Sukses

Pandemi Kurang dari Setahun, 1 Juta Orang di Dunia Meninggal Akibat Corona COVID-19

Corona COVID-19 telah merusak ekonomi global, mengobarkan ketegangan geopolitik dan mempersulit kehidupan warga dari daerah kumuh hingga kota terbesar di New York.

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah kematian secara global akibat Virus Corona COVID-19 yang muncul kurang dari setahun di China telah melampaui 1 juta orang pada Minggu 27 September 2020.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (28/9/2020), pandemi COVID-19 telah merusak ekonomi global, mengobarkan ketegangan geopolitik dan mempersulit kehidupan warga dari daerah kumuh India, hutan Brasil hingga kota terbesar di New York, Amerika Serikat.

Pesta olahraga dunia, hiburan dan perjalanan internasional terhenti karena penggemar, penonton, dan turis dipaksa untuk tinggal di rumah.

Pengendalian drastis yang menempatkan separuh umat manusia -- lebih dari 4 miliar orang -- di bawah penguncian pada April 2020 telah memperlambat langkah penyebarannya.

Pada Minggu, 27 September pukul 22.30 GMT (Senin 05.30 pagi, WIB) COVID-19 telah merenggut 1.000.009 korban dari 33.018.877 infeksi yang tercatat, menurut penghitungan AFP menggunakan sumber resmi.

Amerika Serikat memiliki jumlah kematian tertinggi dengan lebih dari 200.000 kematian akibat Corona COVID-19 diikuti oleh Brasil, India, Meksiko, dan Inggris.

Para ilmuwan masih berlomba untuk menemukan vaksin yang bisa mencegah penularan. Pemerintah di tiap negara dipaksa untuk melakukan tindakan penyeimbangan yang tidak mudah. Pengendalian virus memperlambat penyebaran Corona COVID-19, tetapi bisa merugikan ekonomi dan bisnis.

Dana Moneter Internasional (IMF) awal tahun ini memperingatkan bahwa pergolakan ekonomi dapat menyebabkan "krisis yang tiada duanya" karena produk domestik bruto dunia runtuh.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ancaman Dua Juta Kematian?

Eropa, yang terpukul oleh gelombang pertama, sekarang menghadapi lonjakan kasus lain, dengan Paris, London dan Madrid semua dipaksa untuk memperkenalkan kontrol guna memperlambat kasus yang mengancam rumah sakit yang terbebani.

Masker dan jarak sosial di toko, kafe, dan transportasi umum kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di banyak kota.

Pertengahan September terjadi peningkatan rekor kasus di sebagian besar wilayah dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan kematian akibat virus yang dapat berlipat ganda menjadi 2 juta tanpa tindakan kolektif lebih dari warga global.

"Satu juta adalah angka yang mengerikan dan kami perlu merenungkannya sebelum kami mulai mempertimbangkan satu juta kedua," kata direktur darurat WHO Michael Ryan kepada wartawan, Jumat.

"Apakah kita siap secara kolektif untuk melakukan apa yang diperlukan untuk menghindari angka itu?

Corona COVID-19 muncul pertama kali di kota Wuhan di China tengah, titik nol wabah tersebut.

Bagaimana virus itu sampai di sana masih belum jelas, tetapi para ilmuwan mengira itu berasal dari kelelawar dan bisa ditularkan ke manusia melalui mamalia lain.

Wuhan ditutup pada Januari 2020 ketika negara-negara lain memandang tidak percaya pada kontrol kejam China, bahkan ketika mereka menjalankan bisnis seperti biasa.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) secara resmi menyatakan bahwa virus Corona COVID-19 merupakan darurat kesehatan global pada 30 Januari 2020 waktu Jenewa. Hal ini dinyatakan dalam pertemuan kedua Emergency Committee bersama dengan Direktur Jenderal WHO.

Mengutip laman resminya pada, Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus mendeklarasikan bahwa wabah virus Corona 2019-nCoV merupakan Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

Dengan kata lain, status pandemi COVID-19 belum berlangsung setahun.

3 dari 4 halaman

Perkembangan Virus Corona COVID-19

Pada 11 Maret 2020, virus telah muncul di lebih dari 100 negara dan WHO menyatakan kondisi pandemi, mengungkapkan keprihatinan tentang "tingkat kelambanan yang mengkhawatirkan".

Patrick Vogt, seorang dokter keluarga di Mulhouse, kota yang menjadi episentrum wabah di Prancis pada Maret 2020, mengatakan dia menyadari virus corona ada di mana-mana ketika dokter mulai jatuh sakit, beberapa meninggal.

"Kami melihat orang-orang dalam operasi kami yang memiliki masalah pernapasan yang sangat parah," katanya.

"Kami tidak punya solusi terapeutik."

Virus itu juga tidak pandang bulu dan membuat banyak orang kaya bahkan tokoh terkenal terpapar oleh virus ini.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghabiskan seminggu di rumah sakit. Madonna dinyatakan positif setelah tur ke Prancis. Lalu, Tom Hanks dan istrinya pulih dan pulang ke Los Angeles setelah karantina di Australia.

Olimpiade Tokyo, Karnaval Rio yang terkenal, dan ziarah Muslim ke Mekah adalah beberapa acara besar yang ditunda akibat pandemi.

Sepak bola Liga Premier telah dimulai kembali tetapi dengan stadion kosong. Turnamen tenis Prancis Terbuka membatasi penontonnya menjadi 1.000 orang setiap hari.

4 dari 4 halaman

Drama Tragis Korban Corona di Indonesia

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.