Sukses

Ilmuwan Singapura Temukan Cara Ubah Kulit Durian Jadi Perban Hidrogel Anti-Bakteria

Perban yang dibuat lmuwan Nanyang Technological University (NTU) Singapura, dikembangkan sejalan dengan upaya Singapura menuju nol limbah.

Liputan6.com, Singapura - Kulit durian yang selama ini hanya dibuang oleh kebanyakan orang, nyatanya mampu dikelola menjadi benda yang dibutuhkan di dunia medis. Oleh ilmuwan Singapura, kulit buah yang dijuluki sebagai King of Fruit ini bisa diubah menjadi perban hidrogel anti-bakteria.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (25/3/2021), perban yang dibuat ilmuwan Nanyang Technological University (NTU) Singapura, dikembangkan sejalan dengan upaya Singapura menuju nol limbah, kata Profesor William Chen.

Prof Chen, direktur Program Ilmu dan Teknologi Pangan NTU, adalah ilmuwan di balik proyek sekam durian. "12 juta durian dikonsumsi setiap tahun. Tapi kebanyakan kulit duriannya dibuang," ujarnya.

Sekam, yang terdiri sekitar 60 persen dari durian, biasanya dibuang dan dibakar, "menimbulkan masalah lingkungan," kata NTU dalam rilis media.

Perban berbiaya rendah bersifat biodegradable dan tidak beracun, yang berarti memiliki jejak lingkungan yang lebih kecil daripada perban sintetis konvensional, kata universitas tersebut.

Prof Chen dan timnya membuat perban dengan mengekstraksi selulosa berkualitas tinggi dari kulit durian.

Mereka mengubah sekam menjadi bubuk selulosa melalui pemotongan, pengeringan beku dan penggilingan bola, sebelum menghilangkan kotoran.

Ini adalah pengurangan biaya yang signifikan dibandingkan dengan metode tradisional yang menggunakan enzim, kata Prof Chen.

Metode tradisional biayanya sekitar 27.000 dolar Singapura atau setara Rp 289 juta per kg, sedangkan metode Prof Chen biayanya sekitar 120 dolar Singapura atau setara Rp 1,2 juta per kg untuk mengekstraksi jumlah selulosa yang sama.

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lebih Murah dari Patch Hidrogel Konvensional

Setelah mengekstraksi selulosa, peneliti menggabungkan ekstrak dengan gliserol -- produk sampingan limbah dari industri biodiesel dan sabun -- untuk membuat gel lembut. Gel, yang mirip dengan lembaran silikon, dapat dipotong menjadi perban dalam berbagai bentuk dan ukuran.

Para ilmuwan kemudian menambahkan molekul organik yang dihasilkan dari ragi pembuat roti, membuat perban tersebut mematikan bagi bakteri.

Perban tetap berfungsi dalam kondisi cuaca ekstrim, tambah Prof Chen.

Menurut Prof Chen, tambalan hidrogel konvensional yang ada di pasaran terbuat dari bahan sintetis. Mereka yang memiliki sifat antimikroba menggunakan senyawa logam seperti ion perak atau tembaga.

Bahan-bahan ini membuat tambalan hidrogel konvensional lebih mahal daripada hidrogel Prof Chen, yang terbuat dari bahan limbah alam.

Hambatan khas bagi penelitian universitas untuk memasarkan adalah skalabilitas dan pengurangan biaya, kata Prof Chen.

Jadi penting untuk menjaga prosesnya tetap sederhana, berbiaya rendah dan ramah lingkungan, tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.