Sukses

Ilmuwan di Swiss Akan Coba Kendalikan Petir dengan Bantuan Laser

Tim yang dipimpin oleh fisikawan Swiss akan mencoba menggunakan laser ini untuk mengendalikan petir.

Liputan6.com, Säntis - Sebuah tim peneliti dari Universitas Jenewa telah mengangkut laser besar di atas gunung untuk menembaknya ke langit untuk berindak sebagai penangkal petir berteknologi tinggi.

Dikutip dari CNN, Kamis (15/7/2021), tim ini dipimpin oleh Jean-Pierre Wolf, seorang fisikawan Swiss yang telah bekerja dengan laser selama lebih dari 20 tahun dan sangat tertarik dengan upaya mengendalikan cuaca dengan laser.

Laser ini menciptakan sinar cahaya berenergi tinggi yang sangat sempit. Aplikasinya berkisar dari memotong berlian hingga operasi hingga membaca barcode, dan Wolf yakin ia dapat menambahkan yang lain ke dalam daftar itu seperti melindungi kita dari petir.

Wolf memimpin konsorsium yang didanai Uni Eropa yang mencakup universitas di Paris dan Lausanne, serta produsen roket ArianeGroup dan pembuat laser, perusahaan teknologi tinggi Jerman, Trumpf.

Setelah setahun tertunda karena pandemi COVID-19, laser ini telah diangkut ke puncak Säntis, sebuah gunung di pegunungan Alpen Swiss dengan ketinggian 2.500 meter.

"Ini adalah salah satu tempat di Eropa yang paling sering disambar petir," jelas Wolf. "Ada menara transmisi radio di sana yang dipukul seratus hingga 400 kali setahun."

"Jadi ini adalah tempat yang ideal untuk membuat eksperimen pembuktian konsen kami."

Petir terbentuk saat udara yang bergejolak di dalam awan petir dengan keras melemparkan kristal es dan tetesan air, melepaskan elektron dari atomnya dan menciptakan zona terpisah dengan muatan listrik yang berlawanan.

Medan listrik ini bisa menjadi sangat kuat, dan karena muatan yang berlawanan menarik, mereka dapat terhubung melalui pelepasan listrik -- yang kita sebut petir.

Laser ini meniru dan meningkatkan skenario alami dengan menghasilkan medan listrik yang begitu kuat sehingga merobek elektron dari atomnya secara langsung, menyiapkan muatan berlawanan yang diperlukan untuk membentuk petir.

Idenya adalah untuk membuat awan mengeluarkan petir dengan cara yang terkendali. "Itu sebuabnya kami menyebutnya penangkal petir laser," jelas Wolf.

Tiang ini akan berjalan di samping menara transmisi yang ada di area tersebut yang tingginya lebih dari 120 meter.

Penangkal petir tradisional hanya mampu melindungi area terbatas di tanah, tidak peduli seberapa tinggi mereka dibangun.

Wolf berharap laser itu akan membantu melindungi area yang lebih besar di tanah, meskipun ia belum bisa mengatakan seberapa besar.

Teorinya adalah bahwa laser dapat bertindak baik sebagai penangkal petir, menangkap petir yang akan menyerang, dan juga memicu petir tambahan.

"Itu berarti kita akan membongkar awan petir, mengurangi tegangannya dan kemudian mencegah sambaran petir lebih lanjut di daerah sekitarnya," jelas Wolf.

Wolf mengatakan, aplikasi praktis yang paling cepat dari teknologi akan melindungi roket -- seperti yang membawa satelit ke orbit -- selama peluncuran, dan di bandara, di mana ia dapat dinyalakan selama badai.

Ia menambahkan bahwa permintaan proteksi petir sangat besar, dan bahwa biaya yang terkait dengan sambaran petir, terutama dari gangguan lalu lintas udara, bisa mencapai miliaran dolar setiap tahun di Amerika Serikat (AS) saja.

Penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan sambaran petir bisa menjadi salah satu efek dari perubahan iklim.

Komisi Erop amendukung proyek tersebut melalui inisiatif yang mendukung proyek tersebut melalui inisiatif yang mendukung penelitian ilmiah tahap awal. Dikatakan bahwa secara global, petir membunuh antara enam ribu dan 24.000 orang setiap tahun, serta menyebabkan miliaran euro kerusakan elektronik dan infrastruktur, menjadikannya "keprihatinan masyarakat utama."

Laser ini akan menarik daya dari fasilitas antena, dan dibawa ke puncak gunung dibongkar, dalam operasi kompleks yang melibatkan beberapa perjalanan melalui kereta gantung dan helikopter. "Ini adalah laser yang sangat besar -- dubutuhkan truk besar untuk mengangkutnya, itulah sebabnya dibuat seperti teka-teki, dengan modul yang dapat disatukan di lokasi," jelas Wolf.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tidak Akan Selalu Dinyalakan

Laser ini tidak akan selalu dinyalakan, melainkan hanya saat ada aktivitas petir yang meningkat terdeteksi. Di gunung, peralatan kamera khusus akan memotret sambaran petir 300.000 kali per detik, untuk melihat seberapa dekat mereka akan mengikuti sinar laser dan di ketinggian mana.

"Satu hal yang menarik adalah, karena daya puncak yang tinggi, laser kami akan berubah warna," jelas Wolf. "Ini akan berubah dari merah menjadi putih saat menyebar di udara. Akan sangat keren untuk dilihat."

Tes ini akan berlangsung hingga Semptember saat akhir musim petir. Jika berhasil, eksperimen berikutnya bisa dilakukan di bandara, kata Wolf, dan teknologinya bisa siap dalam beberapa tahun.

"Kami akan segera tahu apakah kami berhasil atau tidak, meskipun menganalisas data secara detail akan memakan waktu lebih lama," tambahnya. "Tapi saya pikir pada akhir September kita akan membuka sebotol sampanye atau sebotol wiski, jika Anda mengeri maksud saya."

 

Reporter: Paquita Gadin

3 dari 3 halaman

Infografis Sertifikat Vaksin Covid-19 Jadi Syarat Bepergian?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini