Sukses

Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018 Disebut Sebagai yang Terlama, Ini 3 Fakta Menariknya

Gerhana Bulan yang terjadi pada 28 Juli 2018 dini hari akan mencetak sejarah baru, yakni sebagai gerhana Bulan terlama hingga lebih dari 100 tahun ke depan.

Liputan6.com, Jakarta - Gerhana bulan total terlama akan berlangsung pada esok hari, tepatnya 28 Juli 2018 waktu dini hari. Fenomena alam ini disebut-sebut menjadi gerhana Bulan paling lama Abad 21.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), mengungkap peristiwa gerhana Bulan terjadi pukul 01.24 hingga 05.19 WIB. Sementara, fase total akan berlangsung pukul 02.30-04.13 WIB. Semua diperkirakan akan terjadi dalam durasi 1 jam 43 menit.

Sedangkan menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang merinci tentang waktu terjadinya gerhana Bulan, mengatakan bahwa fase gerhana dimulai pukul 00.13 WIB saat 'gerhana mulai' hingga 06.30 WIB saat 'gerhana berakhir'.

Fase keseluruhan gerhana Bulan total 28 Juli 2018, yang mencapai 103 menit, adalah yang terlama hingga lebih dari seratus tahun ke depan. Berdasarkan keterangan resmi yang dirilis BMKG pada 6 Juli 2018, lamanya durasi totalitas gerhana Bulan kali ini disebabkan oleh tiga hal. Berikut penjelasannya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Dekat dengan Umbra Bumi

Penyebab pertama adalah saat puncak gerhana terjadi, posisi pusat piringan Bulan dekat sekali dengan pusat Umbra Bumi, yang dinyatakan dalam satuan radius equatorial Bumi dan dilambangkan dengan Gamma.

Secara umum, semakin kecil nilai absolut Gamma, maka semakin lama pula durasi totalitas gerhana Bulan total yang terjadi. Berdasarkan perhitungan, nilai Gamma untuk gerhana Bulan total 28 Juli 2018 adalah 0,1168.

3 dari 4 halaman

2. Berada di Titik Terjauh dari Bumi

Penyebab kedua adalah gerhana Bulan total 28 Juli 2018 terjadi pada saat Bulan di sekitar titik terjauhnya dari Bumi, yang dikenal sebagai titik apoge. Berdasarkan perhitungan, Bulan mencapai titik apoge pada 27 Juli 2018 pukul 12.44 WIB sejauh 406.223 km.

Empat belas jam kemudian, tepatnya ketika puncak gerhana terjadi, jarak Bumi dan Bulan menjadi lebih dekat 270 km daripada saat di apoge tersebut.

Secara umum, semakin jauh jarak Bumi dan Bulan, maka akan semakin kecil penampakkan ukuran Bulan, sehingga berpotensi menyebabkan Bulan akan lebih lama berada di umbra Bumi jika dibandingkan dengan Bulan saat berada di daerah titik perigenya.

Dengan demikian, gerhana Bulan total pun berpotensi terjadi lebih lama.

4 dari 4 halaman

3. Bumi Berada di Titik Terjauhnya dari Matahari

Penyebab ketiga adalah pada bulan Juli tahun ini, Bumi sedang berada di sekitar titik terjauhnya dari matahari, (aphelion). Ini mulai terjadi pada 6 Juli 2018 pukul 23.47 WIB dengan jarak 152 juta km. Pada saat puncak gerhana Bulan berlangsung, jarak Bumi dan Matahari lebih dekat 184 ribu km dari saat di aphelion tersebut.

Secara umum, semakin jauh posisi Bumi dari Matahari, kerucut umbra yang terjadi menjadi semakin panjang dan lebih besar jika dibandingkan saat Bumi berada di sekitar titik terdekatnya dari matahari. Karena itu, durasi totalitas gerhana Bulan total yang terjadi pun berpotensi menjadi lebih lama.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.