Sukses

Sri Lanka Tangkap Sarjana Tamatan Arab Saudi Terkait Teror Bom Paskah

Sri Lanka menangkap seorang sarjana Arab Saudi atas dugaan keterkaitannya dengan Zahran Hashim dalang utama di balik teror bom Minggu Paskah 21 April 2019.

Liputan6.com, Kolombo - Pihak berwenang Sri Lanka telah menangkap seorang sarjana jebolan pendidikan tinggi di Arab Saudi atas dugaan keterkaitannya dengan Zahran Hashim dalang utama di balik teror bom Minggu Paskah 21 April 2019.

Pria yang ditangkap bernama Mohamed Aliyar (60), pendiri Centre for Islamic Guidance, yang memiliki masjid, sekolah agama, dan perpustakaan di kota kelahirannya, Kattankudy, kota kelahiran Zahran, sebuah kota mayoritas muslim di pantai timur Sri Lanka.

"Informasi telah terungkap bahwa tersangka yang ditangkap memiliki hubungan dekat dengan ... Zahran (Hashim) dan telah mengoperasikan transaksi keuangan," kata sebuah pernyataan polisi Jumat 10 Mei 2019 malam, dilansir News18, Minggu (12/5/2019).

Pernyataan itu mengatakan Aliyar "terlibat" dengan pelatihan di kota selatan Hambantota untuk kelompok pembom bunuh diri yang menyerang hotel dan gereja pada Paskah 21 April 2019, menewaskan lebih dari 250 orang.

Seorang juru bicara polisi menolak memberikan rincian tentang tuduhan itu.

Panggilan ke Mohamed Aliyar dan rekan-rekannya tidak dijawab. Reuters belum dapat menemukan rincian kontak untuk pengacara Aliyar.

Pemerintah Sri Lanka mengatakan Zahran Hashim, seorang penceramah radikal berbahasa Tamil, adalah pemimpin kelompok teror 21 April 2019.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengakuan Saksi

Dua sumber komunitas Muslim di Kattankudy mengatakan kepada Reuters pandangan garis kerasnya sebagian dibentuk oleh teks-teks Salafi-Wahabi yang sangat konservatif yang ia ambil di perpustakaan Centre for Islamic Guidance pimpinan Mohamed Aliyar sekitar 2-3 tahun yang lalu.

Selama waktu itu, Zahran mulai mengkritik praktik meminta bantuan Tuhan, misalnya, dengan alasan bahwa permohonan semacam itu merupakan penghinaan terhadap Islam murni.

"Pengajaran seperti itu tidak ada di Sri Lanka pada tahun 2016, kecuali jika Anda membacanya dalam literatur Salafi," tambah sumber itu, meminta anonimitas untuk menghindari dampak di Kattankudy.

Salafisme, penafsiran puritan Islam yang terkait erat dengan Wahabisme, telah sering dituduh sebagai ideologi Islam radikal di seluruh dunia. Namun, sejumlah komunitas Salafisme telah menolak tuduhan itu dan menjaga jarak mereka dengan kelompok sehaluan yang lebih radikal dan ekstrem.

Selain fakta bahwa Zahran Hashim mengunjungi Centre for Islamic Guidance, sumber-sumber di Kattankudy mengatakan mereka tidak mengetahui adanya ikatan pribadi antara Zahran dan Mohamed Aliyar.

3 dari 3 halaman

Pusat Studi yang Didanai Arab Saudi dan Kuwait

Mohamed Aliyar mendirikan Centre for Islamic Guidance pada tahun 1990, setahun setelah ia lulus dari Universitas Islam Imam Muhammad ibn Saud di Riyadh, dalam apa yang dikatakan oleh seorang warga menandai momen kunci dalam penyebaran doktrin Salafi di Kattankudy.

Pusat studi itu sebagian didanai oleh donor Arab Saudi dan Kuwait, menurut sebuah plakat di luar.

Pendanaan untuk pusat tersebut berasal dari sumbangan lokal, biaya siswa, dan donor swasta yang merupakan teman sekelas Mohamed Aliyar di Riyadh, kata sumber pusat tersebut. Reuters tidak dapat segera menentukan rincian lebih lanjut tentang pendanaan pusat tersebut.

Kantor komunikasi pemerintah Arab Saudi di Riyadh tidak menanggapi permintaan komentar atas pendanaan pusat tersebut.

Reuters juga berbicara dengan tiga anggota dewan Centre for Islamic Guidance sebelum penangkapan Mohamed Aliyar Jumat 10 Mei 2019. Mereka meminta untuk tetap anonim, mengutip kekhawatiran keamanan di tengah reaksi terhadap komunitas muslim di Sri Lanka

Mereka mengatakan Zahran Hashim adalah pembuat onar dan bahwa mereka telah memperingatkan pihak berwenang tentang pandangan ekstremisnya.

Para anggota mengatakan mereka berpikir Zahran mengunjungi perpustakaan sekitar satu dekade yang lalu, tetapi tidak ingat dia mengunjungi baru-baru ini dan menyangkal bahwa ada buku-bukunya yang harus disalahkan atas pandangannya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.