Sukses

Lebih Panjang dari Hong Kong, Rakyat Aljazair Telah Berunjuk Rasa Selama 7 Bulan

Rakyat Aljazair disebut telah melakukan unjuk rasa menentang pemerintah selama tujuh bulan terakhir.

Liputan6.com, Aljir - Sejak akhir Februari, rakyat Aljazair terus-menerus turun ke jalan setiap pekannya untuk menuntut perbaikan politik. Kali ini, aksi tersebut telah mamsuki bulan ketujuh, melebihi protes yang kurang lebih serupa di Hong Kong. 

Ketika gerakan protes negara itu memasuki bulan ketujuh pada Jumat 23 Agustus, para demonstran berkumpul di Aljir dan kota-kota besar lainnya, untuk menyerukan pemecatan elit yang berkuasa.

Pengunjuk rasa juga meneriakkan slogan-slogan seperti "Aljazair yang bebas dan demokratis", serta "negara sipil, bukan yang militer", demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (23/8/2019).

Kemarahan para demonstran diarahkan pada kepala militer Aljazair, Ahmed Gaid Salah, yang menjadi tokoh pemerintahan utama sejak Presiden Abdelaziz Bouteflika mengundurkan diri pada bulan April, akibat didesak mundur oleh rakyat.

Mereka juga melampiaskan kemarahan terhadap Karim Younes, mantan ketua majelis rendah yang ditunjuk oleh pihak berwenang untuk memimpin dialog nasional, guna membuka jalan bagi pemilihan presiden Aljazair.

"Karim Younes tidak mewakili kami dan Gaid (Salah) tidak memerintah kami!" teriak para demonstran.

"Kami tidak akan tertipu oleh dialog apa pun. Orang-orang sadar tentang ini," teriakan lain menyahut.

Meski begitu, para pengunjuk rasa di Aljazair bubar dengan tenang pada sore hari, seperti yang terjadi di pusat-pusat kota utama lainnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Digelar Sehari Setelah Tragedi Konser Rap

Unjuk rasa pada hari Jumat dimulai setelah para demonstran mengheningkan cipta selama satu menit, untuk mengenang lima orang pemuda yang terbunuh pada Kamis 22 Agustus 2019 malam, dalam satu bentrokan di sebuah konser rap di Aljir.

Puluhan lainnya terluka dalam bentrokan itu, ketika pengunjung memadati pintu masuk stadion, sebelum penampilan Soolking, seorang rapper pelantun lagu "La Liberte", yang didedikasikan sebagai dukungan untuk protes terkait.

"Kami seharusnya memperingati enam bulan (unjuk rasa) hari ini, tetapi tragedi kemarin telah membuat banyak keluarga berduka," kata Lamia Boukahari, salah seorang pengunjuk rasa kepada kantor berita AFP.

Dia mengatakan penyelenggara konser harus "diminta pertanggungjawaban", seraya mencatat bahwa stadion itu sudah tua dan terlalu kecil untuk menampung sekitar 30.000 orang yang hadir.

 

3 dari 3 halaman

Rakyat Dibuat Marah oleh Kelompok Tua

Rakyat Aljazair telah dibuat marah akibat pengangguran, korupsi, dan kelompok elit tua yang dinilai meremehkan kaum muda. Inilah yang kemudian melatarbelakangi unjuk rasa sejak 22 Februari lalu.

Mereka awalnya menentang rencana Bouteflika --yang sedang sakit kala itu-- untuk tetap menjabat.

Protes berlanjut dengan tuntutan menghilangkan semua sisa-sisa pembentukan politik dan militer rahasia, yang telah mendominasi Aljazair selama beberapa dekade.

Bulan lalu, Abdelkader Bensalah, pengganti sementara Bouteflika, mengusulkan dialog nasional tanpa keterlibatan negara atau militer.

Tetapi, hanya beberapa partai oposisi sejauh ini setuju untuk bertemu Younes dan komite dialognya, termasuk partai yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Ali Benflis.

Pekan lalu, Benflis mengatakan bahwa pemilihan presiden adalah satu-satunya cara keluar dari krisis politik, dengan catatan pemilihan itu harus berjalan bebas dan adil.

Namun, pada hari Jumat, para demonstran menolak pandangannya, meneriakkan "benflis (dibuang) ke tempat sampah".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini