Sukses

Begini Foto Satelit Gerhana Matahari Total dan Badai Saat Terjadi Bersamaan

Ini penampakan wilayah yang terdampak gerhana matahari total dan badai yang diabadikan oleh NASA dari antariksa.

Liputan6.com, California - Sebuah foto satelit yang menunjukkan gerhana matahari total di Bumi, dirilis ke publik oleh NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada 2 Juli 2019.

Bayangan Bulan tampak melintasi Samudra Pasifik, tepat di selatan awan Badai Barbara, selama gerhana matahari total pada Selasa kemarin. Bayangan gelap itu mencapai pantai Chile sekitar pukul 16.40 waktu setempat dan terus bergerak menuju timur, melintasi perbatasan Amerika Selatan menuju Atlantik.

Gerhana matahari total pada hari itu adalah gerhana matahari total pertama sejak Agustus 2017 yang disebut "Great American Solar Eclipse" yang melintasi Amerika Serikat. Fenomena serupa tidak akan terjadi lagi sampai Desember 2020, sebab gerhana matahari total terjadi sekitar sekali setiap 18 bulan.

Sedangkan penduduk yang tinggal di Amerika Serikat tidak akan melihat gerhana matahari total hingga April 2024. Namun pada 8 April tahun tersebut, orang-orang di seluruh Amerika Utara akan bisa menyaksikannya.

Bumi akan mengalami beberapa gerhana matahari total dari tahun 2019 hingga 2021. Gerhana matahari total 2024 akan melakukan perjalanan besar melintasi Amerika Utara, dimulai dari Pantai Pasifik Meksiko hingga Pantai Atlantik Kanada.

Sementara itu, foto penampakan gerhana matahari total di Bumi yang diambil dari antariksa pada Selasa kemarin, ditangkap oleh GOES-West, sebuah satelit cuaca yang merupakan proyek bersama dari NOAA dan NASA, demikian seperti dikutip dari Live Science, Kamis (4/7/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apa Itu Gerhana Matahari Total?

Gerhana matahari total adalah fenomena yang terjadi ketika Bulan berada tepat di antara matahari dan Bumi, sehingga memblokir seluruh cakram matahari di langit, menghasilkan peredupan dan pendinginan selama beberapa menit pada suatu waktu saat bayangan Bulan menyapu sebagian permukaan Bumi.

Gerhana matahari total adalah sebuah peristiwa "kebetulan" yang terjadi dalam geometri kosmik: Bulan mengorbit sekitar 239.000 mil (385.000 kilometer) dari Bumi.

Bulan dan matahari berbaris dan menciptakan gerhana matahari total hanya setiap 18 bulan. Rata-rata, dua hingga lima gerhana matahari terjadi setiap tahun, tetapi tidak selalu menghasilkan gerhana total.

Gerhana matahari yang akan melintasi benua AS pada 14 Oktober 2023, misalnya, akan berbentuk annular, artinya Bulan hanya akan menghalangi inti matahari, sehingga cincin luar cakram matahari tetap terlihat.

Hal itu terjadi karena Bulan akan berada pada titik di orbitnya yang terlalu jauh dari Bumi, untuk sepenuhnya menghalangi matahari dari sudut pandang kita di Bumi.

Sementara itu, gerhana annular pun tidak akan menggelapkan langit Bumi, seperti gerhana matahari total.

3 dari 3 halaman

Begini Cara Aman Nonton Gerhana Matahari Total

Peringatan akan bahaya bila melihat langsung dengan mata telanjang saat gerhana matahari terjadi sudah kerap kita dengar. Mengapa demikian?

Salah satunya adalah karena radiasi yang keluar dari Matahari dapat merusak retina mata. Demikian dilansir dari National Geographic, Rabu, 3 Juli 2019.

Namun Anda tak perlu khawatir, karena ada cara mudah dan aman untuk melihat gerhana matahari total tanpa berdampak langsung pada mata.

Ketika seluruh piringan matahari benar-benar tertutup oleh bayangan bulan. Saat itulah cara yang paling aman melihatnya dengan mata telanjang.

Selain itu, gunakan filtering sun glasses atau kacamata yang mempunyai pelindung khusus. Jangan menggunakan kaca mata hitam, kamera film, dan kamera filter atau yang biasa digunakan dalam bidang fotografi.

Namun bagi Anda yang ingin bisa melihat fenomena langka ini, bisa gunakan teleskop atau teropong dengan melapisi bagian depan teleskop menggunakan filter mylar. Yaitu lembaran plastik berlapis alumunium. Begitu dilapisi pada teleskop, matahari akan terlihat berwarna biru dan putih baja.

Dalam metode proyeksi lubang jarum atau pin hole, caranya siapkan 2 lembar kertas atau karton. 1 kertas dilubangi dengan jarum, lalu arahkan lubang tersebut ke arah matahari dan tangkap bayangan cahaya matahari pada kertas pertama menggunakan kertas kedua.

Pada 2 Juli 2019, gerhana matahari total dilaporkan akan muncul di langit Samudera Pasifik, Chili, dan Argentina. Sayangnya, fenomena langit ini tidak bisa dilihat di Indonesia.

Peristiwa gerhana matahari total ini hanya bisa dilihat di daerah Amerika, mulai dari La Serena di Cile sampai bagian selatan Buenos Aires di Argentina.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini