Sukses

Menurut Akademisi Kanada Mengupil Baik untuk Kesehatan, Maksudnya?

Apa yang terjadi jika Anda sering mengupil? Menurut akademisi, ternyata ada manfaatnya.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang akademisi Kanada mendorong para mahasiswanya untuk mengupil. Untuk apa? Guru besar tersebut rupanya ingin membuktikan bahwa kebiasaan yang terbilang jorok itu bisa mendatangkan manfaat bagi kesehatan tubuh.

Profesor Scott Napper meminta murid-muridnya untuk menyelidiki adanya dampak dari mengupil dan memakan kotoran hidung. Ia ingin menguak fakta baru bahwa, ada kemungkinan, mengorek-ngorek hidung bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia.

Sementara itu, dia percaya bahwa mengonsumsi upil dapat meningkatkan imun, karena kita memasukkan kuman kecil dan tidak berbahaya ke dalam tubuh.

Teori Napper tersebut didasarkan pada kebiasaan orang-orang di sekitarnya. Berdasarkan pemikiran Napper, seseorang yang terlalu menjaga kebersihan badannya justru dapat mendatangkan sejumlah alergi terhadap dirinya sendiri dan gangguan auto-imun.

Bagi mahasiswa yang bergabung dalam penelitian aneh itu, mereka akan mengamati bagaimana sistem kekebalan tubuh menanggapi 'kebiasaan baru' tersebut: mengupil, yang disebut banyak orang 'jorok'.

"Yang Anda perlukan hanyalah sekelompok sukarelawan. Anda saya minta untuk meletakkan semacam molekul di hidung mereka. Setengah dari grup itu akan melakukan kegiatan seperti biasanya, tanpa sering mengupil. Dan kelompok lainnya, mereka akan mengupil dan memakan kotoran hidung mereka sendiri," kata Napper kepada para mahasiswanya, seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (13/12/2018).

"Dengan cara itu, Anda diharapkan bisa menemukan respons imun terhadap molekul yang ditempatkan di hidung para sukarelawan itu. Jika sistem kekebalan tubuh orang yang memakan upil lebih tinggi dari yang tidak menelan upil, maka ide saya ini akan tervalidasi," lanjutnya.

Profesor biokimia di University of Saskatchewan itu menambahkan, ia ingin seluruh mahasiswanya untuk lebih aktif dalam bermasyarakat, sehingga bisa membuat banyak inovasi baru. Salah satunya terlibat langsung dalam penelitian terkait mengupil.

"Alam mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang berbeda. Ada alasan tersendiri mengapa manusia terkadang melakukan perilaku tertentu. Jadi, mungkin, ketika kamu memiliki dorongan untuk mengupil dan memakan kotoran hidung, kamu harus tahu bahwa kamu sedang menyatu dengan alam," paparnya.

Dari perspektif evolusi, kata Napper, manusia zaman dahulu kala bahkan telah terbiasa hidup dalam lingkungan yang kotor. Para ahli lain seperti Dr Hilary Longhurst, konsultan imunologi dari Bart's NHS Trust, sependapat dengan pemikiran Napper. Ia pun mencontohkan keuntungan yang bisa didapatkan oleh manusia ketika menggigit kuku.

"Meskipun tangan Anda kotor, kuman ada di tangan bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita," kata Longhurst.

Sistem imun tubuh bekerja dengan mengembangkan 'memori' dan membuat peringatan dini tentang cara melawan setiap bakteri yang pernah ditemui.

Ketika bakteri yang sama ditemui oleh sistem imun untuk kedua kalinya, maka ini akan langsung mengingat trik untuk menyingkirkannya dan melepaskan 'senjata' --yang disebut limfosit memori (memory lymphocytes)-- yang paham betul cara untuk membasminya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kenapa Banyak Orang Hobi Mengupil?

Mengutip BBC, istilah medis untuk kegiatan mengorek hidung adalah "rhinotillexomania."

Studi ilmiah sistematik pertama tentang fenomena ini baru dilakukan pada tahun 1995 oleh sepasang peneliti AS bernama Thompson dan Jefferson. Mereka mengirimkan survei lewat pos kepada 1.000 orang warga di Dane County, Wisconsin.

Dari 254 orang yang menjawab, 91 persen responden mengaku mereka mengupil, dan hanya 1,2 persen yang mau mengakui mereka mengorek hidungnya setidaknya sekali dalam satu jam.

Dua orang mengaku bahwa kebiasaan mengupil mereka mengganggu kegiatan sehari-hari. Dan, dua orang lainnya mengatakan, kebiasaan ngupil mereka menciptakan lupa di nasal septum (jaringan tipis yang memisahkan lubang hidung kanan dan kiri).

Lima tahun kemudian, dua orang doktor dari India, Chittaranjan Andarade dan BS Srihari, memutuskan untuk melakukan penelitian lebih dalam tentang kebiasaan mengupil. Menurut mereka, kebanyakan kebiasaan dimulai dari usia muda. Jadi mereka memutuskan untuk melakukan penelitian pada berbagai kalangan masyarakat.

Dua orang doktor ini mensurvei anak-anak dari berbagai kelas sosial di Bangalore, India. Dari 200 remaja yang mereka survei, hampir semuanya mengaku pernah mengupil, dengan rata-rata empat kalli sehari. Walau tidak ada perbedaan berdasarkan kelas sosial, ditemukan perbedaan mengupil antara jenis kelamin.

Anak laki-laki lebih mungkin melakukan kebiasaan ini, sedangkan anak perempuan cenderung menganggap mengupil adalah kebiasaan buruk.

Dilakukan oleh hampir semua orang, sebenarnya apa alasan kita mengupil?

Belum ada temuan konkrit kenapa manusia mengupil. Namun peneliti berargumen, manusia mengupil karena hal ini memberikan kepuasaan dan di saat yang sama, hal ini mudah dilakukan.

Belum lagi, setiap kali ada dorongan untuk membersihkan hidung, jari adalah "alat" yang selalu bisa digunakna. Berbeda dengan sekotak tisu yang harus dicari dan diambil terlebih dahulu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.