilan dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Turki, Qatar, Uni Eropa, dan NATO akan berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.

"Para peserta akan membahas pendekatan yang selaras untuk hari-hari dan minggu-minggu mendatang," kata pernyataan itu.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dijadwalkan akan berbicara setelah pertemuan untuk memberikan informasi terbaru mengenai upaya AS di Afganistan.

Kandidat Kanselir Jerman bahas krisis Afganistan

Dalam debat yang disiarkan televisi, tiga calon pengganti Kanselir Angela Merkel dalam pemilihan Jerman menyinggung peristiwa di Afganistan.

Armin Laschet dari Christian Democratic Union (CDU) menggambarkan apa yang terjadi di Afganistan sebagai "bencana bagi Barat, juga bencana bagi pemerintah Jerman" dan menyerukan "dewan keamanan nasional" untuk meningkatkan pengambilan keputusan di Jerman.

Annalena Baerbock dari aktivis lingkungan Hijau menuduh pemerintah "menghindari" keputusan untuk membantu warga Afganistan yang terancam ke luar negeri.

Sementara Olaf Scholz dari Partai Sosial Demokrat (SPD) mengatakan penolakan Partai Kiri untuk mendukung misi evakuasi militer dari Kabul "sangat membuatnya sedih dan bersikeras bahwa setiap pemerintahan yang dipimpinnya harus memiliki "komitmen yang jelas kepada NATO."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.